"Dan Kami perintahkan
kepada manusia (supaya berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya yang
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang semakin lemah, dan menyusukannya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Ku lah kembalimu". (QS. Luqman[31]: 14)
22 desember hari dimana kebanyakan orang menyebutnya Hari Ibu.
Kita maknai secara positifnya saja, disamping mungkin ada yang menilai dari
sisi negatifnya. Setuju atau tidak setuju, mungkin masing-masing punya
argumentnya masing-masing. Di sini saya hanya ingin berbagi kisah,,,
Yaa... setidaknya, dengan adanya penyebutan “HARI IBU” kita
jadi punya alarm pengingat yang mengingatkan kita untuk sejenak merenungkan hal
tentang ibu. Sejenak meluangkan pikiran kita dari seabrek pikiran-pikiran berat
yang sehari-hari kita hadapi dengan banyaknya amanah kita.
Mungkin karena kita telah tersibukkan dengan sgala aktivitas
di luar rumah, terkadang membuat kita tidak begitu memperhatikan sesosok wanita
mulia di sisi kita. Wanita yang sedari kita belum ada sampai kita ada sebesar
ini, perhatiannya tak pernah berkurang sedikitpun.
Dan tak disangka, kemarin ketika dengan rasa malu mencoba
memberikan ucapan sepecial untuk ibu, dengan memberikan beliau sepucuk bunga
dan seuntai doa tulus. Dibuat dengan rasa haru, dan bangga. Tau bagaimana
ekspresi beliau???
Subhanallah .... meski hanya hal kecil, namun tampak binar
rasa bahagia terpancar dari wajah beliau. Senyum simpulnya tak mampu menutupi
bahwa beliau sangat senang.
“Bunga dari siapa ini??”
“Bunga buat ibuk...” sahutku.
Sejenak dibacanya sepucuk doa yang ku sertakan dibunganya.
Senyumnya sudah cukup menggambarkan apa yang beliau rasakan
meski tanpa berkomentar panjang lebar.
Sampai beberapa saat kemudian beliau berucap,
“Ini taggal 22 desember, hari ibu ya?”
“ Iya...”
“hehee...dikasih hadiah bunga” ucapnya
mengekspresikan rasa senang.
Yaa... dari itu saya jadi sadar ternyata dengan hal kecil
saja, yang itu menunjukkan perhatian kita terhadap ibu, akan sangat dirasakan
luar biasa bagi beliau. Hmm mungkin karena kita jarang sekali memberi
perhatian, sehingga perhatian kecil saja dianggapnya luar biasa.
Sadar atau tidak sadar kita semakin dewasa semakin menjauh
dari sisinya,,,
Sering kita hanya memberi beliau sisa-sisa waktu kita.
Memberi beliau waktu lelah kita. Memberikan beliau sisa-sisa tenaga kita. Memberi
beliau waktu sakit kita. Memberi beliau waktu kantuk kita... bisa dikatakan
semua yang gak enak-enaknya kita berikan kepada beliau.
Padahal, beliau selalu memberi seluruh waktunya untuk kita
bahkan lengkap dengan waktu tambahannya... beliau selalu memeberikan waktu
bugar hingga lelahnya semua untuk kita. Beliau selalu memberikan waktu sehat
bahkan waktu sakitpun tetap optimal perhatiannya untuk kita. Beliau memberikan
waktunya sejak bangun hingga sampai kantuk menghinggapinya, seluruhnya untuk
kita... selalu dia harapkan yang terbaik mampu diberikan untuk buah hatinya.
Yaa... subhanallah, berbicara tentang sosok ibu memang tidak
akan ada habisnya, takjub dan terkagum-kagum dengan sosoknya. Meski dengan
segala kesibukan kita, tetaplah selalu sisipkan senandung doa untuk beliau.
Semoga kelelahan, kesibukan dan segala payah-payah yang kita rasakan semuanya
terhabiskan di jalan yang benar dan penuh kemanfaatan, sehingga keberkahannya pun akan mengalir untuk beliau
yang tak pernah luntur kasihnya untuk setiap buah hatinya.
Yakinkan bahwa pengorbanan beliau, susah-payahnya beliau
mendidik dan membesarkan kita tak kan berlalu sia-sia.
Yakinkan bahwa ketidak hadiran kita disetiap waktu untuk
menyertai hari-harinya akan tergantikan dengan keberkahan yang mengalir sama
bahkan lebih untuk beliau. Yakinkan bahwa apa yang kita perjuangankan di luar
rumah seluruhnya dalam kemanfaatan dan di jalan kebaikan.
Dulu...dulu sekali ketika kita masih kecil, masih dalam
buaiannya, masih sanggup memberi senyum gemes dan masih menunjukkan
tingkah polos kita. Dalam benaknya, kelak ketika kau dewasa akan sanggup
menyertai masa-masa tuanya, mendampinginya bahkan menghibur hatinya.
Namun ternyata, ketika dewasa telah tiba, semua tak seperti
yang dibayangkannya dahulu. Anak kecil yang dulu mampu membuatnya tersenyum
bahagia dengan tingkah polah yang polos, tanpa malu mengungkap rasa sayang,
bernyayi riang menghibur hati, kini ketika semakin dewasa semua tak dapat
dirasanya lagi. Sekedar ucapan “ibu, aku sayang ibu” sudah tak terdengar
lagi, mungkin telah tertutup rasa canggung. Sekedar kecupan di kening beliau
yang telah nampak mengkerut itupun sudah jarang sekali ia rasakan, padahal
dengan teman-temanmu tanpa canggung bercipika-cipiki. Dengan teman saja sering
berpeluk hangat saat berpisah, namun ketika hendak pergi, pelukan hangat untuk
bundamu saja kau enggan, emm atau karena baunya yang semakin menua ini hingga
menghalangimu untuk memeluknya penuh kehangatan?
Entah apa yang menghalagimu, hingga kau tak lagi jujur
seperti ketika kecil dulu...
Jujur mengungkapkan apa yang dirasa, jujur mengekspresikan
apa yang ada di hati. Tak ada rasa malu, canggung ataupun kikuk ....
Sekarang, cobalah pandang
wajahnya yang mulai tampak kerutan di sana-sini.
Usap lembut dan cium
hangat tangan beliau yang menampakkan garis-garis tegas, bukti dan saksi atas
kerja kerasnya
Tempelkan pipimu di
pipinya, dan kau akan menyadari betapa kau sangat jauh berbeda dengannya...
pipinya tak selembut pipimu, namun sekali lagi itulah saksi dan bukti cintanya
selama ini...
Di masa senjanya ini,
disaat kulit-kulitnya mulai mengriput,
Disaat rambutnya mulai
memutih,
Disaat tulang-tulangnya
mulai merapuh
Disaat jalannya tak
setegap dulu,
Disaat fisiknya tak
sekuat dahulu
Berikanlah usapan
lembut, ciuman, pelukan hangat dan senyum manis untuknya. Meski cinta terkadang
tak harus diungkapkan namun cinta terkadang memang harus dibuktikan. Yaa... ia
ingin tahu seperti apa cintamu.
Mungkin bunga tak
sebanding dan tak mampu menggambarkan besar cinta kita, namun setidaknya itu
menjadi salah satu ekspresi cinta dan terimakasih kita kepada beliau.
Sekali lagi, karena hari
ibu bukan haya satu hari saja. Menyayangi ibu juga buka hanya di taggal 22
desember ini saja, namun setiap hari adalah hari untuk terus mengasihi dan
menyayanginya, maka teruslah berbuat yang terbaik untuknya.
Kemarin, hari ini dan
untuk seterusnya.
Jadilah anak yang sholih
yang dengan doamu kelak akan menjadi amal jariyah bagi beliau yang tak akan
putus mengalir hingga akherat.
Menjagamu dalam kebaikan
Memudahkan setiap
langkahmu
Menjagamu agar selalu
dalam keselamatan
Membalas segala
kebaikanmu
dengan pahala kebaikan
yang jauh berlipat ganda.... amiin
Kami perintahkan
kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia
telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku,
tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh
yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS.
Al-Ahqaf [46]: 15 )
Doanya untuk kita, meski
tanpa diminta selalu terlantun tulus dan ikhlas, sgala kebaikan dipanjatkannya
untuk kita.
Yaa Rabb, jaga ibu, jaga
bapak... mereka yang cintanya tanpa syarat. Jadikan letih dan sakitnya sebagai
penggugur dosa-dosanya. Amiin :-)
*sebulan setelah hari
itu, bunga itu sampai sekarang masih disimpannya rapi di meja tamu, bahkan
selalu diceritakannya dengan antusias setiap ada yang menanyakan...
Maaf buk, belum bisa memberikan lebih untukmu, yakinlah
cintaku teramat besar untukmu.... Uhibbuki fillah Ummi.... anak yang selalu
bangga denganmu.
Lekas sembuh yaa, tak sanggup diri ini melihatmu merasai
sakit. Tapi, sungguh Allah sangat menyayangimu....
0 komentar:
Posting Komentar