Pages

Labels

Test Footer 2

Kamis, 23 Januari 2014

Senandung Do'a Untuk Ibu



"Dan Kami perintahkan kepada manusia (supaya berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang semakin lemah, dan menyusukannya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu". (QS. Luqman[31]: 14) 

22 desember hari dimana kebanyakan orang menyebutnya Hari Ibu. Kita maknai secara positifnya saja, disamping mungkin ada yang menilai dari sisi negatifnya. Setuju atau tidak setuju, mungkin masing-masing punya argumentnya masing-masing. Di sini saya hanya ingin berbagi kisah,,,

Yaa... setidaknya, dengan adanya penyebutan “HARI IBU” kita jadi punya alarm pengingat yang mengingatkan kita untuk sejenak merenungkan hal tentang ibu. Sejenak meluangkan pikiran kita dari seabrek pikiran-pikiran berat yang sehari-hari kita hadapi dengan banyaknya amanah kita.

Mungkin karena kita telah tersibukkan dengan sgala aktivitas di luar rumah, terkadang membuat kita tidak begitu memperhatikan sesosok wanita mulia di sisi kita. Wanita yang sedari kita belum ada sampai kita ada sebesar ini, perhatiannya tak pernah berkurang sedikitpun. 

Dan tak disangka, kemarin ketika dengan rasa malu mencoba memberikan ucapan sepecial untuk ibu, dengan memberikan beliau sepucuk bunga dan seuntai doa tulus. Dibuat dengan rasa haru, dan bangga. Tau bagaimana ekspresi beliau???
Subhanallah .... meski hanya hal kecil, namun tampak binar rasa bahagia terpancar dari wajah beliau. Senyum simpulnya tak mampu menutupi bahwa beliau sangat senang.

“Bunga dari siapa ini??”
“Bunga buat ibuk...” sahutku.
Sejenak dibacanya sepucuk doa yang ku sertakan dibunganya.

Senyumnya sudah cukup menggambarkan apa yang beliau rasakan meski tanpa berkomentar panjang lebar.
Sampai beberapa saat kemudian beliau berucap,
“Ini taggal 22 desember,  hari ibu ya?”
“ Iya...”
“hehee...dikasih hadiah bunga” ucapnya mengekspresikan rasa senang.

Yaa... dari itu saya jadi sadar ternyata dengan hal kecil saja, yang itu menunjukkan perhatian kita terhadap ibu, akan sangat dirasakan luar biasa bagi beliau. Hmm mungkin karena kita jarang sekali memberi perhatian, sehingga perhatian kecil saja dianggapnya luar biasa.

Sadar atau tidak sadar kita semakin dewasa semakin menjauh dari sisinya,,,
Sering kita hanya memberi beliau sisa-sisa waktu kita. Memberi beliau waktu lelah kita. Memberikan beliau sisa-sisa tenaga kita. Memberi beliau waktu sakit kita. Memberi beliau waktu kantuk kita... bisa dikatakan semua yang gak enak-enaknya kita berikan kepada beliau.

Padahal, beliau selalu memberi seluruh waktunya untuk kita bahkan lengkap dengan waktu tambahannya... beliau selalu memeberikan waktu bugar hingga lelahnya semua untuk kita. Beliau selalu memberikan waktu sehat bahkan waktu sakitpun tetap optimal perhatiannya untuk kita. Beliau memberikan waktunya sejak bangun hingga sampai kantuk menghinggapinya, seluruhnya untuk kita... selalu dia harapkan yang terbaik mampu diberikan untuk buah hatinya.

Yaa... subhanallah, berbicara tentang sosok ibu memang tidak akan ada habisnya, takjub dan terkagum-kagum dengan sosoknya. Meski dengan segala kesibukan kita, tetaplah selalu sisipkan senandung doa untuk beliau. Semoga kelelahan, kesibukan dan segala payah-payah yang kita rasakan semuanya terhabiskan di jalan yang benar dan penuh kemanfaatan, sehingga  keberkahannya pun akan mengalir untuk beliau yang tak pernah luntur kasihnya untuk setiap buah hatinya.

Yakinkan bahwa pengorbanan beliau, susah-payahnya beliau mendidik dan membesarkan kita tak kan berlalu sia-sia.
Yakinkan bahwa ketidak hadiran kita disetiap waktu untuk menyertai hari-harinya akan tergantikan dengan keberkahan yang mengalir sama bahkan lebih untuk beliau. Yakinkan bahwa apa yang kita perjuangankan di luar rumah seluruhnya dalam kemanfaatan dan di jalan kebaikan.

Dulu...dulu sekali ketika kita masih kecil, masih dalam buaiannya, masih sanggup memberi senyum gemes dan masih menunjukkan tingkah polos kita. Dalam benaknya, kelak ketika kau dewasa akan sanggup menyertai masa-masa tuanya, mendampinginya bahkan menghibur hatinya.

Namun ternyata, ketika dewasa telah tiba, semua tak seperti yang dibayangkannya dahulu. Anak kecil yang dulu mampu membuatnya tersenyum bahagia dengan tingkah polah yang polos, tanpa malu mengungkap rasa sayang, bernyayi riang menghibur hati, kini ketika semakin dewasa semua tak dapat dirasanya lagi. Sekedar ucapan “ibu, aku sayang ibu” sudah tak terdengar lagi, mungkin telah tertutup rasa canggung. Sekedar kecupan di kening beliau yang telah nampak mengkerut itupun sudah jarang sekali ia rasakan, padahal dengan teman-temanmu tanpa canggung  bercipika-cipiki. Dengan teman saja sering berpeluk hangat saat berpisah, namun ketika hendak pergi, pelukan hangat untuk bundamu saja kau enggan, emm atau karena baunya yang semakin menua ini hingga menghalangimu untuk memeluknya penuh kehangatan?

Entah apa yang menghalagimu, hingga kau tak lagi jujur seperti ketika kecil dulu...
Jujur mengungkapkan apa yang dirasa, jujur mengekspresikan apa yang ada di hati. Tak ada rasa malu, canggung ataupun kikuk ....

Sekarang, cobalah pandang wajahnya yang mulai tampak kerutan di sana-sini.
Usap lembut dan cium hangat tangan beliau yang menampakkan garis-garis tegas, bukti dan saksi atas kerja kerasnya
Tempelkan pipimu di pipinya, dan kau akan menyadari betapa kau sangat jauh berbeda dengannya... pipinya tak selembut pipimu, namun sekali lagi itulah saksi dan bukti cintanya selama ini...

Di masa senjanya ini, disaat kulit-kulitnya mulai mengriput,
Disaat rambutnya mulai memutih,
Disaat tulang-tulangnya mulai merapuh
Disaat jalannya tak setegap dulu,
Disaat fisiknya tak sekuat dahulu
Berikanlah usapan lembut, ciuman, pelukan hangat dan senyum manis untuknya. Meski cinta terkadang tak harus diungkapkan namun cinta terkadang memang harus dibuktikan. Yaa... ia ingin tahu seperti apa cintamu.

Mungkin bunga tak sebanding dan tak mampu menggambarkan besar cinta kita, namun setidaknya itu menjadi salah satu ekspresi cinta dan terimakasih kita kepada beliau.

Sekali lagi, karena hari ibu bukan haya satu hari saja. Menyayangi ibu juga buka hanya di taggal 22 desember ini saja, namun setiap hari adalah hari untuk terus mengasihi dan menyayanginya, maka teruslah berbuat yang terbaik untuknya.

Kemarin, hari ini dan untuk seterusnya.
Jadilah anak yang sholih yang dengan doamu kelak akan menjadi amal jariyah bagi beliau yang tak akan putus mengalir hingga akherat.    

Semoga Allah menyayangimu selalu,
Menjagamu dalam kebaikan
Memudahkan setiap langkahmu
Menjagamu agar selalu dalam keselamatan
Membalas segala kebaikanmu
dengan pahala kebaikan yang jauh berlipat ganda.... amiin

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al-Ahqaf [46]: 15 )
Doanya untuk kita, meski tanpa diminta selalu terlantun tulus dan ikhlas, sgala kebaikan dipanjatkannya untuk kita.

Yaa Rabb, jaga ibu, jaga bapak... mereka yang cintanya tanpa syarat. Jadikan letih dan sakitnya sebagai penggugur dosa-dosanya. Amiin :-)

*sebulan setelah hari itu, bunga itu sampai sekarang masih disimpannya rapi di meja tamu, bahkan selalu diceritakannya dengan antusias setiap ada yang menanyakan...

Maaf buk, belum bisa memberikan lebih untukmu, yakinlah cintaku teramat besar untukmu.... Uhibbuki fillah Ummi.... anak yang selalu bangga denganmu.
Lekas sembuh yaa, tak sanggup diri ini melihatmu merasai sakit. Tapi, sungguh Allah sangat menyayangimu....

0 komentar:

Posting Komentar