Terhenyak miris melihat kondisi saat ini....
Anak-anak kecil dengan polosnya berpolah layaknya orang
dewasa. Ya maklum saja, karena hal tersebut telah menjadi makanan sehari-hari
bagi mereka. Setiap jam, bahkan setiap menit dipertontonkan di televisi.
Alhasil hal tersebut telah membudaya di setiap kalangan, tak terkecuali
anak-anak kecil yang tak tahu apa-apa tersebut.
Padahal sungguh, mereka masih sangatlah polos... lugu dan
apa adanya.
Sekedar ingin berbagi kisah tentang adek-adek yang atas izin
Allah membersamai hari-hari saya.
Dengan tingkah ceria mereka, polah aktraktif mereka bahkan
disaat belajar sekalipun, aksinya tak pernah bisa tenang, yaa...maklum saja,
namanya juga anak-anak. Memang masanya bagi bereka untuk itu semua. Namun
menjadi tidak wajar, ketika keceriaan itu tak lagi diekspresikan layaknya usia
mereka.
“na...na..nanana... nanananaaa...” bersenandung sambil joged
ala lagu oplosan(lagu yang sedang marak di televisi dan identik
dengan goyangan yang menyertainya). Astaqfirullah.
“dek, gak boleh kaya gitu...gak baik. Nyanyinya lagu yang
laen, anak kecil kok nyanyinya kaya gitu” spontan memberi komentar dengan nada
pelan.
Apa reaksi mereka???
Cukup hanya diam.
Beberapa saat kemudian, ketika salah satu dari mereka
kembali menyenandungkan lagu itu, salah satu anak berkomentar, “Hus, gak boleh
nyanyi itu. Kata mbak gak baik, orang anak kecil kok nyanyinya kaya gitu. Kita
tuh harusnya nyanyi lagu ‘padamu negeri kami berjanji..... (menyenandungkan
salah satu lagu nasional...)....”
Saya yang kebetulan sedang tak di sisi mereka, namun tetap
bisa mendengarkan pembicaraannya. Subhanallah, saya hanya mengigatkan sekali
tapi itu langsung benar-benar menancap di benak mereka bahkan mereka sudah
mampu mengembangkan sendiri maksud dari nasihat saya.
------------------------***-------------------------
Di lain kesempatan lagi, ketika saya mencoba memberikan tontonan video serial
anak-anak muslim,
Kemudian salah satu anak berkomentar
“ah... aku jadi pengen berhijab deh...”
“iya... aku besok kalo main ke luar rumah mau pake kerudung,
kaya Mbk.....” sahut anak yang lain.
“Iya...aku juga,” tambah anak lainnya lagi.
Saya yang berada di sebelahnya hanya tersenyum sambil
terhenyak dalam hati, “Subhanallah, anak-anak ini....”
------------------------***---------------------------
Cerita lain lagi, ketika di sela-sela belajar, saya mencoba
mengajak mereka berbicara dari hati-ke hati,
“Dek... usia kalian berapa?”
“Aku 8 tahun... aku 7 tahun....” teriak mereka serempak.
“berarti kalau usia kalian udah 7 tahun ke atas, artinya
kalian sudah harus sholat.... udah pada sholat belum???”
“udah... tapi Cuma sholat magrib sama dzuhur, ashar... isya’
sama subuhnya kadang-kadang...” jawabnya polos, jujur apa adanya.
“yaa.. kalu anak usianya sudah 7 tahun itu harus sudah
sholat. Sholatnya 5 waktu, subuh, dzuhur, ashar, magrib dan isya’. Semua harus
dikerjakan, gak boleh Cuma salah satunya aja... tau gak, besok ketika di
akherat, yang pertama kali ditanyakan adalah tentang sholatnya, ketika sholatnya
sudah baik maka semua amalan juga akan dianggap baik... jadi sholatnya harus
dijaga yaa...”
“Amiin... iya ya mbak... hey besok kalau ke sini kita bawa
mukena yuk, jadi waktu sholat isya, kita istirahat dulu, terus sholat berjamaah di sini... yaa?” reaksi
sepontan mereka, sambil berunding.
Lagi...lagi saya hanya terhenyak, tersenyum melihat respon
mereka. Dalam hati, “Subhanallahu.... sungguh anak-anak ini mudah sekali
diarahkan, sungguh masih jernih pikirannya...”
---------------------------------***------------------------------
Dari hal itu saya jadi merenung, sebenarnya bagaimana masa
depan bangsa kita nanti itu, semua bisa kita ciptakan dan kita bentuk dari
sekarang. Mau masa depan yang indah, baik dan cerah. Atau mau masa depan yang
jelek, buruk dan suram???
Semua bisa kita lukis sejak sekarang. Lewat apa???
Tak lain tak bukan, adalah lewat anak-anak saat ini.
Merekalah penerus generasi kita. Merekalah yang akan menjadi pemimpin di masa
depan. Jika memang benar kita menginginkan masa depan indah, baik dan cerah,
tentunya kita harus melukisnya sejak saat ini. Dengan terus mengajarkan hal-hal
yang baik kepada anak-anak kita, adik-adik kita, dan saudara-saudara kita. Memberika
tauladan-tauladan kebaikan, baik dari ucapan, perbuatan maupun sikap. Mulai
membiasakan dengan segala hal yang baik, tontonan yang baik, perlakuan yang
baik.... segalanya dengan kebaikan. Karena sungguh, mereka hanya mencontoh dan
merekam apa yang ada di sekitarnya. Mereka menjadi baik saat di sekitarnya
selalu membiasakan dengan hal-hal yang baik, begitupun sebaliknya.
Ketika banyak orang megeluhkan, “anak kecil, anak muda
jaman sekarang gak tahu sopan santun, pergaulannya sangat bebas,”
Yaa...jangan salahkan anak kecilnya/ anak mudanya, karena
sungguh bisa jadi itulah cerminan dan hasil dari masyarakatnya.
Ketika kita menyadari kondisi anak-anak kecil dan anak-anak
muda saat ini masih belum baik, maka jangan hanya fokus ‘menyalahkan’ obyek
itu. Tapi, berpikirlah dan teruslah evaluasi diri. Sudahkah kita memeberikan
tauladan kebaikan? Sudahkah kita mengajak pada kebaikan? Sudahkah kita memberi
nasihat kebaikan? Sudahkah kita bergerak untuk mengupayakan kebaikan?
Emm... jangan-jangan kebaikan itu hanya ada dalam benak dan
pikiranmu saja? alhasil hanya bisa menyalahkan segala keburukan tanpa bisa
memberikan solusi perubahan???
Ayo, bangkit dan benahi yang memang harus di benahi. Jangan
biarkan anak-anak kecil, anak-anak muda termakan oleh arus globalisasi yang
semakin jauh dari nilai-nilai kebenaran “agama”.
Jangan biarkan oknum-oknum tak bertanggung jawab itu merusak
generasi masa depan kita, dengan rekayasa perang pemikiran yang mereka
luncurkan dari segala penjuru. Sungguh lindungilah anak-anakmu, adik-adikmu,
saudara-saudaramu, teman-temanmu, dan tetangga-tetanggamu.
“sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh.” (QS.As-saff [61]: 4)
Sungguh, kebaikan yang tidak teratur itu akan terkalahkan
oleh kebatilan yang tersusun rapi. Maka tak boleh kita terlena, atau bersantai
ria dan berpangku tangan membiarkan kejahatan yang teramat rapi itu secara
perlahan, halus dan terus-menerus menggerogoti generasi kita. Bangkit dan lawan
semua itu dengan kebaikan yang tersusun rapi dan teratur, agar kita kokoh dan
tak tergerus arus, tak roboh oleh hantaman.
Lakukan dari diri sendiri, dari hal kecil dan mulai sekarang
juga. Jangan pernah ragu, jika yang kau sampaikan itu adalah suatu kebenaran. La
Tahzan, innallaha ma’ana.
Sudah siap melukis masa depan???
0 komentar:
Posting Komentar