Pages

Labels

Test Footer 2

Senin, 27 Januari 2014

Dialog Cinta Ibu dan Anak



Ibu      : ibu itu tak minta apa-apa, yang penting kamu belajar dengan baik, lulus lalu  kerja. Kerja apapun itu bapak ibu sudah senang. Tak harus kerja yang wah.  Tak perlu ikut-ikutan ini itu. Kamu ada di rumah bersama bapak-ibu itupun sudah cukup.....
Anak   : tapi ibu... aku ingin meraih mimpi-mipiku. Aku ingin terus berkembang. Aku ingin terus berkontribusi positif bagi umat... izinkan aku ibu.
Ibu      : nanti kalau kamu kenapa-kenapa gimana? Kalau kamu sakit, kalau kamu terluka, kalau kamu kelaparan, kalau kamu kedinginan..... (dan kalau...kalau yang lainnya...)
Anak   : ini adalah kesempatan untukku bisa mewujudkan mimpiku ke luar negeri. Mimpi yang lama ku impi-impikan, dan kesempatan itu kini telah tiba, maka izinkanlah aku ibu....
Ibu      : sudah, kmu gak perlu aneh-aneh,

------------------------***-------------------------------------
Anak   : ibu, aku akan pergi ke tempat yang tinggi.... mohon izinnya,
Ibu      : jangan nak, kau tak kan sanggup untuk ke sana.
Anak   : tapi ibu, ini untuk suatu kebaikan. Saya pergi bukan untuk bermain, tapi untuk suatu kegiatan bermanfaat bagi banyak orang. Izinkan aku ibu...
Ibu      : itu terlalu berbahaya bagimu...
Anak   : Jalan itu memang sulit, namun dengan ridhomu ibu aku akan mampu melewatinya,
Ibu      : Kamu belum berpengalaman ke tempat itu...
Anak   : Aku memang belum berpengalaman, namun dengan kau izinkan aku pergi, aku akan mulai berpengalaman.
Ibu      : Nanti kalau kamu jatuh gimana? Kalau kamu terluka gimana?
Anak   : Dan apapun yang akan terjadi denganku di jalan itu, semua adalah kekuasaan Allah, yang terpenting engkau telah meridhoi jalanku. Bahkan jika pun aku tetap bertahan di rumah, jika Allah memang menghendaki terjadi sesuatu kepadaku, maka itu tak bisa ku tolak... sungguh Allah Maha kuasa dan lebih tahu tentang apa yang akan terjadi dan menimpaku nantinya...
------------------------------***-------------------------------

Sungguh itu semua adalah bentuk cintanya untuk kita-buah hati yang sangat disayanginya- bahkan disaat usia kita sudah tak lagi belia. Bagi beliau kita adalah putri kecilnya yang dulu selalu ditimangnya, putri kecilnya yang ingin selalu dilindunginya, dan tak ingin suatu keburukan menimpa kita.

Tak patas memang kita merasa risih dengan cintanya yang luar biasa itu. Meski kadang setelah dewasa ini kita merasa hal itu amat terlalu, bahkan kita mengatakan overprotective. Sekarang, yang ada hanyalah perasaan memahami. Memahami perasaan tulus beliau yang memang telah melekat dalam benaknya, tak bisa dihalangi dan tak bisa disangkal. 

Yaa... sekarang kita hanya mencoba untuk terus belajar memahami perasaan itu, karena mungkin nanti kelak ketika kita telah berada di posisi seperti beliau, kita baru akan mampu merasakan apa yang beliau rasakan. “Perasaan cinta orangtua kepada buah hatinya” 

Namun selama ridhonya bisa kita ikhtiyarkan, kenapa tidak?

Tunjukkan dan buktikan saja bahwa kita bukanlah anak kecilnya yang dahulu... yang tak bisa apa-apa,
Tunjukkan bahwa kini anak kecil itu telah berubah menjadi akhwat tangguh, yang tak gentar oleh guncangan, tak hanyut dalam arus gelombang... tak runtuh oleh hantaman...
Akhwat yang meski dengan ketangguhannya, namun hatinya tetap selembut salju, yang akan selalu meleleh ketika mengenang cinta orangtua.
Jangan pernah menyerah dan putus asa,  untuk sebuah kata "ridho"

Ibu...Bapak...izinkan aku menjadi anak sholihah. Akhwat tangguh, dengan mengoptimalkan setiap potensi dalam diri ini agar optimal dalam kebaikan. Cukup kata ridhomu yang ku minta. Ibu... bapak... semoga Allah senantiasa menyayangimu-mengasihimu seperti engkau menyayangi dan mengasihiku sewaktu kecil. Ibu... bapak... semoga Allah melembutkan hatimu hingga mampu mengerti dan memahami hatiku. Ibu...bapak... ku mohonkan atasmu jalan kemudahan menuju surga-Nya, yang disana kelak nanti kita bisa berkumpul bersama. Ibu...bapak... uhibbukum fillah....”

Kini hanya doa-doa yang senantiasa kita panjatkan untuk mereka, agar apa yang menjadi mimpi dan harapan kita akan bisa sama dengan mereka atau setidaknya bisa mereka pahami....

“Ya Rabb... jadikan apa yang baik di mata-Mu, baik di mataku, adalah baik pula di mata orangtuaku. Jadikan apa yang baik menurut-Mu menjadi impian baikku dan menjadi impian baik pula bagi orangtuaku. Pautkan dan satukanlah hati kami untuk tetap mencintai segala hal yang Kau ridhoi..... ‘Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu maka kuatkanlah ikatan pertaliannya. Ya Allah abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak akan pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifah-Mu dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Amiin. Dan semoga sholawat serta salam selalu tercurah kepada Muhammad, kepada keluarga dan kepada semua sahabatnya.’ 

Rabithah itu harapannya akan mampu mengguncang hati mereka, kemudian melembutkannya, dan akhirnya meleburkannya serta menautkan ke hati kita, hingga akhirnya segala asa yang kita inginkan akan mampu mereka pahami. 

Yaa.... karena Allah telah mengikat hati-hati itu... Allah telah menyatukan hati-hati itu..... dan tak ada lain ketika hati telah bersatu, kecuali hanya keridhoan mereka yang senantiasa mengiringi langkah dan perjuangan kita. 

Teruslah meminta agar hati itu dapat terpaut. Yaa... hanya kepada-Nya, sang pemilik hati, yang Maha Membolak-balikkan hati manusia. Semoga jikapun ridho itu belum jua menyertai, sungguh Allah maha Mengetahui segala isi hati, bahkan segala yang baru terbisik dalam hati sebagai niat yang belum dapat terlaksana. Semoga... semoga dan semoga... Semangat lillahi ta’ala, Allah maha tahu yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. :-)

0 komentar:

Posting Komentar