SAAT KERIKIL
KECIL MENGHADANG LANGKAH KAKI
Lega... senang dan
bersyukur, ketika apa yang aku impi-impikan akhirnya dapat terwujud. Yaaaa....
benar-benar senenggggggg banget, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Diterima di jurusan PAI, semoga memang sebuah langkah menuju kebaikan....
amiin. Saat itu aku benar-benar merasa Allah begitu menyayangiku. Keadaan hati
benar-benar berada dalam kondisi yang sllu berprasangka baik kepada-Nya –harapannya kondisi itu dapat bertahan
terus, tidak hanya saat itu saja-
Bahkan, saat aku
harus merelakan tidak jadi ikut tes seleksi di universitas yang masih ikatan
dinas, padahal saat itu aku telah mengeluarkan biaya pendaftaran. “Ya Allah...
percuma, jauh-jauh daftar, Cuma buang uang aja ndhuk...” begitu komentar ibuku,
ketika aku beri tahu bahwa aku terlambat buka pengumuman, sehingga tidak ikut
tes seleksi. Aku bilang, “Berarti memang belum jalannya buat masuk disana Buk.
Udah gak papa... hehehe”
Padahal dalam hati,
asyikkkkkk.... udah buk, aku udah mantep dengan jurusan PAI. Aku pengennya
tetep disitu. Bukan yang lain.
Orangtua ternyata
masih mengharapkanku bisa masuk ke universitas yang berikatan dinas, sehingga
masa depan terjamin, begitu harapan mereka. Akupun diminta mendaftar disana,
ikut tes seleksi juga. Beberapa hari menjelang tes seleksi, ibuk memantau belajarku....
“Belajar ndhuk buat persiapan tes besok...-perintahnya-.”
meski tidak sepenuh hati menurutinya, aku hanya sekedar buka-buka buku saat
dihadapannya, sekedar melegakan beliau..... yaaa gimana lagi, aku pengennya
tetap di jurusan yang sudah jelas diterima itu, gak mau yang lain.
Astaqfirullah.....
maaf buk, bukan maksud hati melawan, tapi aku bermaksud memilih yang lebih baik,
Insya Allah ini baik juga untuk masa depanku dan juga untuk bapak ibu.
Disaat kondisi hati
begitu senangnya, dan dalam masa mempersiapkan diri menjelang masuk
perkuliahan. Sebulan sebelum masuk kuliah, aku harus mengurus segala
persyaratan registrasi, termasuk membayar biaya daftar ulang. Biayanya cukup
besar menurut kemampuan orangtuaku, buktinya kami harus menjual beberapa kebutuhan
pokok untuk memenuhi biaya itu.
Dalam hal sepenting
itu, sifat burukku muncul. TELEDOR, duh.... bener-bener deh, aku tuh orangnya
memang teledor, kurang hati-hati, dan sok tahu gitu.... hadehhhh . Prosedur yang dianjurkan dalam registrasi maba -Mahasiswa Baru- adalah kita diminta
untuk membayar biaya registrasi di bank Mandiri. Entah gimana, aku sok nebak,
sok tahu, dan sok-sok an gitu lah.... tanpa tanya siapa-siapa, aku berspekulasi
kalau yang dimaksud bank mandiri adalah
bank Mandiri Syariah, karena saat aku membuka brosur petunjuk UIN SUKA –padahal itu buku petunjuk untuk tahun 2010-
disana adanya rekening bank mandiri syariah. Dengan PD-nya aku pergi dengan
meminta tolong Bapak untuk mengantarku ke bank Mandiri Syariah yang ada di
sekitar UGM. Proses pembayaran berlangsung lancar, tak ada kendala. Aku kira
memang sudah benar prosedurnya....
Sampai suatu hari,
saat aku harus mulai meng-input data pribadi, disitu aku diharuskan memasukkan
PIN yang tertera di lembar bukti setor uang dari bank. Aku amati
berulang-ulang, tapi tidak tercantum nomer PIN, hanya beberapa deret nomer,
yang ketika aku coba gak berhasil sama sekali, alias gak cocok. Karena putus
asa, aku memutuskan untuk datang ke pusat informasi di kampus. Disana aku
bilang ke petugas, bahwa aku gak bisa input data. Aku kebinggungan dengan PIN
yang dimaksud.
Kaget begitu aku
tunjukkan bukti pembayaran yang aku dapat dari bank kepada petugas, bapaknya
bilang. “Loh.....wah kasus baru ni. Kamu bayarnya di bank mana??”
Saat itu aku
langsung glek, duh.... apa yang
salah???
“Di bank Mandiri syariah, pak...”
“Kamu siapa yang suruh bayar di bank
mandiri syariah?”
“Itu pak, di brosur UIN.... disana
ada petunjuk membayarnya lewat bank mandiri
syariah.”
“Brosur yang mana?? Orang di
pengumumannya udah jelas regristrasi lewat bank
Mandiri kok.”
Glekkkkkk,....
bener-bener drop saat itu.
“Terus gimana pak??” dengan badan
yang gemetaran.
“Udah gini aja, sekarang kamu ke
bagian keuangan terus tunjukkan bukti pembayarannya, minta solusi gimana baiknya.
Udah gak usah takut.... tenang dulu, tarik napas..... gak usah takut, nanti
insya Allah ada solusinya....”
Aku yang lumayan
dibuat ketar-ketir, tapi karena bapak yang bertugas itu sangat ramah, membuatku
jadi sedikit tenang. Tapi tetep aja, takut setengah mati, gimana enggak, itu
uang gak sedikit.... banyak bangettttt, harus bilang apa aku ke bapak-ibu,
mereka yang sejak awal gak tahu apa-apa, dan Cuma berusaha nyariin uang sesuai
permintaanku, gak kebayang kalau uang itu harus lenyapppp tanpa kejelasan.....
hmmmmm gimana???
Tapi saat itu aku
cukup bisa berpikir positif. Ini Allah sedang menguji kesabaranku,
tenang-tenang,.... pasti ada jalan keluarnya... tenang-tenang... dalam hati aku mencoba menenangkan diri.
Setelah muter-muter
mencari bagian keuangan, akhirnya ketemu juga. Disana diposes sebentar, Cuma
dicocokin dengan data keuangan yang masuk. Ternyata ketemu, uangku masuk ke
rekening rektorat. Alhamdulillah, itu bisa dicari solusinya dengan mencetak
ulang bukti pembayaran baru yang ada PIN nya.
Alhamdulillah....
lega banget saat tahu aku tidak bermasalah. Pikirku saat itu, aku harus
membayar ulang....- uang dari mana coba-.
Saat PIN sudah didapat, saat kembali ingin meng-input data, ternyata ada kendala di sistem informasinya yang perlu
diperbaharui karena PIN yang ku dapat tidak wajar. Entah problemnya dimana, aku
kurang paham, yang jelas saat itu aku harus naik turun untuk meminta bantuan ke
bagian sistem informatikanya. Ya Allah engkau begitu menyayangiku ternyata....
begitu pikirku, karena Engkau tak membiarkanku menjalani proses itu dengan
mulus. Kembali hatiku diuji kesabarannya.
Cukup lama, sampai
akhirnya petugas bilang “sekarang sudah
bisa”. Karena waktu sudah menunjukkan pk 11.30, aku bergegas pulang, karena
motor yang aku pakai mau dipakai kakaku buat kerja. Belum sempat nge-cek, apa benar-benar sudah bisa atau
belum. Hati masih belum tenang. Sampai di rumah, aku belum berani bilang
tentang hal itu ke ibukku, sampai akhirnya karena aku tak biasa menyembunyikan
suatu hal pun terhadap ibuku, aku pun
bercerita tentang keteledoranku, tapi gak papa kok, itu sudah ada solusinya.
Alhamdulillah.....:-) trimakasih Ya Allah semuanya baik-baik saja, aku masih
bisa meneruskan apa yang menjadi keinginanku. Hampir-hampir aku takut
kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikanku,
Allahu Akbar..... sentilan kecil yang sempat membuat
ketar-ketir..., smangatttttt :-)
mba nita sayaaaang ratna karena allah^^
BalasHapusUhibbukhi fillah mb nittaaaa sayaaaaang...^^ trimaksih tlah menjdi bgian dri skenario terindah dari Allah untukku...^^
Hapus