Pages

Labels

Test Footer 2

Rabu, 12 September 2012

Skenario Terindah Allah part 6


SAAT KERIKIL KECIL MENGHADANG LANGKAH KAKI

Lega... senang dan bersyukur, ketika apa yang aku impi-impikan akhirnya dapat terwujud. Yaaaa.... benar-benar senenggggggg banget, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Diterima di jurusan PAI, semoga memang sebuah langkah menuju kebaikan.... amiin. Saat itu aku benar-benar merasa Allah begitu menyayangiku. Keadaan hati benar-benar berada dalam kondisi yang sllu berprasangka baik kepada-Nya –harapannya kondisi itu dapat bertahan terus, tidak hanya saat itu saja-

 Bahkan, saat aku harus merelakan tidak jadi ikut tes seleksi di universitas yang masih ikatan dinas, padahal saat itu aku telah mengeluarkan biaya pendaftaran. “Ya Allah... percuma, jauh-jauh daftar, Cuma buang uang aja ndhuk...” begitu komentar ibuku, ketika aku beri tahu bahwa aku terlambat buka pengumuman, sehingga tidak ikut tes seleksi. Aku bilang, “Berarti memang belum jalannya buat masuk disana Buk. Udah gak papa... hehehe”

Padahal dalam hati, asyikkkkkk.... udah buk, aku udah mantep dengan jurusan PAI. Aku pengennya tetep disitu. Bukan yang lain.

Orangtua ternyata masih mengharapkanku bisa masuk ke universitas yang berikatan dinas, sehingga masa depan terjamin, begitu harapan mereka. Akupun diminta mendaftar disana, ikut tes seleksi juga. Beberapa hari menjelang tes seleksi, ibuk memantau belajarku.... “Belajar ndhuk buat persiapan tes besok...-perintahnya-.” meski tidak sepenuh hati menurutinya, aku hanya sekedar buka-buka buku saat dihadapannya, sekedar melegakan beliau..... yaaa gimana lagi, aku pengennya tetap di jurusan yang sudah jelas diterima itu, gak mau yang lain.

Astaqfirullah..... maaf buk, bukan maksud hati melawan, tapi aku bermaksud memilih yang lebih baik, Insya Allah ini baik juga untuk masa depanku dan juga untuk bapak ibu.
Disaat kondisi hati begitu senangnya, dan dalam masa mempersiapkan diri menjelang masuk perkuliahan. Sebulan sebelum masuk kuliah, aku harus mengurus segala persyaratan registrasi, termasuk membayar biaya daftar ulang. Biayanya cukup besar menurut kemampuan orangtuaku, buktinya kami harus menjual beberapa kebutuhan pokok untuk memenuhi biaya itu.

Dalam hal sepenting itu, sifat burukku muncul. TELEDOR, duh.... bener-bener deh, aku tuh orangnya memang teledor, kurang hati-hati, dan sok tahu gitu.... hadehhhh . Prosedur yang dianjurkan dalam registrasi maba -Mahasiswa Baru- adalah kita diminta untuk membayar biaya registrasi di bank Mandiri. Entah gimana, aku sok nebak, sok tahu, dan sok-sok an gitu lah.... tanpa tanya siapa-siapa, aku berspekulasi kalau yang dimaksud  bank mandiri adalah bank Mandiri Syariah, karena saat aku membuka brosur petunjuk UIN SUKA –padahal itu buku petunjuk untuk tahun 2010- disana adanya rekening bank mandiri syariah. Dengan PD-nya aku pergi dengan meminta tolong Bapak untuk mengantarku ke bank Mandiri Syariah yang ada di sekitar UGM. Proses pembayaran berlangsung lancar, tak ada kendala. Aku kira memang sudah benar prosedurnya....

Sampai suatu hari, saat aku harus mulai meng-input data pribadi, disitu aku diharuskan memasukkan PIN yang tertera di lembar bukti setor uang dari bank. Aku amati berulang-ulang, tapi tidak tercantum nomer PIN, hanya beberapa deret nomer, yang ketika aku coba gak berhasil sama sekali, alias gak cocok. Karena putus asa, aku memutuskan untuk datang ke pusat informasi di kampus. Disana aku bilang ke petugas, bahwa aku gak bisa input data. Aku kebinggungan dengan PIN yang dimaksud.

Kaget begitu aku tunjukkan bukti pembayaran yang aku dapat dari bank kepada petugas, bapaknya bilang. “Loh.....wah kasus baru ni. Kamu bayarnya di bank mana??”
Saat itu aku langsung glek, duh.... apa yang salah???
            “Di bank Mandiri syariah, pak...”
            “Kamu siapa yang suruh bayar di bank mandiri syariah?”
            “Itu pak, di brosur UIN.... disana ada petunjuk membayarnya lewat bank mandiri
            syariah.”
            “Brosur yang mana?? Orang di pengumumannya udah jelas regristrasi lewat bank
 Mandiri kok.”

Glekkkkkk,.... bener-bener drop saat itu.
            “Terus gimana pak??” dengan badan yang gemetaran.
            “Udah gini aja, sekarang kamu ke bagian keuangan terus tunjukkan bukti pembayarannya, minta solusi gimana baiknya. Udah gak usah takut.... tenang dulu, tarik napas..... gak usah takut, nanti insya Allah ada solusinya....”

Aku yang lumayan dibuat ketar-ketir, tapi karena bapak yang bertugas itu sangat ramah, membuatku jadi sedikit tenang. Tapi tetep aja, takut setengah mati, gimana enggak, itu uang gak sedikit.... banyak bangettttt, harus bilang apa aku ke bapak-ibu, mereka yang sejak awal gak tahu apa-apa, dan Cuma berusaha nyariin uang sesuai permintaanku, gak kebayang kalau uang itu harus lenyapppp tanpa kejelasan..... hmmmmm gimana???

Tapi saat itu aku cukup bisa berpikir positif. Ini Allah sedang menguji kesabaranku, tenang-tenang,.... pasti ada jalan keluarnya... tenang-tenang... dalam hati aku mencoba menenangkan diri.
Setelah muter-muter mencari bagian keuangan, akhirnya ketemu juga. Disana diposes sebentar, Cuma dicocokin dengan data keuangan yang masuk. Ternyata ketemu, uangku masuk ke rekening rektorat. Alhamdulillah, itu bisa dicari solusinya dengan mencetak ulang bukti pembayaran baru yang ada PIN nya.

Alhamdulillah.... lega banget saat tahu aku tidak bermasalah. Pikirku saat itu, aku harus membayar ulang....- uang dari mana coba-. Saat PIN sudah didapat, saat kembali ingin meng-input data, ternyata ada kendala di sistem informasinya yang perlu diperbaharui karena PIN yang ku dapat tidak wajar. Entah problemnya dimana, aku kurang paham, yang jelas saat itu aku harus naik turun untuk meminta bantuan ke bagian sistem informatikanya. Ya Allah engkau begitu menyayangiku ternyata.... begitu pikirku, karena Engkau tak membiarkanku menjalani proses itu dengan mulus. Kembali hatiku diuji kesabarannya.

Cukup lama, sampai akhirnya petugas bilang “sekarang sudah bisa”. Karena waktu sudah menunjukkan pk 11.30, aku bergegas pulang, karena motor yang aku pakai mau dipakai kakaku buat kerja. Belum sempat nge-cek, apa benar-benar sudah bisa atau belum. Hati masih belum tenang. Sampai di rumah, aku belum berani bilang tentang hal itu ke ibukku, sampai akhirnya karena aku tak biasa menyembunyikan suatu hal  pun terhadap ibuku, aku pun bercerita tentang keteledoranku, tapi gak papa kok, itu sudah ada solusinya. Alhamdulillah.....:-) trimakasih Ya Allah semuanya baik-baik saja, aku masih bisa meneruskan apa yang menjadi keinginanku. Hampir-hampir aku takut kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikanku,
Allahu Akbar..... sentilan kecil yang sempat membuat ketar-ketir..., smangatttttt :-)

2 komentar:

  1. mba nita sayaaaang ratna karena allah^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uhibbukhi fillah mb nittaaaa sayaaaaang...^^ trimaksih tlah menjdi bgian dri skenario terindah dari Allah untukku...^^

      Hapus