BERMAHARKAN
TABUNGAN HAJI
Baru saja aku membaca tautan yang membahas tentang
mahar/maskawin. Apa boleh mahar dihutang, begitu tema yang diperbincangkan.
Setelah membaca itu, aku jadi teringat peristiwa yang kualami beberapa waktu
yang lalu.
Saat itu- aku masih ingat sekali- tepatnya hari sabtu.
Seperti biasa, agendaku hari sabtu yaitu menghadiri kajian rutin sabtu pagi di
maskam, yang diadakan oleh Lembaga Dakwah Kampus. Tidak lama sih, dari jam
07.00-08.30-an. Dan usai acara itu, aku tak beranjak dari selasar masjid. Aku
hanya duduk-duduk di selasar sambil sesekali tengok kanan-kiri. Kebetulan saat
itu aku juga sedang menunggu ukhti-ukhtiku untuk acara liqo. Saat sedang asyik
duduk-duduk, tiba-tiba keramaian muncul, beberapa satpam masuk masjid dan
tampak sibuk memeriksa keamanan. Ada apa nih....?? rasa kagetpun seketika
muncul.
Tanda tanyakupun langsung terjawab. Emmmm...ternyata ada
yang mau akad nikah. Memang sudah biasa
sih, setiap hari sabtu dan ahad masjid kampus menjadi langganan tempat
walimatul ‘ursy.
Rombongan keluarga mempelai pria berduyun-duyun masuk ke
masjid.
“Mempelai prianya,
tampaknya Ikhwan kok dek....” celetuk seorang ukhti di sampingku.
Batinku, “yee...emang harusnya Ikhwan, namanya juga
pengantin pria, ya Ikhwan lah... masak
ya akhwat.... hehehe..” ;-)
Meskipun aku tahu apa maksud ukhti disampingku itu.
Menyusul kemudian, sang mempelai wanita masuk juga ke dalam masjid dengan diiringi anggota
keluarganya.
Batinku berkata lagi, “Nah itu mempelai wanitanya Akhwat ukh...”
Hehehe,,, ingin sekali menceletuk seperti itu, tapi tak
jadi... hehehe ada-ada saja aku ni.
Seperti biasanya, aku selalu merasa senang ketika melihat orang
menikah, entah kenapa bayangannya.... “Duhhh.....Bahagia sekali kedua
pengantin itu, bersiap menyambut hari-hari bahagia penuh barokah dalam bigkai
keluarga.”
Selalu ada rasa merinding dan hati bergetar ketika berada di
sekitarnya... Subhanallah-Maha Suci Allah- tak bisa terlukiskan dengan
kata-kata.
Aku masih larut dalam renunganku, sampai tiba ketika Akad
nikah sudah dimulai. Aku yang berada di selasar masjid, memang tidak bisa
melihat suasana akad yang berlangsung di dalam masjid. Namun suara yang
terdengar dari speaker , cukup bisa
membuatku merasakan suasana sahdu didalam masjid.
“Saya terima
nikah dan kawinnya________ binti_________ dengan maskawin Tabungan Haji senilai 5
juta rupiah”
Dengan lantang suara mempelai pria terdengar jelas
mengucapkan ikrar ijab kabul.
Hah???
Aku tersenyum, Subhanallah... :-) maskawinnya tabungan haji, hmmmmm.... aku meleleh mengetahui hal itu. Batinku kembali berkata, “Pasti mereka berdua berencana untuk menunaikan ibadah haji bersama.... makanya mereka memulai bahtera rumah tangganya dengan menabung haji. niat tulus sudah dibentuk untuk bisa menyempurnakan rukun Islam yang ke-5 itu....
Subhanallah. Kenangan indah,
betapa bahagianya mereka ketika kelak tabungannya telah cukup dan mereka
bersiap pergi ke Baitullah, ingatan akan awal perjuangan itu akan benar-benar
terasa indah pada akhirnya.....”
Sejak saat itu, aku senyam-senytum melulu. Yaa maklum saja,
itu kali pertamanya aku mendengar orang menikah dengan maskawin tabungan haji,
biasanya hanya seperangkat alat sholat atau perhiasan atau bahkan uang tunai.
Semoga niatnya memang benar-benar murni dan tulus, setulus
ikatan cinta yang telah terpatri dalam bentuk pernikahan itu. AMIIN
Barakallahu lakuma wa baraka’alaikuma wa jama’a bainakuma
fii khair J untuk
Ukhti wa Akhi yang aku belum mengenalnya hehehe.... :-)
0 komentar:
Posting Komentar