Pages

Labels

Test Footer 2

Kamis, 17 Mei 2012

BERMAHARKAN TABUNGAN HAJI


BERMAHARKAN TABUNGAN HAJI

Baru saja aku membaca tautan yang membahas tentang mahar/maskawin. Apa boleh mahar dihutang, begitu tema yang diperbincangkan. Setelah membaca itu, aku jadi teringat peristiwa yang kualami beberapa waktu yang lalu.

Saat itu- aku masih ingat sekali- tepatnya hari sabtu. Seperti biasa, agendaku hari sabtu yaitu menghadiri kajian rutin sabtu pagi di maskam, yang diadakan oleh Lembaga Dakwah Kampus. Tidak lama sih, dari jam 07.00-08.30-an. Dan usai acara itu, aku tak beranjak dari selasar masjid. Aku hanya duduk-duduk di selasar sambil sesekali tengok kanan-kiri. Kebetulan saat itu aku juga sedang menunggu ukhti-ukhtiku untuk acara liqo. Saat sedang asyik duduk-duduk, tiba-tiba keramaian muncul, beberapa satpam masuk masjid dan tampak sibuk memeriksa keamanan. Ada apa nih....?? rasa kagetpun seketika muncul.

Tanda tanyakupun langsung terjawab. Emmmm...ternyata ada yang mau akad nikah.  Memang sudah biasa sih, setiap hari sabtu dan ahad masjid kampus menjadi langganan tempat walimatul ‘ursy.
Rombongan keluarga mempelai pria berduyun-duyun masuk ke masjid.
        
 “Mempelai prianya, tampaknya Ikhwan kok dek....” celetuk seorang ukhti di sampingku.

Batinku, “yee...emang harusnya Ikhwan, namanya juga pengantin pria, ya Ikhwan lah... masak  ya akhwat.... hehehe..”  ;-)

Meskipun aku tahu apa maksud ukhti disampingku itu.

Menyusul kemudian, sang mempelai wanita masuk  juga ke dalam masjid dengan diiringi anggota keluarganya.
Batinku berkata lagi, “Nah itu mempelai wanitanya  Akhwat ukh...”
Hehehe,,, ingin sekali menceletuk seperti itu, tapi tak jadi... hehehe ada-ada saja aku ni.

Seperti biasanya, aku selalu merasa senang ketika melihat  orang  menikah, entah kenapa bayangannya.... “Duhhh.....Bahagia sekali kedua pengantin itu, bersiap menyambut hari-hari bahagia penuh barokah dalam bigkai keluarga.”

Selalu ada rasa merinding dan hati bergetar ketika berada di sekitarnya... Subhanallah-Maha Suci Allah- tak bisa terlukiskan dengan kata-kata.

Aku masih larut dalam renunganku, sampai tiba ketika Akad nikah sudah dimulai. Aku yang berada di selasar masjid, memang tidak bisa melihat suasana akad yang berlangsung di dalam masjid. Namun suara yang terdengar dari speaker , cukup bisa membuatku merasakan suasana sahdu didalam masjid.
        “Saya terima nikah dan kawinnya________ binti_________ dengan maskawin Tabungan Haji senilai 5 juta rupiah”
Dengan lantang suara mempelai pria terdengar jelas mengucapkan ikrar ijab kabul.

 
Hah???

Aku tersenyum, Subhanallah... :-) maskawinnya tabungan haji, hmmmmm.... aku meleleh mengetahui hal itu. Batinku kembali berkata, “Pasti mereka berdua berencana untuk menunaikan ibadah haji bersama.... makanya mereka memulai bahtera rumah tangganya dengan menabung haji. niat tulus sudah dibentuk untuk bisa menyempurnakan rukun Islam yang ke-5 itu.... 

Subhanallah. Kenangan indah, betapa bahagianya mereka ketika kelak tabungannya telah cukup dan mereka bersiap pergi ke Baitullah, ingatan akan awal perjuangan itu akan benar-benar terasa indah pada akhirnya.....”

Sejak saat itu, aku senyam-senytum melulu. Yaa maklum saja, itu kali pertamanya aku mendengar orang menikah dengan maskawin tabungan haji, biasanya hanya seperangkat alat sholat atau perhiasan atau bahkan uang tunai.

Semoga niatnya memang benar-benar murni dan tulus, setulus ikatan cinta yang telah terpatri dalam bentuk pernikahan itu. AMIIN

Barakallahu lakuma wa baraka’alaikuma wa jama’a bainakuma fii khair J untuk Ukhti wa Akhi yang aku belum mengenalnya hehehe.... :-)

0 komentar:

Posting Komentar