Apa yang terlintas dari jargon tersebut? Emm,,, mungkin
sekilas kita akan teringat pada pak Bondan. Yang selalu menyebut, “Tetap
sehat tetap semangat, agar kita dapat terus berwisata kuliner”
Jargon itu akhir-akhir ini jadi semakin sering saya
dengarkan, karena ada salah satu teman yang gak tahu kenapa, suka banget
menyisipkan pesan itu di setiap perbincangannya.
Hmmm, jadi sudah kebal, dan gak begitu peka dengan kalimat
itu karena saking seringnya disebut-sebut. Justru ada satu teman lain yang
nyeletuk begini, “alah...dia tuh ketahuan suka makan, buktinya selalu
nyebut-nyebut kata-kata itu,”
Hehehe... entahlah, saya tidak akan memperpanjang persoalan jargon itu. Tapi kejadian-kejadian akhir-akhir ini, membuat saya sedikit merenungi kalimat itu, ternyata memang ada benarnya juga.
Hehehe... entahlah, saya tidak akan memperpanjang persoalan jargon itu. Tapi kejadian-kejadian akhir-akhir ini, membuat saya sedikit merenungi kalimat itu, ternyata memang ada benarnya juga.
Serasa disentil, dan banyak mendapat ibrah dari
temen-teman yang kebetulan sedang disayang Allah dengan diberi nikmat sakit.
Tanpa sadar sebelumnya, saya memang termasuk orang yang tak begitu peduli dengan
pola makan, asupan makanan, dan kondisi tubuh.
Astaqfirullah, berapa seringnya kita malas
makan dengan dalih gak suka dengan menu makannya. Berapa sering kita mengeluh
gak suka makan sayuran. Berapa sering kita memilih memakan jajanan pinggir
jalan yang belum jelas higienis atau tidaknya, belum jelas kandungan gizinya,
dan adanya bahan-bahan kimia lainnya yang kemungkinan banyak terkandung.
Mungkin kita belum tersadar untuk berpikir jauh saat memilih mengkonsumsi
makanan. Yang sering kita pikirkan hanyalah, makanan itu enak di mulut atau
tidak.
Tapi sekarang saya benar-benar tersentil.
Kalau kita berpikiran bahwa, “terserah gue lah, mau makan
apa kek, gak ada hubungannya juga dengan kalian. Mau makan atau gak makan. Mau sehat
atau sakit. Itu semua kan yang ngerasain gue sendiri, gak ada sangkut pautnya
sama orang lain, jadi terserah dong apa mau gue...”
Huh, serasa diri hanya hidup sendiri. STOP !!! betapa
egoisnya diri ini jika pikiran seperti itu masih sering terbesit di benak kita.
Hellow, brosist kita hidup bukan untuk hari ini dan
untuk diri ini saja, melainkan kita
hidup kemarin, sekarang dan untuk masa depan sampai waktu yang telah
ditentukan. Maka, mulailah berpikir,
bahwa diri kita itu tidak sepenuhnya menjadi hak milik kita sendiri. Ada hak
ibu-bapak selaku orangtua yang melahirkan, membesarkan, merawat dan mendidik
kita hingga sampai seperti saat ini. Ada hak teman-teman kita, saudara-saudara
kita yang memerlukan kehadiran dan eksistensi kita. Ada hak orang-orang di masa
depan kita. Dan yang jelas dan yang paling utama harus kita sadari bahwa diri
kita itu adalah ciptaan-Nya, badan kita adalah amanah dari Allah yang sudah
seharusnya kita jaga, dan pelihara dengan sebaik-baiknya. So, diri ini
justru bukanlah milik kita sendiri, tetapi merupakan HAK bagi orang lain di
sekitar kita.
Saat kita malas, makan tidak teratur, kurang minum, dan kita
tidak peduli karena merasa tubuh masih kuat. Terforsir dengan kegiatan yang
begitu padat tanpa diimbangi dengan konsumsi makanan dan minuman yang cukup.
Bagaimana tubuh kita??? Mungkin untuk saat ini masih terasa baik-baik saja, tapi sadarlah sebenarnya fisik kita menjerit
meminta haknya. Cobalah saat ini, sejenak berpikir, kalau terus-terusan begitu,
kemudian kita sakit, siapa yang akan direpotkan??? Apa Cuma diri kita sendiri?
Tentu tidak. Ada orang tua, sanak saudara, tetangga, dan teman-teman kita yang
akan turut terrepotkan atas sakitnya kita.
# Masih mau cuek???
Saat kita malas dan tidak mau makan sayur-sayuran, tapi
justru lebih memilih jajan makananan pinggir jalan. Sampai ibu harus
berkali-kali “menceramahimu” dengan tausyiah panjang lebar. Ingatlah, jika
kau wanita, kelak kau itu adalah calon ibu, calon istri, yang nantinya lewat
rahim kita, akan ada generasi penerus masa depan yang punya hak untuk tinggal
secara kuat dan sehat dalam tubuh kita. Bagaimana nanti, jika sekarang saja kita tidak peduli dengan
kesehatan tubuh kita. Salah siapa, jika saat dalam kandungan, banyak problem
dan membuat sang calon bayi tak kuat bertahan di tubuh kita? Siapakah yang akan
mendidik anak-anak kita kelak hingga mampu menjadi jundullah, mujahid-mujahidah
pejuang agama ini. Siapa yang akan mengurus suami, menggurusi rumah tangga, jika ibu dan istrinya sakit-sakitan? Salah satu
yang mempengaruhi tentunya pola makan kita, bagaimana kita menjaga kondisi
tubuh kita dari sekarang. Sadar dan mulai berbenah !!!
Jika kau laki-laki, kelak kau adalah pemimpin bagi
keluargamu, suami dari istrimu dan ayah dari anak-anakmu. Lalu bagaimana jika
kau sakit-sakitan? Siapa yang akan mencari nafkah untuk mereka? siapa yang akan
memimpin mereka? dan siapa yang akan jadi tulang punggung bagi keluarga? Tentu
bukan orang lain, melainkan diri kita sendiri. Makanya jaga lah mulai dari
sekarang, bukan hanya nanti atau besok. Sadar dan mulai berbenah !!!
Sekarang mungkin kita akan paham, kenapa ibu kita tak
bosan-bosannya mengingatkan kita untuk menjaga pola makan kita, sering makan
sayur-sayuran, makan teratur dan tepat waktu, banyak minum air putih, jaga
kondisi tubuh. Yaa, beliau tahu persisi peran kita untuk masa depan kita,
beliau lebih berpengalaman dari kita. Beliau tahu yang terbaik untuk kita.

Mumpung masih muda, mumpung masih ada kesempatan dan masih
ada waktu. Kalau bukan diri kita yang peduli siapa lagi yang akan peduli.
Tetap Sehat, Tetap Semangat !!!

Yaa, mulai dari hal kecil untuk satu hal yang besar. Tetap sehat dan Tetap semangat.
Karena ketika kau sehat, gerakmu akan optimal, aksimu akan
maksimal. Berbakti berkarya dan berarti, dengan tubuh sehat dan kuat. Full
100% :-)
“Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang
lemah...”
So, TETAP SEHAT, TETAP SEMANGAT !!!
0 komentar:
Posting Komentar