mencinta tanpa syarat...
murni, semurni tegukan ASI
jernih, sejernih air yang mengalir di hulu
cintanya tanpa syarat,
selalu optimal dalam memberi,
merengkuh dengan sepenuh hati,
membelai lembut penuh ketulusan,
cintanya tanpa syarat,
memeluk dalam dekap kehangatan,
mendekap erat dalam dingin yang menusuk
selalu... dan selalu...
meski berkali-kali dicampakan,
cintamu tak berkurang, justru semakin
menjadi
tak pudar sedikitpun,
asli... benar-benar asli
dan semakin tampak kejernihan warnanya
bukan warna pink,
yang membuat pipi merona
bukan warna merah
yang membuat jiwamu kobarkan amarah
bukan pula putih
yang sempurna seutuhnya
bukan juga hitam
yang mejadikannya muram dalam gelap
sekali lagi bukan !!!
tapi...
kau adalah pelangi,
merahku yang
mampu mengobarkan jiwa ketika layu melanda
kuningku yang
mencerahkan hari-hariku
hijauku yang
memberikan kesejukan di setiap hela nafasku
biruku yang
meneduhkan jiwaku
dan semua warna yang semakin sempurna
mempesona,
semua kau hadirkan untukku,
warnamu tak luntur, meski terus terbakar
kokohmu tak hancur, meski hantaman terus
meluncur,
cintamu tanpa syarat
mentari yang menghangatkan,
bulan yang menerangi,
bintang yang mengindahkan
bumi yang menentramkan
langit yang menaungi
cintamu tanpa syarat
bukan dulu,
bukan sekarang,
dan bukan esok,
tapi...
dulu, sekarang dan untuk seterusnya,
cintamu tanpa syarat.
Tak peduli berapa kali sapaan hangat kau
dapat,
Namun hangat pelukmu senantiasa siap setia
mendekap erat,
Tak peduli berapa kali kau harus terjatuh
dan terbangun
Kakimu masih kokoh untuk menompang dan
melangkah untuk semakin mendekatku lekat
Dukaku, adalah sedihmu
Lukaku adalah deritamu
Peluh dan letihku adalah sengsaramu
Serapat ku ingin menutup
agar tak sempat sedih, derita dan sengsara
melanda
nuranimu
tulus berbicara, kau tahu....
setulus tetes-tetes kecil di pelupuk mata,
yang kemudian mengalir membasahi pipi ini,
setulus itu lah ingin kasih merengkuhmu
dalam belaian lembut
saat ku ingin membelaimu dalam buaian
samudra kasih,
kasihmu jauh melambung tinggi untukku,
hingga tak tergapai tangan mungil ini,
cintamu tanpa syarat,
seberapa kali ku meleburkan tetes-tetes
haru atas kasihmu
tak mengganti, titik-titik embun di ujung
pelupuk mata
yang mengiring bibir basahmu untuk terus
bermunajat,
cintamu tanpa syarat,
kau sebut-sebut syair indah kehidupan dalam
munajat cintamu,
tak luput lambungkan asa-asa indah tuk
permata hatimu
cintamu tanpa syarat
semua menjadi baik dimatamu
banggamu berkisah tentangku
cintamu tanpa syarat,
meski kau harus relakan kelak berpisah
meski pilu,
harunya menyertai tuk sambutkan ku dengan
bahagia,
hingga esok, saat ku jemput bahagia itu,
tetes haru dan piluku pun untukmu,
untuk kasihmu yang yang tak pernah pudar
dan ku pohon ridho serta restumu,
berharap akan meringgankan pundakmu,
ku pergi dari sisimu, tidak untuk berpaling
namun untuk terus memandangmu dari kejauhan
tanpa membuatmu tahu duka, luka, peluh dan
letihku...
meski akan menanggung rindu akan dekap
hangat dan belai lembutmu
cintamu benar-benar tanpa syarat,
yang mengajarkanku untuk selalu mencintai
tanpa syarat,
memberi tanpa syarat,
berbagi tanpa syarat,
dan ku akan terus belajar untuk terus
mencintaimu tanpa syarat,
seperti kau mencintaiku tanpa syarat...
0 komentar:
Posting Komentar