Selasa, 19 November 2013
Kaki ini melangkah keluar dari ruang Maternal sebuah rumah
sakit. Ruangan yang cukup intensif, sehingga tak bebas orang bisa masuk
seenaknya. Jikapun bisa masuk, hanya segelintir orang, itupun harus dengan
kostum pakaian yang telah disediakan oleh rumah sakit.
Setelah beberapa jam berada di dalam, saya harus keluar
untuk memberi kesempatan pada 2 tamu yang akan turut menjenguk. Memilih duduk
di kursi, bersama para pengunjung lainnya. Ada berbagai ekspresi wajah di sana.
Sesekali ku dengar kabar bahagia atas hadirnya malikat kecil dalam hidupnya.
Sesekali ku dengar cemas kekhawatiran atas anggota keluarganya. Adapula yang
kebingungan mencari di mana keluarganya berada. Semuanya kumpul dan sejenak
mengistirahatkan fisik di kursi panjang itu.
Satu menit... dua menit... tiga menit...
Tak jenak rasanya, hanya menunggu duduk tanpa beraktifitas
sedikitpun. Tiba-iba sorot mataku tertuju pada kerumunan orang yang berdiri
tepat di depan kaca jendela sebuah rungan. “Ada apa??” benakku penuh tanya.
Sempat juga khawatir, jika di sana ada satu pasien dengan sakit yang parah,
hingga saya pun enggan dan berpikir ulang untuk turut mendekat. Sungguh hati rasanya
gak tega kalau harus melihat kondisi yang tidak menyenangkan.
Tapi untuk kedua kalinya, ku coba memandang untuk secara
lebih detail. Tersirat wajah yang tak menampakkan kecemasan, kekhawatiran atau
pun kesedihan, namun yang tampak justru wajah dengan semburat senyum bahagia.
Dari kejauhan, akupun ikut senyum sendiri, mulailah terbesit
hal indah dalam benakku, yang akhirnya mendorong kakiku untuk melangkah menuju
kerumunan itu. Dan ternyata dugaanku memang benar, “Subhanallah....” tak habis
bibirku menggumbar senyum manis, sembari bertasbih dalam hati. Tak peduli
dengan siapa yang ada di sekelilingku. Mataku benar-benar seolah ditarik kuat
oleh sosok-sosok di dalam ruangan itu.
“Malaikat-malaikat kecil berwajah polos”.... benar-benar
seperti orang yang kesemsem. Ku dekatkan wajahku ke kaca jendela lehib dekat,
dan lebih dekat lagi. Senyumku semakin mengembang.
Bayi-bayi imut nan lucu, berjejer di dalam ruangan itu.
Berada di dalam box, masing-masing begitu mempesona memamerkan wajahnya yang
polos dan masih begitu natural apa adanya. “Subhanallah...” bibirku semakin
tersenyum lebar.
“Siapakah kau???” sungguh menyejukkan pandangan mata, pembawa angin segar bagi dunia.
“Siapakah kau???” sungguh menyejukkan pandangan mata, pembawa angin segar bagi dunia.


Seorang bapak berceletuk, “ ih bayinya hebat, kecil-kecil
udah bisa push up... padahal beratnya Cuma 12 ons ”
Saya hanya tersenyum, semakin takjub. “Subhanallah, betapa
agung kuasa-Nya...”
Sempat ingin meneteskan air mata haru, takjub dan bahagia. Hatiku
gemuruh merasakan kebahagiaan, layaknya rasa yang dialami bapak-bapak yang
berada di sampingku. Lebih tepatnya, 2 orang bapak yang dengan senyumnya yang mengembang,
memandangi malaikat kecilnya yang sedang digendong dengan penuh kehangatan oleh
sang ibunda yang telah berjuang menghantarkannya ke bumi ini. Dengan penuh
kasih sayang diberinya ASI yang itu adalah tegukan-tegukan pertamanya di
saat-saat pertamanya menjadi makhluk-Nya. Air ajaib, air syurga yang khusus
disediakan hanya untuk malaikat kecil itu.
Ku pandangi keluarga kecil itu, yang sesekali mereka saling
melempar senyum, berkomunikasi meski tanpa suara, dan hanya dengan gerakan
tangan dan bibir yang seolah memberikan isyarat ungkapan kebahagiaan. Kaca jendela
menjadi saksi kebagiaan keluarga kecil itu. Sungguh saya takjub dan tak kuasa
meneteskan air mata haru, menyaksikan rona kebahagiaan di sana.
Sejuk sekali rasanya memandangi keluarga kecil nan bahagia
itu. Benar-benar malaikat kecil yang memberikan semilir angin kebahagiaan bagi
siapa saja yang mendapatkan karunia itu.
Ketakjubanku tak kuasa ku bendung, dan membuatku tersipu
malu, dan akhirnya menuntunku untuk sejengkal melangkah menuju ke salah satu
sisi yang lain. Di ruang lainya, ternyata masih ada malaikat-maaikat kecil berwajah
polos lainnya. Sendiri dalam kotaknya, berekspresi natural apa adanya, tanpa
ada rekayasa dari yang lain. Wajah polos dengan aura syurga yang begitu
menyejukkan pandangan. Sesekali digerakkannya tangan mungilnya, sesekali ia
kerutkan wajahnya, seolah ingin mengekspresikan sesuatu. Sesekali ia ingin
menangis namun tak ku dengar suara itu...
Subhanallah,,, detik-detik itu benar-benar sangat
menyenangkan. Rasanya ingin sesering mungkin menginjakkan kaki di tempat itu
lagi, sekedar ingin merasakan suasana syurga dengan aura malaikat-malaikat
kecil berwajah polos itu. Senyum benar-benar tak lepas ku umbar dari bibirku.
Subhanallah.... Subhanallah.... Subhanallah. Tak ingin beranjak dari tempat itu
sebenarnya, namun waktu mengharuskanku melangkah menjauh, meninggalkan
senyum-senyum bahagia dari ayah-bunda, dan meninggalkan ekspresi-ekspresi lembut malaikat
kecil berwajah polos. Dalam benakku berkata, “kelak nanti, aku ingin kembali ke
sini lagi, sekedar ingin memandangi wajah malaikat-malaikat kecil berwajah
polos”
Subhanallah, di tempat yang sebenarnya tak ku suka, dan di
tempat di mana aku selalu merasa merinding dan ketakutan saat menginjakkan kaki
di sana, namun sekarang aku menemukan tempat istimewa, layaknya taman-taman
syurga, yang ketika memandangnya senang hati ini, sejuk mata ini.
#benar-benar terpesona dibuatnya :-)
0 komentar:
Posting Komentar