
Keren kah??? Mungkin akan ada orang yang menganggapnya keren.
Tapi Gimana jika ada kalimat sepert ini .......
“Anak
saya tuh tiap hari pulang malam, paling awal pulang jm 7 malam, jadi
bener-bener gak sempet buat bantu-bantu di rumah. Saya tuh bener-bener kasihan,
pikiran dan tenaganya gak pernah istirahat”
keluar dari bibir orangtua. Orangtua yang anaknya adalah
seorang Aktvis. Masihkah kita berpikir dia keren???
Iya bagaimanapun juga dia memang keren, namun ada yang kurang
darinya. Ada yang perlu ia luruskan dan benahi.
Dia yang seorang Aktivis, apalagi aktivis dakwah,
sesibuk-sibuknya dia, harusnya ia tidak akan melalaikan urusan baktinya
terhadap orangtua.
Karena meskipun itu sebenarnya adalah ucapan kasihan dan
perhatiannya terhadap kita, namun secara tidak langsung itu juga merupakan kalimat
“protes” nya terhadap anaknya yang tampak begitu jauh dari kehidupan rumah.
Haah... tak layak sebenarnya menyebut diri seorang Aktivis
dakwah, atau seorang mujahid jika di tengah kerja optimal kita dalam dakwah, di
sisi lain kita melalaikan kewajiban kita terhapat orangtua.
Seorang Aktivis, apalagi akhwat -sebenernya Ikhwan juga
sih- sesibuk-sibuknya ia harus mampu menyediakan waktu untuk orangtuanya.
Selarut-larutnya ia pulang, ia juga harus rela mengerjakan pekerjaan rumah
meski dengan sisa-sisa tenaganya. Sepagi-paginya ia berangkat, maka ia juga
harus mampu bangun jauh lebih awal sehingga bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan
rumah, masak, menyapu, mencuci, dan beres-beres segalanya. Karena dengan begitu
hak orangtua kita akan dapat mereka dapatkan. Dan mereka tdak akan merasa
kehilangan sosok buah hatinya, karena ternyata sesibuk apapun di luar, ia masih
mampu memberi arti di dalam rumah.
Terlebih bagi seorang Akhwat, itu adalah sebuah proses menuju
peran yang akan ia temui ketika telah berumah tangga nantinya. Karena semuanya
akan terasa berat jika tak terbiasa, namun semua akan terasa biasa saja ketika
kita telah melakukannya setiap hari.
Menegasi diri untuk mendisiplinkan diri sendiri. Menegasi
diri, bahwa kita harus rela tidur larut untuk menyelesaikan pekerjaan rumah
yang belum selesai karena kita pulang terlalu malam, rela menahan kantuk untuk
menyelesaikan tilawah sampai target kita meski mata telah begitu berat, rela
hanya tidur sebentar untuk segera bangun di sepertiga malam menegakkan qiyamul
lail, rela bangun jauh lebih awal untuk segera membantu ibu mengurusi urusan
rumah tangga karena kita akan meninggalkan rumah lebih pagi. Yaa... banyak
kerelaan-kerelaan yang harus kita tanamkan tegas dalam diri kita sendiri,
jangan biasakan kita mentolelir sedikit saja kemanjaan dalam diri, karena
dengan dispensasi yang sedikit itu lama kelamaan kita akan membiarkan diri kita
dalam kelalaian dan ketidak istiqomahan.
Dari keluhan atau ketidak nyamanan orangtua terhadap kita -anak
anaknya- sebenarnya muncul akibat kurang pandainya kita dalam membagi
waktu. Dan sebenarnya, tak akan ada tuntutan untuk mengurangi aktivitas, jika
kita mampu membagi waktu dengan baik dan tetap memberikan hak-hak orangtua
kita.
Nah,,, kalau sudah tak ada orang yang merasa terenggut haknya
oleh kita, baru deh kita bisa sedikit tersenyum lega. Jangan lagi menganggap
diri kita telah menjadi Aktivis hebat jika ternyata keluarga terabaikan oleh
kita.
Yaa, intinya adalah bagaimana kita memanage waktu sebaik
mungkin. Agar setiap detiknya berlalu penuh berkah, optimal dalam kemanfaatan. Dengan
tanpa mendzolimi pihak manapun.
Sehingga segalanya berjalan maksimal, ibadah, kuliah, dakwah,
kerja, keluarga dan masyarakat. Semua berjalan dengan baik. Itu baru seorang
Aktivis Super :-)
Aktivis itu Yes yes aja, yang penting urusan Keluarga dan
lainya juga harus tetap Okee.
#Terus
bermuhasabah untuk terus memperbaiki diri.
0 komentar:
Posting Komentar