KETIKA
ISTANA IMPIAN HARUS HANCUR BERKEPING-KEPING
Menjelang hari H
pengumuman, hati ini rasanya sudah sangat yakin... yaa... ada keyakinan kuat
bahwa aku bisa diterima, mengingat nilaiku yang lumayan bagus –cielehhh sombongnya- padahal yang lebih bagus buanyakkkk gitu deh.... hehehe,
Aku sudah
membayangkan impian-impian indah yang akan aku tapaki di hari-hari selanjutnya setelah aku diyatakan
diterima. Aku mau gini...mau gitu dan bla bla bla bla bla....
Sampai suatu malam,
tepat tgl 17 Mei 2011, beberapa jam sebelum pengumuman seleksi masuk perguruan
tinggi nasional jalur undangan dan beasiswa keluar. Sesudah sholat magrib, aku
berencana ingin menuliskan nazar-nazar yang akan aku lakukan jika aku diyatakan
diterima. Baru mau mengeluarkan bolpoin dan buku diaryku, tiba-tiba HP ku
bunyi, ada pesan masuk. Ternyata pesan dari mb Nita (Fitranita Nur Arifah), dia
bilang ada tayangan bagus di TV.... bergegas aku beralih ke depan TV memencet
remote dan sebentar menonton tayangan “Jika
Aku Menjadi” seperti kebiasaanku setiap melihat tayangan itu, saat itu aku
meneteskan air mata untuk sesaat.
Lalu terdengar hpku
berbunyi lagi, ada pesan masuk dari temanku Yunita “Eh.. pengumuman snmptn
undangan udah bisa dilihat mulai malam ini jam 19.00 WIB”
Deg.... seketika
jantungku berdebar kencang.
“Heh, yang bener,
iya pow???” aku membalas pesannya, masih gk percaya.
“Iya... orang yang
lain udah pada lihat dari tadi kok. Cepet buruan buka keburu lola –red. Loading
Lambat-“
“Iya tow??” balasku
dengan rasa yang semakin cemas.
“Iya,... beneran.
Tgl lahirmu berapa, trus PIN mu apa, biar aq bukain sekalian.”
Huaaaaaaaa, beneran
udah keluar pengumumannya.... aku mulai heboh sendiri, aku berlari menghampiri
ibuku, “Buk, pengumumannya udah keluar. Aku harus ke warnet.”
“Oh...udah keluar
tow....”
“Doain yaa buk!!!”
pintaku sambil terburu-buru menuntun motor keluar.
“Gak dimintapun
tiap hari ibu doain ndhuk.... yaaa semoga diterima ya ndhuk...” ucap ibuku
sambil tersenyum.
Cukup gugup aku
saat itu, dan setelah mendapat tempat di warnet, aku langsung membuka situsnya.
Memasukkan tanggal lahir dan PIN ku.... beberapa detik kemudian muncul pesan
(aku sudah lupa, bagaimana kata-kata persisnya) kurang lebih begini...
“Maaf
saudara “_nama lengkapku_” anda belum lolos jalur snmptn undangan. Silahkan
mencoba seleksi selanjutnya .”
Deg..... serasa
jantung berhenti berdetak, setelah beberapa saat sebelumnya berdetak sangat
cepat. Hah??? Apa? Aku masih belum begitu percaya dengan apa yang baru saja aku
baca, tapi mata ini rasanya sudah penuh, mengganjal sangat perih. Akupun
mencoba mengulangi lagi dari awal. Dan pesan yang muncul tetap sama... lagi
lagi aku belum percaya, aku mengulanginya lagi sampai ke 3 kalinya, dan
hasilnya tetap sama. Mulutku tak berhenti beristiqfar berulang kali....
Aku mulai menyerah,
rasanya tubuh jadi melemas, dan enggan untuk beranjak dari bilik warnet. Gak
bisa ngebayangin bagaimana harus mengatakan pada ibu di rumah. Aku hanya
memandangi layar komputer yang ada di depanku, dengan pelan aku mencoba membuka
FB, tampak banyak temen-temen yang juga sedang Online, hmmmm pasti sama mereka
juga sedang melihat kepastian nasib mereka... aku lihat status mereka, ada yang
menyatakan kegembiraan dan ada juga yang menyatakan kesedihannya....
Hah..... aku galau
di dalam bilik warnet, sendirian. Ku beranikan diri untuk mengirim sms ke
kakakku yang ada di rumah, “bilang ke ibuk, Aku gak diterima,”
Berulang kali aku
mencoba mengirim, tapi gagal terus. Ternyata di dalam bilik hpku gak ada sinyal
sama sekali. Haduhhhh gimana nih, pokoknya aku gak mau pulang sebelum smsku
bisa terkirim.... begitu pikirku saat itu. Kirim...kirim...dan terus
mengirim... tapi gagal dan gagal selalu. Sampai akhirnya sekitar pukul 9 malam,
baru sms bisa terkirim. Dari jam 19.00-21.00 aku hanya berdiam diri dalam bilik
warnet, merenungi kenyataan yang ada.
Sampai di rumah, dengan
tubuh yang masih terasa lemas. Belum sempat aku membuka pintu, ibuku sudah
menyambutku dan membukakan pintu untukku,
“Gimana ndhuk, beneran gak
diterima?”
Aku tak bisa
berucap, hanya memberi isyarat lewat gelengan kepala.
“Yaa udah gak papa, besok ikut
seleksi yang selanjutnya aja...” ucap ibukku dengan tenang.
Aku tak sempat
berucap apa-apa dan langsung masuk ke kamar. Langsung berbaring dan tanpa sadar
air mata meleleh, sampai terdengar sesenggukkan. Ibukupun menghampiriku ke
kamar.
“Sudah tow ndhuk, gak papa gak
diterima, gak usah susah... besok ikut seleksi selanjutnya. Udah jangan
sakit,... ibuk ikut sakit kalau kamu sakit. Kamu tuh anak ibu yang paling ibu
sayangi, sekeluarga semuanya mengalah Cuma buat kamu. Jangan susah begitu...”
Tangisku semakin
menjadi mendengar perkataan ibuku tadi. Rasanya aku semakin bersalah karena
tidak bisa membuat mereka bahagia... aku semakin terharu dengan kasih sayang
yang diberikan ibu untukku..... maaf
buk, aku belum bisa membuatmu bangga...L
Malam itu, aku
cemas dan binggung. Setelah kepastian tidak diterima itu, aku mulai binggung
harus mendaftar dengan jalur ujian apa IPA atau IPC. Gak bisa tidur juga, aku
memutuskan untuk sholat istiqarah, berharap setelah itu akan mendapat
kemantapan dan petunjuk lewat mimpi. Larut baru aku bisa tertidur dan pukul
02.00 tepat alrm hp ku berbunyi tanda aku harus bangun untuk tahajud, dan tepat
pk 02.30 mb Nita mengirimi pesan berupa kata-kata,
“ALLAH,
asma terbagus, tulisan terindah, ungkapan yang paling jujur dan kata yang
paling berharga. Semoga kau semakin cinta Allah dan Allah semakin mencintaimu,
saudariku;-)”
Ku balas, “Amiin”
Mb nita
membalasnya, “ Gimana dek hari ini udah pengumuman kan ya???”
Pertanyaan itu
kembali mengingatkanku dengan kenyataan pahit yang coba aku lupakan,
“Aku sama Anik belum diterima mb,
gak tahu kalau yang lain gimana. Makanya ni masih binggung, tdi malem udah
istiqarah tapi masih tetap binggung L”
“gak papa, berarti Allah memberi
kesempatan untuk berusaha lagi, ayoo smangattttt”
Yaaa... benar juga,
sepertinya kemarin aku belum berusaha. Aku hanya mengandalkan hasil nilai
raportku saja, rasanya aku masih harus terus berjuang dan berusaha, jangan
menyerah sebelum bertanding begitu pikirku. Akhirnya aku mulai bisa sedikit
menata hatiku yang awalnya hancur berkeping-keping.
Pagi aku bergegas
ke sekolah untuk mendaftar snmptn tulis. Aku memantapkan diri memilih jalur
IPC. Disana aku kembali bertemu dengan teman-temanku lagi, ada yang berwajah
ceria bahagia dan ada pula yang berwajah dengan mata membesar tanda baru aja
menangis.
Setelah mendaftar,
aku berkumpul dengan teman-temanku dan bercerita ini itu. Saat itu aku kembali
tak bisa membendung air mataku,
“Udah Na, sekarang kita harus
bangkit lagi. Tinggal beberapa hari lagi Tesnya, kita belajar kelompok aja,
nanti IPS nya belajar sama aku” usul Anik memberiku saran.
MEMUPUK SEMANGAT BARU
Pulang sekolah itu,
aku berniat mampir sebentar ke rumah Anik untuk meminjam buku panduan latihan
soal snmptn untuk aku foto copy. Karena belum pernah ke rumahnya, aku hanya
mengikuti Anik yang naik motor dan aku naik sepeda. Aku memintanya untuk jalan
duluan dan aku minta ditunggu di pinggir jalan deket rumahnya saja, daripada
harus pelan-pelan.
“Dek, anak SMA kelas 3 yaa??”
“Iya...pak...”
Awalnya aku
berpikir, apa ini orang dari bimbel yaa.... kok tanya-tanya kelas... saat aku
berhenti, bapak itu bertanya lagi,
“SMA mana dek??”
“SMA 1 K_________ pak” jawabku belum
merasa curiga.
“Dek, lain kali jangan lewat jalanan
sini dengan pakai seragam di jam-jam segini,”
“Oh iya pak, tadi pulang pagi
soalnya Cuma mendaftar ujian saja, gak ada
pelajaran”
saat itu, aku mulai
berpikir, Oh itu mungkin bapak dari
kepolisian, yang biasanya tugas tapi gak pake seragam, istilahnya Intel gitu
deh, yang biasanya jadi mata-mata.
“Di sekolah
ada peredaran gambar-gambar porno gitu gak??”
“Gak ada
pak....” ucapku dengan tegas.
“Lha kamu
sendiri, di hp ada gambar atau video-video porno gak???’
“Astaqfirullah,
yaa gak ada pak... buat apa saya nyimpen kaya gituan...”
“Coba lihat
Hpnya...”
Dengan segera,
karena saya merasa tidak seperti yang dituduhkan bapak itu, saya keluarkan hp
yang ada di kantong. Saya mulai membuka hp dan ingin saya tunjukkan bahwa di
dalamnya gak ada hal-hal aneh. Beruntungnya belum sempat aku mengulurkan hp,
Anik yang ternyata tadi berhenti di tempat fotocopyan, melihatku dan berhenti
menyapaku...
“Kenapa Na???” (masih inget banget
ekspresi Anik, tampak wajahnya tegas dan tak menampakkan senyum diwajahnya)
“Gak papa...” jawabku sambil masih
sibuk mengotak atik HP ku.
Seketika setelah
Anik, berhenti dan menungguku, Ekspresi bapak itu langsung berubah,
“Ya sudah... besok lagi hati-hati
yaa...” ucapnya singkat dan kemudian langsung pergi meninggalkanku.
Saat sudah berlalu
pergi, Anik kembali bertanya,
“Siapa e Na??”
“Gak tahu, sepertinya dari Intel
gitu....”
“Hei Na.... kamu tuh hati-hati,
jangan mudah percaya gitu aja sama orang asing...”
“Lho kenapa??” masih dengan
kepolosanku, karena merasa gak ada yang aneh.
“Kalau diapa-apain gimana?? Kamu tuh
sembrono....” Anik menasehatiku.
Heemmmm....
astaqfirullah, baru beberpa waktu kemudian, aku berpikir.... hah, bodoh banget
aku, kenapa juga aku tadi mau nyerahin hpku segala, padahal bapak itu juga gak
ngenalin diri siapa dia, dari mana asalnya, main tanya ini itu..... hadehhhh,
aku tersadar, bukannya suudzan tapi sepertinya bapak itu mengincar Hpku,
buktinya setelah ada Anik yang naik motor ada di sebelahku, dia langsung pergi.
Seandainya gak ada Anik, mungkin Hpku sudah dibawa lari kali yeee....
Astaqfirullah....
Itu sentilan kecil,
disaat hatiku masih sedikit galau atas kenyataan gagal lolos snmptn undangan.
Beruntungnya Allah masih menyayangiku... Alhamdulillah, trima kasih ya Allah...
dan terima kasih yaaa Ukhti Anik... :-)
0 komentar:
Posting Komentar