Pages

Labels

Test Footer 2

Jumat, 21 September 2012

Se-IKHLAS POHON KELAPA


Se-IKHLAS POHON KELAPA

Ikhlas itu bisa diibaratkan, seperti ketika kita buang air ke belakang. Ketika sudah dilakukan, ya sudah kita tak mengingat-ingatnya lagi, tak menyebut-nyebutnya lagi. Eittttt kok jelek banget sih perumpamaannya, IKHLAS yang begitu mulia masak dibandingkan dengan buang air ke belakang..... hohoho. Lebih baik kita belajar IKHLAS dari POHON KELAPA. Kenapa pohon kelapa??? Yuk kita perhatiin bersama...

Kalau pohon mangga, anggur, jambu.. itu enak, ketika memetik buahnya dengan penuh kehati-hatian, ditangkap dengan hati-hati kemudian dicuci, dilap dan seterusnya... coba lihat bagaimana dengan pohon kelapa, ketika berbuah dan buahnya dipetik, memetiknya dibacok dengan parang, boro-boro ditangkap, kelapa itu justru dibiarin jatuh dan terlempar begitu saja. Setelah itu, hanya di seret-seret ketika membawanya. Ketika mau menggunakan, kelapa itu dislumbat, digepuk, dicukil, diparut, diperes (dikupas kulitnya, dibelah, dilepas dari tempurungnya, diparut, diperas) sampai akhirnya diambil santannya. Saat dimasak, Kalau ada yang tanya “ibu masak apa??” pasti jawabnya: sayur lodeh/ sayur gudeg/ yg lain........ itu kelapa tidak disebut sama sekali !!!!!! gak pernah kan denger orang bilang “sayur  kelapa”. Yaaa begitulah, meskipun pada akhirnya tak pernah disebut tapi ia ikhlas. Yaaappppp seperti itulah IKHLAS.......

 Hahahahahahaha super sekaliiiiiiii :D

#Saat mendengar cerita itu, tanpa sadar butiran-butiran lembut dimataku mulai berjatuhan.... sambil tersenyum aku berkata, Subhanallah..... bener banget :-)
Itu tadi adalah sepenggal cerita dari materi yang disampaikan dalam Kuliah Umum beberapa hari yang lalu. Pelajaran yang begitu membekas dan kena dalam hati, lewat sebuah perumpamaan yang begitu cocok, dan apik.


Kuliah umum alias Stadium General, yup... itu adalah hal yang sangat menarik bagiku. Agenda rutin tiap satu semester sekali itu, kalau boleh ditawar lagi aku meminta lebih dari sekali. Kenapa?? Iyaaaaa aku seneng banget dengan kuliah umum, karena pembicara yang dihadirkan pasti keren-keren. Dan setiap pulang dari forum, dijamin semangat, optimisme dan hati kita begitu full, penuh dengan hal-hal yang positif-positif. Nyesel deh pokoknya, kalau sampai ketinggalan ikut kuliah umum.

Untuk awal semester 3 ini, kuliah umumnya sedikit berbeda, yang biasanya di selenggarakan hanya di ruang pertemuan fakultas tapi kali ini di selenggarakan di gedung convention hall. Beserta ribuan mahasiswa jurusan PAI dari semua tingkat semester, aku hadir dengan kesiapan penuh untuk mendapat pelajaran-pelajaran berharga.

Rabu, 19 September 2012 pukul 08.00 acara sudah dimulai, dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Dilanjut dengan sambutan dari kepala jurusan PAI, bpk Suwadi M.Ag, M.Pd. dan langsung diteruskan inti oleh bapak Dr.H Khoirudin Basori, M.Si. Tema kuliah umum kali ini adalah “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kehidupan Kampus”

Seperti kita ketui bersama realita yang ada dalam kehidupan kita, banyak kita jumpai betapa banyak orang yang pintar akal tapi ia lupa untuk mencerdaskan hatinya, betapa banyak orang kaya harta tapi miskin hatinya. Yang dikejar hanyalah dunia, hingga segala cara dihalalkan, tak peduli salah, berdosa atau merugikan orang lain, yng terpenting keinginan dan kebutuhannya terpenuhi, ASTAQFIRULLAH. Betapa mirisnya hati kita melihat kenyataan seperti itu... tapi terkadang kita bisa begitu marah melihat perbuatan orang yang seperti itu, tapi tanpa disadari terkadang kita sendiri melakukannya juga, meskipun itu hanya dalam cakupan kecil. Bukankah yang besar itu awalnya juga dari yang kecil ya??? Hem...hem..hem... makanyakita wajib harus selalu instopeksi diri dan tak hanya bisanya kritik-kritik dan kritik tanpa ada aksi nyata dan contoh langsung.

KARAKTER....yup, karakter itu pada dasarnya yang penting. Bagaimana perbuatan yang kita lakukan itu lahir berkat buah dari karakter pada diri kita. Dan karakter pada diri seseorang itu tidak dengan begitu saja terbentuknya. KARAKTER yang baik itu perlu proses yang tekun, teratur dan baik. Dan pemerintah Indonesia mungkin akhir-akhir ini sudah menyadari akan pentingnya Pendidikan Karakter, makanya begitu banyak isu-isu dan program-progam digalakkan demi terbentuknya karakter manusia-manusia yang unggul.
BELAJAR DARI KOREA-JEPANG
         
   Korea sama dengan Indonesia, merdeka pada tahun 1945. Saat itu sama-sama negara berkembang. Kini lihatlah perbandingannya. Disaat mereka –Korea- sudah maju dengan segala aspek kehidupannya, kita masih bertahan dalam kondisi yang tak berubah signifikan. Tahukah dibalik kejayaan dan kemajuan korea itu, ada siasat, ada strategi yang memang sudah direncanakan sedemikian rupanya. Yaaa.... hanya dari hal kecil saja. Dari makanan, dengan sengaja mereka dibudidayakan untuk memakan makanan sehat, segar dan bergizi. Kimchi, makanan yang terbuat dari sayuran segar yang difermentasi dan sop gingseng... yaa makanan menyehatkan itu sudah menjadi makanan sehari-hari orang korea. Dan hal sekecil itu, hanya dari makanannya saja, tapi sungguh sangat dikawal dan dipantau benar secara ulet dan konsisten bisa berdampak dan berpengaruh luar biasa bagi kemajuan bangsa. Lihat saja masyarakatnya kini menjadi masyarakat yang kuat-kuat, sehat-sehat, punya daya kreatifitas yang tinggi. Dan benar saja, saat ini Korea begitu menjadi pusat perhatian berbagai negara. Bahkan di Indonesia pun kini sangat menggandrungi segala hal terkait korea, mulai dari musiknya, dramanya, filmnya dan para artisnya bahkan gaya joget sekalipun.... duh...duh..duh hebat bener Korea menarik perhatian dunia.

Yang patut dicontoh untuk bangsa kita adalah mulailah dari hal kecil dan fokus, karena pada kenyataannya menentukan banyak program-progam bagus tapi gak ada yang fokus dan berjalan tuntas, alhasil hasilnya pun hanya setengah-setengah tak pernah tuntas. 

Beliau- Bpk.Dr. H Khoirudin Basori, M.Si-  yang mengaku pernah tinggal di Jepang juga menceritakan pengalamannya bergaul dengan masyarakat Jepang. Beliau sangat takjub dengan pribadi orang Jepang yang sangat menjunjung tinggi Tanggung jawab, dan Kedisiplinan.

Beliau pernah janjian dengan orang Jepang, yang mana orang tersebut akan menjemputnya di hotel tempatnya menginap. Janjian pukul 7 pagi, orang Jepang itu sudah datang kurang dari pk 7, padahal kendaraan umum jam segitu belum beroperasi, tapi demi menepati janji, ia rela jalan kaki dari tempat tinggalnya ke hotel. Salutttttt, tak kasi jempol deh buat orang Jepang.... dan satu lagi, orang Jepang sangat menghargai/ menjunjung tinggi hukum, sangat taat sekali dengan hukum. Di sana hal sepele, seperti membuang sampah di sungai aja dikenakan denda. Bahkan saking patuh dengan hukum, jika seseorang ingin bunuh diri dengan menceburkan diri ke sungai, biasanya ia menyiapkan uang denda yang sengaja di bawa, di masukkan saku, sehingga ketika ditemukan oleh polisi, keluarganya tak menanggung beban dengan membayar denda, karena semua sudah dibayarnya sebelum bunuh diri dilakukan. Hebattttttt benerrrrr, mau mati aja masih sempet mikirin denda.... , patut dicontoh ketaatan hukumnya -ets.. tapi jangan ditiru loh bunuh dirinya..- 

Wahhh... sebenarnya masih banyak lagi pelajaran-pelajaran berharga yang ku dapat dari kuliah umum itu, tapi cukup sekian dulu, mungkin pelajaran yang lainnya akan kita bahas dengan judul berbeda...... ceee uuuuuu :D

0 komentar:

Posting Komentar