KESAN
PERTAMA BEGITU MENDEBARKAN
06 September 2011,
Setelah beberapa
hari masa rehat, akhirnya tepat tanggal itu sesuai dengan kalender akademik
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, kegiatan pertama untuk Maba sudah
dimulai. Jadwal yang tertera disana adalah kegiatan SOSPEM (Sosialisasi
Pembelajaran) yang berlangsung selama 3 hari.
Antusias banget.
Begitu kesan pertamaku hari itu, yaa jelas dong, namanya juga hari pertama
menyandang status sebagai mahasiswa. Rasa penasaran begitu kuat tertancap dalam
hati, ingin segera merasakan rasanya menjadi seorang mahasiswa, cielehhh...
Hari itu aku tidak
begitu paham dengan agenda kegiatannya. Aku pikir, sospem itu hanya akan
berlangsung beberapa jam, dan mulainyapun aku kurang tahu jam berapa. Aku
berspekulasi, kalau itu kegiatan yang bebas dan sesuai keinginan kita mau jam
berapa dan hari apa. Walaupun tak begitu paham dengan jadwalnya, aku memutuskan
berangkat di hari pertama.
Pk 06.10 aku sudah
berangkat dari rumah. Hari pertama itu, aku sudah bertekad akan menjalankan
misiku untuk naik sepeda ke kampus. Harapannya aku ingin menghitung berapa
waktu yang aku butuhkan untuk sampai ke kampus. Sejak awal aku memang sudah
berniat akan berangkat ke kampus dengan naik sepeda, dimanapun aku diterimanya
(UIN memang harapan terbesarku). Dan hari itu misiku aku jalankan.
Berangkat sepagi
itu, sudah bukan hal aneh karena telah menjadi rutinitasku sejak SMP dan SMA. Tak
jauh berbeda, yang membedakan hanyalah jaraknya. Sekarang jarak yang harus
kutempuh lumayan jauh. Aku sangat menikmati perjalananku itu, tak ada hambatan
kecuali sedikit kebingungan saat berada di sekitar jembatan Janti. Tapi
semuanya tak menjadi masalah yang begitu berarti.
Sampai di bangjo
dekat kampus, ada pemandangan yang membuatku bertanya-tanya. Aku melihat
beberapa anak, berduyun-duyun berjalan menuju ke kampus dengan mengenakan
pakaian hitam putih. Firasatku mulai tak enak. Tapi tak ku pedulikan rasa itu.
Aku terus melaju.
Pk. 07.11 aku
sampai di kampus. Ya... berarti perjalananku dari rumah sampai ke kampus
memakan waktu 1 jam lebih 1 menit. Hem.... lumayan lama ternyata, hehehe :-)
Dengan PD-nya aku
terus berjalan menuju ke fakultasku –Tarbiyah-
disana aku melihat semakin banyak orang yang memakai pakaian hitam putih. Tapi
aku tetap PD, karena setahuku, kostum hitam putih hanya dipakai saat OSPEK
saja, dan hari itu belum jadwalnya.
Terus saja aku
berjalan, masuk dan masuk semakin dalam, kerumunan terjadi disetiap sudut.
Suara petugas terdengar dari speaker yang ada di sudut-sudut gedung. Terdengar
arahan agar peserta sospem segera memasuki ruangan yang telah ditentukan.
Pembagian ruangan ternyata telah ditempel dipapan pengumuman. Hmmm pantesan
saja, kerumunan begitu padat di sekitar papan pengumuman.
Dengan berjuang
keras aku menerobos kerumunan yang tampak menghalangi pandanganku dari melihat
papan pengumuman. Huh... akhirnya dengan susah payah, aku sampai juga di depan
papan. Ku baca dengan seksama, dan setelah mencari deretan nama yang tercantum,
ku dapatkan juga namaku, di ruang 407-kalau
tidak salah, sedikit lupa hehe- dan
betapa terkejutnya saat aku membaca di papan pengumuman itu tercantum peraturan yang harus ditaati peserta sospem
1.
Peserta
sospem wajib mengenakan baju berwarna putih, dan celana hitam (bagi yang pria)
rok hitam / celana hitam yang tidak ketat (bagi yang wanita) dan sepatu
berwarna gelap
2. Kegiatan sospem dimulai pk.07.00
3.
Dll.......
Derrrrrrrrrrr.........
betapa cemasnya saat itu. Aku salah kostum, haaaaaa. Terus gimana???? Binggung
bercampur cemas. Masak ya aku harus pulang, aku kan naik sepeda. Perjalanan aja
satu jam, nanti kembali lagi satu jam, dua jam sendiri buat pulang kembali...
hadehhhhh gak mungkin, saat itu aja udah jam 07.00 lebih, sudah saatnya masuk.
Binggung....binggung...dan
binggung, harus gimanaaaa?? Entah kenapa, mungkin saat itu Allah benar-benar
sedang menguji kesabaranku.
Solusi pertamaku
saat itu adalah menelphon kakakku yang ada di rumah, beberapa kali telphon tapi
gak diangkat-angkat juga, akhirnya sms, aku memintanya mengantarkan rok hitam
ke kampus, segera !!!!! tapi pesan tak kunjung dibalas. Kembali aku telphon
tapi juga gak diangkat-angkat. Haaa dimana kamuuuuuuu, disaat genting seperti
ini, kenapa gak diangkat-angkat....-muka
udah semakin cemas, dan mulai memanas- karena tak kunjung mendapat respon
dari kakakku,
solusi kedua,
aku memutuskan untuk nekat masuk ke ruangan meskipun tidak dengan pakaian hitam
putih. Naiklah ke lantai atas, sampai di lantai 3, tiba-tiba ada yang
menghadang, entah dosen atau karyawan yang jelas beliau melarangku untuk naik
dan justru menyuruhku pulang untuk ganti pakaian...... haduh?? Masak yaa aku
pulang???
Gagal dengan solusi
kedua, aku memutuskan turun dan pergi ke parkiran, niatnya udah mau pulang,
tapi kemudian teringat dengan salah satu teman SMPku-Fatayatun- yang juga disana.
Solusi ketiga,
aku menelphonnya, berharap aku akan bisa meminjam motornya untuk kubawa pulang
agar lebih cepat, ternyata-eh ternyata, hari itu dia tidak membawa motor, dia
hanya nebeng temennya yang kuliah di fakultas dakwah.....hadehhhhh apes lagi
deh, astaqfirullah...
Yaa Allah engkau
sayang banget kepadakuuuuuu, sambil terus menahan kesabaran,
“tenang...tenang...tenang, Allah sedang menguji kesabaranku gak boleh nangis,
gak boleh nangis” batinku terus mencoba kuat. Sempat tetap memaksa diri untuk
tersenyum saat itu, meskipun suasana genting. Entah kenapa kondisi ruhiyah saat
itu sedang baik jadi prasangkaku terhadap Allah juga baik.
Solusi
keempat, muncul ide untuk mencoba
mencari toko pakaian di sekitar kampus. Melajulah aku dengan sepedaku ke
sekitar kampus, alhamdulillah, aku mendapatkan toko pakaian tepat di depan
kampus, deket bangjo. Di depan toko tampak beberapa pegawai yang sedang
siap-siap, tapi di pintu masuk masih tergantung tulisan “TUTUP”. Aku mencoba
menayakannya, “Mbak... ini tokonya udah buka belum yaa??”
“Maaf Mbak, belum
buka....”
Wajah sumringahku,
seketika berubah kecewa. Jelas-jelas udah ada pegawai, dan jelas-jelas ada
pembeli yang mau beli, eh.... dengan santai ditolak begitu aja, kenapa juga gak
mau bukain, bukannya itu nolak rejeki yaa... hohoho, tak tahulah. Aku mulai
binggung lagi.... Di mana lagi harus mencari yaa Allah??
Gak ingin hanya
pasrah berdiam diri, aku memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan ke arah
timur, tapi harapanku jangan sampai pulang ke rumah. Terus...terus dan terus
beristiqfar tak henti-hentinya sambil me-nelphon kakaku yang juga tak
diangkat-angkat. Sampailah aku di AMPLAZ (Ambarukmo Plaza), saat itu gak tahu
Amplaz jam segitu udah buka apa belum yaa??? Gak tahu, tapi yang nampak di sana
masih sepi banget, aku berpikir, disana belum buka. Aku mencoba keliling di
belakang AMPLAZ, di sana ada pasar. Ada sedikit harapan saat itu, tapi ketika
aku lihat-lihat ternyata pasarnya itu
hanya menjual sayur-sayuran dan makanan-makanan gitu.... mulai pesimis lagi,
astaqfirullah yaa Allah, kemana lagi harus mencari????
Terus saja keliling
di sekitar desa-desa, masih di belakang amplaz. Setiap rumah yang ada, aku
amati satu persatu, berharap menemukan tanda-tanda ada penjual pakaian. Lumayan
lama keliling, tapi tidak juga menemukan. Aku memutuskan untuk keluar dari
pemukiman dan kembali ke jalan raya. Lagi...lagi berjalan ke arah timur, “Ya Allah, engkau yang memberi ujian ini,
dan engkau pula yang tahu solusi terbaiknya, maka berilah hambamu ini petunjuk
yaa Allah....” saat itu rasa optimisku lebih besar dari pada pesimisku. Aku
yakin pasti akan ada solusi, ayo kuat... kuat...kuat!!!!!! yaaa saat itu, hanya
aku sendiri yang bisa memotivasi diriku sendiri, yaa siapa lagi. Sambil
memperhatikan orang-orang disekitar yang lalu-lalang naik motor, rasa-rasanya
aku pengen menghentikan mbak-mbak yang kebetulan pakai rok hitam saat itu,
serasa ingin teriak, “Mbak.... tukeran rok dong???” tapi keberanianku tak
sampai untuk melakukannya. Gak kebayang apa reaksi mereka kalau aku kaya gitu,
yang ada mereka malah heran, siapa loh main tuker-tukeran rok, temen bukan,
adik bukan, yang ada mereka mengira aku orang gilaa.... hmmm :-(
Tiba-tiba aku
kepikiran. Aku ingat, kebetulan saat itu aku juga pakai celana panjang hitam.
Tapi, What???? Apa yaa Aku harus lepas rok,
dan membiarkan diri berjalan dengan celana yang emmmmm....... oh tidakkkkkkk,
aku gak mau !!!!!!!! Saat itu bener deh, rasanya Allah bener-bener lagi ngetes
aku, sampai batas mana aku bisa bertahan.
Gak mau menyerah,
aku terus berjalan ke arah timur. Nekad, kalau sampai belum juga menemukan toko
pakaian aku rela harus pulang sampai di rumah, gak papa batinku berkata, dari
pada harus lepas rok dan memakai celana. Sampai kemudian aku mulai berpikir,
siapa yaa yang mungkin bisa aku mintai
bantuan. Kakakku sudah bener-benar gak mungkin, karena sejak awal gak ada
respon. Siapa?????
Berpikir...berpikir
dan terus berpikir.... dan tepat di depan BLC (Beauty London Center) di Jl.
Jogja-Solo daerah baratnya jalan Janti, tiba-tiba muncul satu nama, seperti
benar-benar dapat petunjuk, Clinggggg..... mbak Hesti !!!!!! Iya Mbak Hesti
(Suhesti Kusuma Dewi) orang yang paling memungkinkan dan rumahnya paling dekat
dengan posisiku saat itu. Solusi kelimaku
Aku segera menelphonnya, ya Allah semoga bisa.....
“ Mba
Hestiiiiiii..... mbak sekarang ada di mana?? Bisa minta bantuan gak?? Boleh
pinjam rok hitamnya, terus sekalian minta tolong anterin ke jembatan Janti,
bisa gak?? Soalnya ni dari kampus nyuruh wajib pakai rok hitam, dan hari ini saya
naik sepeda gak mungkin kalau harus pulang lagi, gimana mbak???”
“Iya dek...”
Alhamdulillah,
akhirnya........ saking senengnya pengen teriak “Allahu Akbar”........
Tak terasa di ujung
mata, air mataku mendesak keluar, mungkin saking terharunya karena sudah
menemukan solusi terbaik. Yaa Allah terimakasih ya Allah..... seneng bangettt
saat itu. Dengan segera aku menuju ke jembatan. Aku menunggu di bawah jembatan
Janti. Lumayan lama aku menunggu, dan lumayan lama juga aku meneteskan air
mata.
“Ya Allah ini bukan air mata kesedihan atau pun
kekecewaan, tapi sungguh ini air mata keharuan dan ketakjubanku, sungguh engkau
Maha Besar. Aku takjub dengan kuasa-Mu ya Allah..... Subhanallah wal
Hamdulillah”
Sambil tak
henti-hentinya bersyukur, aku terus saja berdialog dengan hatiku.
Hatiku berdebar
kencang saat itu. Dan saat mbak Hesti datang, aku benar-benar semakin bersyukur.
“Makasih yaa Mbak...., makasih banget”
Saat itu, waktu
sudah menunjukkan pk 08.10, karena sudah terlambat aku tak sempat bicara banyak
dengan mbak Hesti. Maaf ya Mbak udah merepotkan, makasih buat bantuannya.
Dengan tergesa-gesa aku langsung mengayun cepat sepedaku, kembali ke kampus. Di
tengah ketergesaanku itu, sms masuk dari kakaku, “Gimana jadi gak?? sory tadi
lagi nyuci di belakang, gak bawa hp”..... huuaaaaa bener-bener deh, kenapa juga
baru ngerespon, disaat solusi sudah teratasi. Sungguh ini skenario dari Allah,
alurnya bener-bener bikin hati ketar-ketir.
Sampai di kampus
aku berlari mencari kamar mandi untuk ganti rok. Sebenarnya saat itu, aku juga
tidak memakai baju putih, aku memakai baju kuning. Tapi hal itu bukan masalah,
aku bisa siasati dengan ditutupi jaket
putih, karena Alhamdulillah aku saat itu sedang memakai jaket putih. Selesai
ganti rok, aku langsung mencari ruangan 407, -ruanganku-. Dan coba tebak, apa yang kulihat saat aku masuk
ruangan ???
Huaaaaaaa.....
ternyata eh ternyata ada beberapa anak yang juga tidak memakai kostum hitam-putih.
Katanya, dosen memaklumi karena itu masih hari pertama. Hah, apa????? Aku tadi
tuh bela-belain ketar-ketir kesana-kesini mondar-mandir tegang-tegang Cuma buat
memperjuangkan rok hitam loh.... eh gak tahunya ada toleransi, tau gitu, aku
udah duduk-duduk santai dari tadi dong... hadeh-hadeh
:-( nyesek deh aku...
Hmmmmm tapi gak
papa, dengan begitu aku bisa mendapat pembelajaran yang luar biasa dari Allah.
Perjuangan yang begitu luar biasa. Ketakjuban yang luar biasa yang membuatku semakin cinta sama Allah.
Dari itu aku
semakin sadar, bahwa perjalanan tak selalu mulus seperti apa yang kita
inginkan. Kadang kita harus melewati kerikil-kerikil terjal yang menyulitkan
langkah kita. Tapi dengan adanya rintangan dan hambatan itu, kita dilatih untuk
kuat, sabar, ikhlas dan semakin adaptif dengan lingkungan. Kita juga dilatih
untuk semakin dewasa, karena nyatanya masalah itu sungguh sangat mendewasakan
kita, terasa ketika kita telah berhasil lulus menghadapinya. Dan yang paling
penting, dengan masalah kita bisa semakin
yakin dengan cinta-Nya Allah, dan dengannya kita Makin cinta dengan Allah. Ujian adalah salah satu bentuk perhatian
dari-Nya.... yaaa Allah perhatian
denganku, -cieeee senengnya yang
diperhatiin...- Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah.
Dan bersabar disaat
terpaan pertama itu ternyata sangat berkesan. Ikhlas mehadapi kondisi yang
sangat menyesakkan sekalipun, itu pada akhirnya membuat kita menghela nafas
lega, karena akan kita dapatkan yang jauh lebih baik dari yang kita pikirkan
sebelumnya. Intinya ada pada ALLAH,
Yaa hanya ALLAH satu-satunya tempat
meminta dan tempat bergantung kita.
0 komentar:
Posting Komentar