Pages

Labels

Test Footer 2

Jumat, 14 September 2012

Skenario Terindah Allah part 7


KESAN PERTAMA BEGITU MENDEBARKAN

06 September 2011,

Setelah beberapa hari masa rehat, akhirnya tepat tanggal itu sesuai dengan kalender akademik Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, kegiatan pertama untuk Maba sudah dimulai. Jadwal yang tertera disana adalah kegiatan SOSPEM (Sosialisasi Pembelajaran) yang berlangsung selama 3 hari.

Antusias banget. Begitu kesan pertamaku hari itu, yaa jelas dong, namanya juga hari pertama menyandang status sebagai mahasiswa. Rasa penasaran begitu kuat tertancap dalam hati, ingin segera merasakan rasanya menjadi seorang mahasiswa, cielehhh...

Hari itu aku tidak begitu paham dengan agenda kegiatannya. Aku pikir, sospem itu hanya akan berlangsung beberapa jam, dan mulainyapun aku kurang tahu jam berapa. Aku berspekulasi, kalau itu kegiatan yang bebas dan sesuai keinginan kita mau jam berapa dan hari apa. Walaupun tak begitu paham dengan jadwalnya, aku memutuskan berangkat di hari pertama.
Pk 06.10 aku sudah berangkat dari rumah. Hari pertama itu, aku sudah bertekad akan menjalankan misiku untuk naik sepeda ke kampus. Harapannya aku ingin menghitung berapa waktu yang aku butuhkan untuk sampai ke kampus. Sejak awal aku memang sudah berniat akan berangkat ke kampus dengan naik sepeda, dimanapun aku diterimanya (UIN memang harapan terbesarku). Dan hari itu misiku aku jalankan.

Berangkat sepagi itu, sudah bukan hal aneh karena telah menjadi rutinitasku sejak SMP dan SMA. Tak jauh berbeda, yang membedakan hanyalah jaraknya. Sekarang jarak yang harus kutempuh lumayan jauh. Aku sangat menikmati perjalananku itu, tak ada hambatan kecuali sedikit kebingungan saat berada di sekitar jembatan Janti. Tapi semuanya tak menjadi masalah yang begitu berarti.

Sampai di bangjo dekat kampus, ada pemandangan yang membuatku bertanya-tanya. Aku melihat beberapa anak, berduyun-duyun berjalan menuju ke kampus dengan mengenakan pakaian hitam putih. Firasatku mulai tak enak. Tapi tak ku pedulikan rasa itu. Aku terus melaju.
Pk. 07.11 aku sampai di kampus. Ya... berarti perjalananku dari rumah sampai ke kampus memakan waktu 1 jam lebih 1 menit. Hem.... lumayan lama ternyata, hehehe :-)

Dengan PD-nya aku terus berjalan menuju ke fakultasku –Tarbiyah- disana aku melihat semakin banyak orang yang memakai pakaian hitam putih. Tapi aku tetap PD, karena setahuku, kostum hitam putih hanya dipakai saat OSPEK saja, dan hari itu belum jadwalnya.
Terus saja aku berjalan, masuk dan masuk semakin dalam, kerumunan terjadi disetiap sudut. Suara petugas terdengar dari speaker yang ada di sudut-sudut gedung. Terdengar arahan agar peserta sospem segera memasuki ruangan yang telah ditentukan. Pembagian ruangan ternyata telah ditempel dipapan pengumuman. Hmmm pantesan saja, kerumunan begitu padat di sekitar papan pengumuman.

Dengan berjuang keras aku menerobos kerumunan yang tampak menghalangi pandanganku dari melihat papan pengumuman. Huh... akhirnya dengan susah payah, aku sampai juga di depan papan. Ku baca dengan seksama, dan setelah mencari deretan nama yang tercantum, ku dapatkan juga namaku, di ruang 407-kalau tidak salah, sedikit lupa hehe-  dan betapa terkejutnya saat aku membaca di papan pengumuman itu tercantum  peraturan yang harus ditaati peserta sospem
1.        Peserta sospem wajib mengenakan baju berwarna putih, dan celana hitam (bagi yang pria) rok hitam / celana hitam yang tidak ketat (bagi yang wanita) dan sepatu berwarna gelap
2.       Kegiatan sospem dimulai pk.07.00
3.       Dll.......

Derrrrrrrrrrr......... betapa cemasnya saat itu. Aku salah kostum, haaaaaa. Terus gimana???? Binggung bercampur cemas. Masak ya aku harus pulang, aku kan naik sepeda. Perjalanan aja satu jam, nanti kembali lagi satu jam, dua jam sendiri buat pulang kembali... hadehhhhh gak mungkin, saat itu aja udah jam 07.00 lebih, sudah saatnya masuk.

Binggung....binggung...dan binggung, harus gimanaaaa?? Entah kenapa, mungkin saat itu Allah benar-benar sedang menguji kesabaranku.
Solusi pertamaku saat itu adalah menelphon kakakku yang ada di rumah, beberapa kali telphon tapi gak diangkat-angkat juga, akhirnya sms, aku memintanya mengantarkan rok hitam ke kampus, segera !!!!! tapi pesan tak kunjung dibalas. Kembali aku telphon tapi juga gak diangkat-angkat. Haaa dimana kamuuuuuuu, disaat genting seperti ini, kenapa gak diangkat-angkat....-muka udah semakin cemas, dan mulai memanas- karena tak kunjung mendapat respon dari kakakku,

solusi kedua, aku memutuskan untuk nekat masuk ke ruangan meskipun tidak dengan pakaian hitam putih. Naiklah ke lantai atas, sampai di lantai 3, tiba-tiba ada yang menghadang, entah dosen atau karyawan yang jelas beliau melarangku untuk naik dan justru menyuruhku pulang untuk ganti pakaian...... haduh?? Masak yaa aku pulang???
Gagal dengan solusi kedua, aku memutuskan turun dan pergi ke parkiran, niatnya udah mau pulang, tapi kemudian teringat dengan salah satu teman SMPku-Fatayatun- yang juga disana.

Solusi ketiga, aku menelphonnya, berharap aku akan bisa meminjam motornya untuk kubawa pulang agar lebih cepat, ternyata-eh ternyata, hari itu dia tidak membawa motor, dia hanya nebeng temennya yang kuliah di fakultas dakwah.....hadehhhhh apes lagi deh, astaqfirullah...

Yaa Allah engkau sayang banget kepadakuuuuuu, sambil terus menahan kesabaran, “tenang...tenang...tenang, Allah sedang menguji kesabaranku gak boleh nangis, gak boleh nangis” batinku terus mencoba kuat. Sempat tetap memaksa diri untuk tersenyum saat itu, meskipun suasana genting. Entah kenapa kondisi ruhiyah saat itu sedang baik jadi prasangkaku terhadap Allah juga baik.

Solusi keempat, muncul ide untuk mencoba mencari toko pakaian di sekitar kampus. Melajulah aku dengan sepedaku ke sekitar kampus, alhamdulillah, aku mendapatkan toko pakaian tepat di depan kampus, deket bangjo. Di depan toko tampak beberapa pegawai yang sedang siap-siap, tapi di pintu masuk masih tergantung tulisan “TUTUP”. Aku mencoba menayakannya, “Mbak... ini tokonya udah buka belum yaa??”
“Maaf Mbak, belum buka....”

Wajah sumringahku, seketika berubah kecewa. Jelas-jelas udah ada pegawai, dan jelas-jelas ada pembeli yang mau beli, eh.... dengan santai ditolak begitu aja, kenapa juga gak mau bukain, bukannya itu nolak rejeki yaa... hohoho, tak tahulah.  Aku mulai binggung lagi.... Di mana lagi harus mencari yaa Allah??

Gak ingin hanya pasrah berdiam diri, aku memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan ke arah timur, tapi harapanku jangan sampai pulang ke rumah. Terus...terus dan terus beristiqfar tak henti-hentinya sambil me-nelphon kakaku yang juga tak diangkat-angkat. Sampailah aku di AMPLAZ (Ambarukmo Plaza), saat itu gak tahu Amplaz jam segitu udah buka apa belum yaa??? Gak tahu, tapi yang nampak di sana masih sepi banget, aku berpikir, disana belum buka. Aku mencoba keliling di belakang AMPLAZ, di sana ada pasar. Ada sedikit harapan saat itu, tapi ketika aku lihat-lihat  ternyata pasarnya itu hanya menjual sayur-sayuran dan makanan-makanan gitu.... mulai pesimis lagi, astaqfirullah yaa Allah, kemana lagi harus mencari????
Terus saja keliling di sekitar desa-desa, masih di belakang amplaz. Setiap rumah yang ada, aku amati satu persatu, berharap menemukan tanda-tanda ada penjual pakaian. Lumayan lama keliling, tapi tidak juga menemukan. Aku memutuskan untuk keluar dari pemukiman dan kembali ke jalan raya. Lagi...lagi berjalan ke arah timur, “Ya Allah, engkau yang memberi ujian ini, dan engkau pula yang tahu solusi terbaiknya, maka berilah hambamu ini petunjuk yaa Allah....” saat itu rasa optimisku lebih besar dari pada pesimisku. Aku yakin pasti akan ada solusi, ayo kuat... kuat...kuat!!!!!! yaaa saat itu, hanya aku sendiri yang bisa memotivasi diriku sendiri, yaa siapa lagi. Sambil memperhatikan orang-orang disekitar yang lalu-lalang naik motor, rasa-rasanya aku pengen menghentikan mbak-mbak yang kebetulan pakai rok hitam saat itu, serasa ingin teriak, “Mbak.... tukeran rok dong???” tapi keberanianku tak sampai untuk melakukannya. Gak kebayang apa reaksi mereka kalau aku kaya gitu, yang ada mereka malah heran, siapa loh main tuker-tukeran rok, temen bukan, adik bukan, yang ada mereka mengira aku orang gilaa.... hmmm :-(

Tiba-tiba aku kepikiran. Aku ingat, kebetulan saat itu aku juga pakai celana panjang hitam. Tapi, What???? Apa  yaa Aku harus lepas rok, dan membiarkan diri berjalan dengan celana yang emmmmm....... oh tidakkkkkkk, aku gak mau !!!!!!!! Saat itu bener deh, rasanya Allah bener-bener lagi ngetes aku, sampai batas mana aku bisa bertahan.

Gak mau menyerah, aku terus berjalan ke arah timur. Nekad, kalau sampai belum juga menemukan toko pakaian aku rela harus pulang sampai di rumah, gak papa batinku berkata, dari pada harus lepas rok dan memakai celana. Sampai kemudian aku mulai berpikir, siapa  yaa yang mungkin bisa aku mintai bantuan. Kakakku sudah bener-benar gak mungkin, karena sejak awal gak ada respon. Siapa?????

Berpikir...berpikir dan terus berpikir.... dan tepat di depan BLC (Beauty London Center) di Jl. Jogja-Solo daerah baratnya jalan Janti, tiba-tiba muncul satu nama, seperti benar-benar dapat petunjuk, Clinggggg..... mbak Hesti !!!!!! Iya Mbak Hesti (Suhesti Kusuma Dewi) orang yang paling memungkinkan dan rumahnya paling dekat dengan posisiku saat itu. Solusi kelimaku Aku segera menelphonnya, ya Allah semoga bisa.....
“ Mba Hestiiiiiii..... mbak sekarang ada di mana?? Bisa minta bantuan gak?? Boleh pinjam rok hitamnya, terus sekalian minta tolong anterin ke jembatan Janti, bisa gak?? Soalnya ni dari kampus nyuruh wajib pakai rok hitam, dan hari ini saya naik sepeda gak mungkin kalau harus pulang lagi, gimana mbak???”
“Iya dek...”

Alhamdulillah, akhirnya........ saking senengnya pengen teriak “Allahu Akbar”........
Tak terasa di ujung mata, air mataku mendesak keluar, mungkin saking terharunya karena sudah menemukan solusi terbaik. Yaa Allah terimakasih ya Allah..... seneng bangettt saat itu. Dengan segera aku menuju ke jembatan. Aku menunggu di bawah jembatan Janti. Lumayan lama aku menunggu, dan lumayan lama juga aku meneteskan air mata.
“Ya Allah ini bukan air mata kesedihan atau pun kekecewaan, tapi sungguh ini air mata keharuan dan ketakjubanku, sungguh engkau Maha Besar. Aku takjub dengan kuasa-Mu ya Allah..... Subhanallah wal Hamdulillah”

Sambil tak henti-hentinya bersyukur, aku terus saja berdialog dengan hatiku.
Hatiku berdebar kencang saat itu. Dan saat mbak Hesti datang, aku benar-benar semakin bersyukur. “Makasih yaa Mbak...., makasih banget”
Saat itu, waktu sudah menunjukkan pk 08.10, karena sudah terlambat aku tak sempat bicara banyak dengan mbak Hesti. Maaf ya Mbak udah merepotkan, makasih buat bantuannya. Dengan tergesa-gesa aku langsung mengayun cepat sepedaku, kembali ke kampus. Di tengah ketergesaanku itu, sms masuk dari kakaku, “Gimana jadi gak?? sory tadi lagi nyuci di belakang, gak bawa hp”..... huuaaaaa bener-bener deh, kenapa juga baru ngerespon, disaat solusi sudah teratasi. Sungguh ini skenario dari Allah, alurnya bener-bener bikin hati ketar-ketir.

Sampai di kampus aku berlari mencari kamar mandi untuk ganti rok. Sebenarnya saat itu, aku juga tidak memakai baju putih, aku memakai baju kuning. Tapi hal itu bukan masalah, aku bisa siasati dengan ditutupi  jaket putih, karena Alhamdulillah aku saat itu sedang memakai jaket putih. Selesai ganti rok, aku langsung mencari ruangan 407, -ruanganku-. Dan coba tebak, apa yang kulihat saat aku masuk ruangan ???

Huaaaaaaa..... ternyata eh ternyata ada beberapa anak yang juga tidak memakai kostum hitam-putih. Katanya, dosen memaklumi karena itu masih hari pertama. Hah, apa????? Aku tadi tuh bela-belain ketar-ketir kesana-kesini mondar-mandir tegang-tegang Cuma buat memperjuangkan rok hitam loh.... eh gak tahunya ada toleransi, tau gitu, aku udah duduk-duduk santai dari tadi dong... hadeh-hadeh :-( nyesek deh aku...

Hmmmmm tapi gak papa, dengan begitu aku bisa mendapat pembelajaran yang luar biasa dari Allah. Perjuangan yang begitu luar biasa. Ketakjuban yang luar biasa yang membuatku semakin cinta sama Allah.

Dari itu aku semakin sadar, bahwa perjalanan tak selalu mulus seperti apa yang kita inginkan. Kadang kita harus melewati kerikil-kerikil terjal yang menyulitkan langkah kita. Tapi dengan adanya rintangan dan hambatan itu, kita dilatih untuk kuat, sabar, ikhlas dan semakin adaptif dengan lingkungan. Kita juga dilatih untuk semakin dewasa, karena nyatanya masalah itu sungguh sangat mendewasakan kita, terasa ketika kita telah berhasil lulus menghadapinya. Dan yang paling penting, dengan masalah kita bisa semakin yakin dengan cinta-Nya Allah, dan dengannya kita Makin cinta dengan Allah. Ujian adalah salah satu bentuk perhatian dari-Nya.... yaaa Allah perhatian denganku, -cieeee senengnya yang diperhatiin...- Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah.

Dan bersabar disaat terpaan pertama itu ternyata sangat berkesan. Ikhlas mehadapi kondisi yang sangat menyesakkan sekalipun, itu pada akhirnya membuat kita menghela nafas lega, karena akan kita dapatkan yang jauh lebih baik dari yang kita pikirkan sebelumnya. Intinya ada pada ALLAH, Yaa hanya ALLAH satu-satunya tempat meminta dan tempat bergantung kita.

0 komentar:

Posting Komentar