Pages

Labels

Test Footer 2

Jumat, 28 September 2012

CINTA Seikat Kangkung


CINTA SEIKAT KANGKUNG

Pagi tadi saat kumandang adzan subuh menggema, saat kokok ayam mulai bersautan, dan saat kehidupan mulai menampakkan geliat kehidupannya, aku bergegas mengambil air wudhu dan bersegera menghadap Allah. Mengadu dan bersua dengan-Nya lewat lantunan doa, dalam hening dan hangat cinta-Nya.

“Ayooo cepet ndhuk, keburu kesiangan” ibuku mendesak untuk segera.

Yaa.. aku memang ada janji mau mengantar beliau ke pasar. Kali ini bukan untuk belanja, tapi untuk jualan sayur kangkung. Sebelumnya, aku sama sekali belum pernah ikut jualan ke pasar, dan ibuku pun belum pernah berjualan di pasar. Biasanya ibu hanya menjual hasil panen ke tengkulak yang ada di desa....yaa masih tetangga gitu lah.

Sekitar pukul 04.30 aku menyalakan mesin motor dan segera melaju bersama ibu. Di belakang, ibu membonceng sambil memegangi ikatan-ikatan kangkung yang disatuin jadi satu ikat besar. Dan di depan aku mengendarai motor, sambil menjaga kangkung yang di masukin dalam karung. Lumayan banyak kangkung yang dipanen ibuku...

Tak lama, kita sampai di pasar, “Kok...masih sepi ya jam segini??” ucap ibuku.
“Wah... sepi buk, pindah saja jangan di pasar ini. Ke pasar Prambanan aja yang agak rame” aku mencoba memberi usul.

Tapi setelah belok dari tikungan, tampak terlihat para pedagang yang juga membawa barang dagangannya. Mereka adalah para tengkulak/ para pembeli yang membeli untuk dijual lagi. Melihat aku dan ibuku datang membawa barang dagangan, para pedagang itu berlarian menghampiri.

“Jual apa buk?? Kangkung yaa?” sahut para pedagang sambil memegang kangkung kami.
“Iya... kangkung buk...” ibu menjawab.
“Dijual berapa ini buk??”
“4500 saja buk...” ibuk mencoba menawarkan.
“Walah... 2000 aja, nanti saya minta sejinah-10 ikat, (dalam bahasa jawa)-
“Yaa jangan segitu, masak murah banget. Paling enggak 4000 gitu...” ibu mencoba menurunkan harga.
“Ya, sudah kalau gak boleh...”...

Kangkung kami ditinggal begitu saja, dan datanglah beberapa penjual membawa barang dagangannya. Gubruk.....gubruk.....gubruk.... para tengkulak itu berlari mengahampiri penjual yang masih berada diatas sepedanya. Mereka berebutan barang dagangan.
Aku termenung memandanginya, emmmm gitu to0, caranya orang pada cari dagangan.

“Aku aja.... kamu gak usah... udah aku aja... Cuma sedikit kok...” tarik ulur, para tengkulak berebut barang dagangan.

Kangkung kebetulan bukan menjadi primadona untuk pagi ini, maklum saja kangkung sudah begitu banyak yang menjulanya.
Mataku tak lepas dari memandangi para pedagang yang dengan lincahnya lari kesana-kesini mengejar dagangan. Sampai akhirnya tak lama kemudian, ada simbah-simbah (nenek-nenek) yang sudah sepuh (tua) tapi terlihat masih begitu lincah, menghampiri barang dagangan kami...
“Kangkung ini dijual berapa ndhuk??”
“4500 aja mbah....”
“gak 2500 aja pow??” simbah mencoba menawar.
“Yaa... belum boleh too mbah...”
“Yaa 3000.... ntar aku ambil rongnjinah -20 ikat-“
“Belum boleh mbah.... 3500 aja”
“gak mau kalo segitu, pas 3000 aja, ..”
“Yaa... sudah gak papa...” ibuku akhirnya menyetujui tawaran simbah itu.

Perhitungan orang jual beli memang begitu aneh, sangat tidak menguntungkan buat sang penjual...
Sejinah/ istilah  untuk tiap 10 ikat -dalam bahasa jawa-, kalau dalam penjualan kangkung
 sejinah= 12 ikat ---à dihargai Rp 3000,00

Padahal, ibuk membawa banyak banget kangkung. Ada sekitar 50 lebih ikat kangkung. Terjual dengan harga Rp 3000/ sejinah(12 ikat). Jadi Uang yang didapat ibu hanya sekitar 3000x5 = Rp 15.000....

Aku tercenung melihat transaksi jual beli itu. Kangkung ibuk yang sebanyak itu, Cuma menghasilkan uang 15.000 ???? aku benar-benar mirisss, tak sampai hati mengingat betapa berat usaha yang harus dilakukan sampai akhirnya biji kangkung bisa tumbuh tinggi, hijau seperti itu.

Aku tahu betul perjuangannya !!!!

Dari ibu yang harus membeli benih kangkungnya, jujur saja lumayan mahal (aku tahu harganya karena kebetulan aku mengantar ibuk beli benihnya waktu itu), hasil jual kangkung hari ini pun tak cukup untuk mengganti harga benihnya. Setelah benih didapat, lahan tanahpun harus disiapkan khusus, tidak asal tanah... setelah itu harus menyirami, menggairi dan segala macamnya. Sampai saat panen pun, di siang yang terik itu dari siang –menjelang petang ibuk harus memanennya, memetiknya sekaligus mengikatnya kecil-kecil hingga siap untuk di jual. Ikatan kangkung yang akan dijual itu kemudian di bawa ke rumah, dan dibersihkan menggunakan air. Setelahnya, kangkung ditiriskan supaya airnya kering. Didiamkan sampai esok harinya siap dijual. Dan sampai di pasar kangkung itu ditukar dengan uang yang tak seberapa dibanding proses perjuangan dan usaha yang harus dilakukan.... Subhanallah. Dalam hati, aku bener-bener gak tega, hati terasa ngilu melihatnya....

“Masya’... Allah, kenapa setiap jualan, selalu gak laku banyak. ..” eluh ibukku saat di perjalanan pulang ke rumah.
“Udah, gak papa buk.... syukuri aja, rezekinya memang segitu. ..” aku mencoba melapangkan, meskipun aku sadar itu terasa amat gak adil buat ibu yang sudah berjuang keras. Seperti gak ada harganya, semua kerja keras yang dilakukan ibuk...
Hmmmm.... pengen nangis aku, :-(

Jujur saja, kalo aku yang suruh beli, aku gak sanggup membeli kangkung itu, meski hanya seikat pun, karena bagiku itu harganya sungguh amat sangat mahal, bukan seribu, dua ribu, tiga ribu bahkan berapa puluh ribu.
Tak tehitung harganya, !!!!
-         Biaya keringatnya
-         Biaya keletihannya
-         Biaya kepanasan
-         Biaya kehausan
-         Biaya kelaparan
-         Biaya pengorbanan
-         Biaya ketulusan dan cintanya
TOTAL : Tak terhingga.............. (tak bisa dibayar dengan jutaan uang sekalipun)

Dan akupun yakin, beliau tak butuh dihargai mahal atas semua itu. Karena baginya melihat anak-anaknya bahagia, itu adalah bayaran yang terindah. Dan TULUS itulah modal bagimu,

Aku kembali ber-muhasabah.....
Ya Allah....Betapa sering aku dengan gampangnya menghabiskan uang sebesar itu hanya untuk membeli hal-hal sepele dan kurang begitu penting, padahal ibuk dengan usaha yang keras, berhari-hari sampai panas terik capek tak dirasa, .... baru bisa mendapatkan uang sebesar itu... Astaqfirullah, astaqfirullah hal adzim....

Ibuk.... tangis haruku untuk cinta yang begitu tulus darimu
Ibuk... tangis sesalku untuk sgala salah tingkahku padamu
Ibuk... tangis banggaku untuk pengorbanan dan kerja kerasmu
Ibuk... tangisku tangisku dan tangisku akan selalu mengiringi setiap doa yang kupanjat pada-Nya, karena tak ada yang lain yang ku mampu selain doa tulus untukmu,
harap kau selalu selamat...
harap kau selalu sehat....
harap kau selalu bahagia...
harap kau selalu... dan selalu mendapat rahmat...
Allah akan membalas cintamu dengan Cinta-Nya yang agung, karena sungguh cintaku tak sebanding dengan cinta yang tlah kau beri untukku...
“Ibu, Aku CINTA Ibuk Karena Allah”
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (supaya berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang semakin lemah, dan menyusukannya dalam dua tahun (selambat-lambat waktu menyapih adalah setelah anak berumur dua tahun). Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu".   ( QS.Luqman 31: 14)

Syukur ku panjatkan kepada Allah SWT yang telah menitipkan aku kepada kalian, orangtua yang begitu amat sangat menyayangiku dengan sepenuh hati :-)

0 komentar:

Posting Komentar