Pagi tadi saat
kumandang adzan subuh menggema, saat kokok ayam mulai bersautan, dan saat
kehidupan mulai menampakkan geliat kehidupannya, aku bergegas mengambil air
wudhu dan bersegera menghadap Allah. Mengadu dan bersua dengan-Nya lewat
lantunan doa, dalam hening dan hangat cinta-Nya.
“Ayooo cepet ndhuk,
keburu kesiangan” ibuku mendesak untuk segera.
Yaa.. aku memang
ada janji mau mengantar beliau ke pasar. Kali ini bukan untuk belanja, tapi
untuk jualan sayur kangkung. Sebelumnya, aku sama sekali belum pernah ikut
jualan ke pasar, dan ibuku pun belum pernah berjualan di pasar. Biasanya ibu
hanya menjual hasil panen ke tengkulak yang ada di desa....yaa masih tetangga
gitu lah.
Sekitar pukul 04.30
aku menyalakan mesin motor dan segera melaju bersama ibu. Di belakang, ibu
membonceng sambil memegangi ikatan-ikatan kangkung yang disatuin jadi satu ikat
besar. Dan di depan aku mengendarai motor, sambil menjaga kangkung yang di
masukin dalam karung. Lumayan banyak kangkung yang dipanen ibuku...
Tak lama, kita
sampai di pasar, “Kok...masih sepi ya jam segini??” ucap ibuku.
“Wah... sepi buk,
pindah saja jangan di pasar ini. Ke pasar Prambanan aja yang agak rame” aku
mencoba memberi usul.
Tapi setelah belok dari
tikungan, tampak terlihat para pedagang yang juga membawa barang dagangannya.
Mereka adalah para tengkulak/ para pembeli yang membeli untuk dijual lagi.
Melihat aku dan ibuku datang membawa barang dagangan, para pedagang itu
berlarian menghampiri.
“Jual apa buk??
Kangkung yaa?” sahut para pedagang sambil memegang kangkung kami.
“Iya... kangkung
buk...” ibu menjawab.
“Dijual berapa ini
buk??”
“4500 saja buk...”
ibuk mencoba menawarkan.
“Walah... 2000 aja,
nanti saya minta sejinah-10 ikat, (dalam
bahasa jawa)-“
“Yaa jangan segitu,
masak murah banget. Paling enggak 4000 gitu...” ibu mencoba menurunkan harga.
“Ya, sudah kalau
gak boleh...”...
Kangkung kami
ditinggal begitu saja, dan datanglah beberapa penjual membawa barang
dagangannya. Gubruk.....gubruk.....gubruk.... para tengkulak itu berlari
mengahampiri penjual yang masih berada diatas sepedanya. Mereka berebutan
barang dagangan.
Aku termenung
memandanginya, emmmm gitu to0, caranya orang pada cari dagangan.
“Aku aja.... kamu
gak usah... udah aku aja... Cuma sedikit kok...” tarik ulur, para tengkulak
berebut barang dagangan.
Mataku tak lepas
dari memandangi para pedagang yang dengan lincahnya lari kesana-kesini mengejar
dagangan. Sampai akhirnya tak lama kemudian, ada simbah-simbah (nenek-nenek)
yang sudah sepuh (tua) tapi terlihat masih begitu lincah, menghampiri barang
dagangan kami...
“Kangkung ini
dijual berapa ndhuk??”
“4500 aja mbah....”
“gak 2500 aja
pow??” simbah mencoba menawar.
“Yaa... belum boleh
too mbah...”
“Yaa 3000.... ntar
aku ambil rongnjinah -20 ikat-“
“Belum boleh
mbah.... 3500 aja”
“gak mau kalo
segitu, pas 3000 aja, ..”
“Yaa... sudah gak
papa...” ibuku akhirnya menyetujui tawaran simbah itu.
Perhitungan orang
jual beli memang begitu aneh, sangat tidak menguntungkan buat sang penjual...
Sejinah/ istilah untuk tiap 10 ikat -dalam bahasa jawa-, kalau dalam penjualan kangkung
sejinah= 12 ikat ---à
dihargai Rp 3000,00
Padahal, ibuk
membawa banyak banget kangkung. Ada sekitar 50 lebih ikat kangkung. Terjual
dengan harga Rp 3000/ sejinah(12 ikat). Jadi Uang yang didapat ibu hanya
sekitar 3000x5 = Rp 15.000....
Aku tercenung
melihat transaksi jual beli itu. Kangkung ibuk yang sebanyak itu, Cuma menghasilkan
uang 15.000 ???? aku benar-benar mirisss, tak sampai hati mengingat betapa
berat usaha yang harus dilakukan sampai akhirnya biji kangkung bisa tumbuh
tinggi, hijau seperti itu.
Dari ibu yang harus
membeli benih kangkungnya, jujur saja lumayan mahal (aku tahu harganya karena kebetulan aku mengantar ibuk beli benihnya
waktu itu), hasil jual kangkung hari ini pun tak cukup untuk mengganti
harga benihnya. Setelah benih didapat, lahan tanahpun harus disiapkan khusus, tidak
asal tanah... setelah itu harus menyirami, menggairi dan segala macamnya. Sampai
saat panen pun, di siang yang terik itu dari siang –menjelang petang ibuk harus
memanennya, memetiknya sekaligus mengikatnya kecil-kecil hingga siap untuk di
jual. Ikatan kangkung yang akan dijual itu kemudian di bawa ke rumah, dan
dibersihkan menggunakan air. Setelahnya, kangkung ditiriskan supaya airnya
kering. Didiamkan sampai esok harinya siap dijual. Dan sampai di pasar kangkung
itu ditukar dengan uang yang tak seberapa dibanding proses perjuangan dan usaha
yang harus dilakukan.... Subhanallah. Dalam hati, aku bener-bener gak tega,
hati terasa ngilu melihatnya....
“Masya’... Allah,
kenapa setiap jualan, selalu gak laku banyak. ..” eluh ibukku saat di
perjalanan pulang ke rumah.
“Udah, gak papa
buk.... syukuri aja, rezekinya memang segitu. ..” aku mencoba melapangkan,
meskipun aku sadar itu terasa amat gak adil buat ibu yang sudah berjuang keras.
Seperti gak ada harganya, semua kerja keras yang dilakukan ibuk...
Hmmmm.... pengen
nangis aku, :-(
Jujur saja, kalo aku yang suruh beli, aku gak
sanggup membeli kangkung itu, meski hanya seikat pun, karena bagiku itu
harganya sungguh amat sangat mahal, bukan seribu, dua ribu, tiga ribu bahkan
berapa puluh ribu.
Tak tehitung
harganya, !!!!
-
Biaya keringatnya
-
Biaya
keletihannya
-
Biaya
kepanasan
-
Biaya
kehausan
-
Biaya
kelaparan
-
Biaya
pengorbanan
-
Biaya
ketulusan dan cintanya
TOTAL : Tak
terhingga.............. (tak bisa dibayar dengan jutaan uang sekalipun)
Dan akupun yakin,
beliau tak butuh dihargai mahal atas semua itu. Karena baginya melihat
anak-anaknya bahagia, itu adalah bayaran yang terindah. Dan TULUS itulah modal
bagimu,
Aku kembali
ber-muhasabah.....
Ya Allah....Betapa
sering aku dengan gampangnya menghabiskan uang sebesar itu hanya untuk membeli
hal-hal sepele dan kurang begitu penting, padahal ibuk dengan usaha yang keras,
berhari-hari sampai panas terik capek tak dirasa, .... baru bisa mendapatkan
uang sebesar itu... Astaqfirullah, astaqfirullah hal adzim....
Ibuk.... tangis
haruku untuk cinta yang begitu tulus darimu
Ibuk... tangis
sesalku untuk sgala salah tingkahku padamu
Ibuk... tangis
banggaku untuk pengorbanan dan kerja kerasmu
Ibuk... tangisku
tangisku dan tangisku akan selalu mengiringi setiap doa yang kupanjat pada-Nya,
karena tak ada yang lain yang ku mampu selain doa tulus untukmu,
harap kau selalu
selamat...
harap kau selalu
sehat....
harap kau selalu
bahagia...
harap kau selalu...
dan selalu mendapat rahmat...
Allah akan membalas
cintamu dengan Cinta-Nya yang agung, karena sungguh cintaku tak sebanding
dengan cinta yang tlah kau beri untukku...
“Ibu, Aku CINTA Ibuk Karena Allah”
"Dan
Kami perintahkan kepada manusia (supaya berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapaknya; ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang semakin lemah,
dan menyusukannya dalam dua tahun (selambat-lambat waktu menyapih adalah
setelah anak berumur dua tahun). Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu".
( QS.Luqman 31: 14)
Syukur ku panjatkan
kepada Allah SWT yang telah menitipkan aku kepada kalian, orangtua yang begitu
amat sangat menyayangiku dengan sepenuh hati :-)
0 komentar:
Posting Komentar