Pages

Labels

Test Footer 2

Jumat, 10 Januari 2014

‘BAIK’ TAK SELALU BENAR



Terlahir dari orangtua biasa saja, di keluarga yang biasa saja. Biasa dalam artian belum paham agama secara kaffah. Itu bukanlah hal yang lalu membuat kita menyesalinya dan berpikiran bahwa itu suatu kesialan dan ketidak beruntungan. Jangan!!! Sungguh jangan sampai pikiran itu kita yakini.

Justru kondisi itu menjadi anugerah dan berkah tersendiri untuk kita. Karena itu menjadi ladang dakwah bagi kita.  Karena sungguh dakwah terberat justru berdakwah pada keluarga sendiri, karena mungkin satu dengan yang lainnya sudah tahu baik buruknya sehingga setiap nasihat baik tak begitu mudah bisa diterima.

Sulit bukan berarti tidak bisa !!!
Itu tergantung bagaimana kita bisa menyampaikan hal kebaikan itu dengan baik. Teruslah belajar...belajar dan belajar, 

Belum lama, baru beberapa hari yang lalu, seorang ibu bercerita pada putrinya, “nak... si fulan cantik banget ya sekarang. Tadi pake baju kotak-kotak biru, celanan pensil warna biru, sepatunya juga biru. Rambutnya digerai lurus panjang. Pantes banget deh...” sambil senyum.

Adakah yang salah dengan cerita itu??? Hmm, mungkin secara cerita tak ada yang salah. Namun seorang anak yang cerdas pasti akan mencoba berpikir bijaksana dan  menanggapi isi dari cerita tersebut.

Sang anak kemudian dengan lemah lembut dan disertai senyum berkata, “ibuk mau punya putri seperti itu??”

Dan ibunya hanya tersenyum.

“kalau saya sih gak mau seperti itu buk. Mungkin sekilas tampak indah, tapi itu tidak sesuai syariat loh...” dengan nada santun, lembut, datar tanpa menekankan suara.

“ya... tapikan berpakaian itu disesuaikan dengan acara... di acara ulang tahun ya harusnya juga pakai pakaian yang sesuai” sang ibu mencoba memberi alasan.

“iya, menyesuaikan tapi tidak harus meninggalkan syariat kan buk? Ke acara ulang tahun pakai jilbab, pakai rok pun masih bisa,”  memberi penjelasan.

“tapi itu kan biar terlihat bagus....” kata sang ibu.

“berpakaian itu tujuan utamanya kan untuk menutupi aurat, bukan hanya untuk dipandang indah di mata orang lain. Yang paling utama bagaimana pakaian itu mampu menjaga diri kita, menjaga aurat kita agar tak sampai mengundang hasrat lawan jenis...” sang anak memberi penjelasan dengan datar tanpa meninggikan suara.

Yaa....
Dari hal sepele, itu bisa menjadi jalan kita berdakwah dan menyampaikan kebenaran. Sungguh sangat indah ketika dakwah dilakukan dengan sebaik-baiknya tutur kata. Mungkin awalnya, sang ibu tak membenarkan, tak mengiyakan. Namun sesungguhnya apa yang disampaikan oleh sang anak akan benar-benar terekam dalam benaknya, dan beliau sedang memprosesnya dalam benaknya.

Jangan pernah salahkan bagaimana minset orangtua kita saat ini jika memang masih belum benar. Karena semua itu adalah dampak sosialisasi yang terbentuk di masyarakat saat ini. Masyarakat umum telah terbentuk untuk menganggap yang tidak benar menjadi baik. Padahal baik disini hanyalah pandangan masyarakat umum. Yang mana ‘baik’ belum tentu benar.

Itulah salah satu dampak ghazwul fikri. Masyarakat umum, khususnya umat Islam memang telah diserang melalui perang pemikiran. Pola pikir umat Islam yang dijadikan sasarannya. Dari segala lini kehidupan bahkan telah banyak diserang. Contoh dekatnya saja, dari tayangan televisi yang semakin kesini semakin vulgar dan menampilkan gaya hidup yang benar-benar jauh dari ajaran Islam. Mungkin awalnya kita melihatnya, “ih...gak pantes” tapi ketika hal tersebut dipertontonkan berkali-kali dan terus menerus, pikiran kita kemudian menganggap hal tersebut sebagai suatu hal yang sudah tak tabu lagi, dan sudah tak mempermasalahkan. Alhasil itu menjadi pola pikir manusia bahwa hal seperti itu (hal buruk) adalah baik dan boleh-boleh saja, tidak perlu dipermasalahkan. Naudzubillahimindzalik... 

Miris rasanya....
Yaa... mungkin orang-orang sekitar kita, atau mungkin orangtua kita adalah salah satu korban dari hal tersebut. Sehingga tak heran ketika sempat terucap perkataan seperti tadi. Mereka menganggap anak muda yang gaul dan sesuai zaman adalah anak muda yang berpakai funky dan tampak indah dipandang mata.

Padahal hakikatnya, “aurat itu adalah keburukan yang sudah seharusnya ditutupi, ketika ada orang melihat suatu keburukan itu sebagai suatu keindahan, sesungguhnya matanya telah dibutakan oleh syetan” astaqfirullahal ‘adzim.

Yaa... sedkit, demi sedikit perang itu memang benar-benar telah menyerang pola pikiran manusia. Mereka tak menyerang dengan senjata tajam, pistol, meriam atau benda berbahaya lainnya yang akan membuat tubuh kita bercucuran darah bahkan nyawa melayang. Tapi cukup bagi mereka, secara pelan dan lembut sekali, saking lembutnya mungkin banyak orang yang tak menyadari bahwa sedang diserang. 

Maka, lawanlah!!! lawan dengan kelembutan juga. Dengan tutur kata yang lembut namun terpatri indah ke hati. Dakwah sesulit apapun, lakukanlah, sampaikanlah dengan lemah lembut. Bagaimana mungkin kata-kata kotor digunakan untuk menyapaikan pesan kebaikan. Yang benar adalah sampaikan yang benar dengan yang baik. Sampaikan dakwah dengan hatimu, karena apa yang disampaikan dari hati akan sampai ke hati. Insha Allah. jangan putus semangat dalam memerangi kebatilan, Allah selalu menyertai kita.

Sampaikan cinta-Nya agar dapat dirasai oleh semua, bapak, ibu, kakak, adik, saudara-saudara, teman-temsn dan khalayak umum. Sampaikan bahwa Cinta-Nya sangatlah agung.  Karena yang ‘Baik’ saat ini tak selalu benar. Namun yang benar itu pasti baik. Keep fastabiqulkhairat yaa :-)

0 komentar:

Posting Komentar