Terlahir dari orangtua biasa saja, di keluarga yang biasa
saja. Biasa dalam artian belum paham agama secara kaffah. Itu
bukanlah hal yang lalu membuat kita menyesalinya dan berpikiran bahwa itu suatu
kesialan dan ketidak beruntungan. Jangan!!! Sungguh jangan sampai
pikiran itu kita yakini.
Justru kondisi itu menjadi anugerah dan berkah tersendiri
untuk kita. Karena itu menjadi ladang dakwah bagi kita. Karena sungguh dakwah terberat justru
berdakwah pada keluarga sendiri, karena mungkin satu dengan yang lainnya sudah
tahu baik buruknya sehingga setiap nasihat baik tak begitu mudah bisa diterima.
Sulit bukan berarti tidak bisa !!!
Itu tergantung bagaimana kita bisa menyampaikan hal kebaikan
itu dengan baik. Teruslah belajar...belajar dan belajar,
Belum lama, baru beberapa hari yang lalu, seorang ibu
bercerita pada putrinya, “nak... si fulan cantik banget ya sekarang.
Tadi pake baju kotak-kotak biru, celanan pensil warna biru, sepatunya juga
biru. Rambutnya digerai lurus panjang. Pantes banget deh...” sambil senyum.
Adakah yang salah dengan cerita itu??? Hmm, mungkin secara
cerita tak ada yang salah. Namun seorang anak yang cerdas pasti akan mencoba
berpikir bijaksana dan menanggapi isi
dari cerita tersebut.
Sang anak kemudian dengan lemah lembut dan disertai senyum
berkata, “ibuk mau punya putri seperti itu??”
Dan ibunya hanya tersenyum.
“kalau saya sih gak mau seperti itu buk. Mungkin sekilas
tampak indah, tapi itu tidak sesuai syariat loh...” dengan nada santun, lembut,
datar tanpa menekankan suara.
“ya... tapikan berpakaian itu disesuaikan dengan acara... di
acara ulang tahun ya harusnya juga pakai pakaian yang sesuai” sang ibu mencoba
memberi alasan.
“iya, menyesuaikan tapi tidak harus meninggalkan syariat kan
buk? Ke acara ulang tahun pakai jilbab, pakai rok pun masih bisa,” memberi penjelasan.
“tapi itu kan biar terlihat bagus....” kata sang ibu.
“berpakaian itu tujuan utamanya kan untuk menutupi aurat,
bukan hanya untuk dipandang indah di mata orang lain. Yang paling utama
bagaimana pakaian itu mampu menjaga diri kita, menjaga aurat kita agar tak
sampai mengundang hasrat lawan jenis...” sang anak memberi penjelasan
dengan datar tanpa meninggikan suara.
Dari hal sepele, itu bisa menjadi jalan kita berdakwah dan
menyampaikan kebenaran. Sungguh sangat indah ketika dakwah dilakukan dengan
sebaik-baiknya tutur kata. Mungkin awalnya, sang ibu tak membenarkan, tak
mengiyakan. Namun sesungguhnya apa yang disampaikan oleh sang anak akan
benar-benar terekam dalam benaknya, dan beliau sedang memprosesnya dalam
benaknya.
Jangan pernah salahkan bagaimana minset orangtua kita
saat ini jika memang masih belum benar. Karena semua itu adalah dampak
sosialisasi yang terbentuk di masyarakat saat ini. Masyarakat umum telah
terbentuk untuk menganggap yang tidak benar menjadi baik. Padahal baik disini
hanyalah pandangan masyarakat umum. Yang mana ‘baik’ belum tentu benar.
Itulah salah satu dampak ghazwul fikri. Masyarakat
umum, khususnya umat Islam memang telah diserang melalui perang pemikiran. Pola
pikir umat Islam yang dijadikan sasarannya. Dari segala lini kehidupan bahkan
telah banyak diserang. Contoh dekatnya saja, dari tayangan televisi yang
semakin kesini semakin vulgar dan menampilkan gaya hidup yang benar-benar jauh
dari ajaran Islam. Mungkin awalnya kita melihatnya, “ih...gak pantes” tapi
ketika hal tersebut dipertontonkan berkali-kali dan terus menerus, pikiran kita
kemudian menganggap hal tersebut sebagai suatu hal yang sudah tak tabu lagi,
dan sudah tak mempermasalahkan. Alhasil itu menjadi pola pikir manusia bahwa
hal seperti itu (hal buruk) adalah baik dan boleh-boleh saja, tidak perlu
dipermasalahkan. Naudzubillahimindzalik...
Miris rasanya....
Yaa... mungkin orang-orang sekitar kita, atau mungkin
orangtua kita adalah salah satu korban dari hal tersebut. Sehingga tak heran
ketika sempat terucap perkataan seperti tadi. Mereka menganggap anak muda yang
gaul dan sesuai zaman adalah anak muda yang berpakai funky dan tampak indah
dipandang mata.
Padahal hakikatnya, “aurat itu adalah keburukan yang sudah
seharusnya ditutupi, ketika ada orang melihat suatu keburukan itu sebagai suatu
keindahan, sesungguhnya matanya telah dibutakan oleh syetan” astaqfirullahal
‘adzim.
Yaa... sedkit, demi sedikit perang itu memang benar-benar
telah menyerang pola pikiran manusia. Mereka tak menyerang dengan senjata
tajam, pistol, meriam atau benda berbahaya lainnya yang akan membuat tubuh kita
bercucuran darah bahkan nyawa melayang. Tapi cukup bagi mereka, secara pelan
dan lembut sekali, saking lembutnya mungkin banyak orang yang tak menyadari
bahwa sedang diserang.
Maka, lawanlah!!! lawan dengan kelembutan juga. Dengan tutur
kata yang lembut namun terpatri indah ke hati. Dakwah sesulit apapun,
lakukanlah, sampaikanlah dengan lemah lembut. Bagaimana mungkin kata-kata kotor
digunakan untuk menyapaikan pesan kebaikan. Yang benar adalah sampaikan yang
benar dengan yang baik. Sampaikan dakwah dengan hatimu, karena apa yang
disampaikan dari hati akan sampai ke hati. Insha Allah. jangan putus semangat
dalam memerangi kebatilan, Allah selalu menyertai kita.
Sampaikan cinta-Nya agar dapat dirasai oleh semua, bapak,
ibu, kakak, adik, saudara-saudara, teman-temsn dan khalayak umum. Sampaikan
bahwa Cinta-Nya sangatlah agung. Karena
yang ‘Baik’ saat ini tak selalu benar. Namun yang benar itu pasti baik. Keep
fastabiqulkhairat yaa :-)
0 komentar:
Posting Komentar