Pages

Labels

Test Footer 2

Senin, 10 September 2012

Skenario Terindah Allah part 5


KESEDIHAN ITU BERUBAH JADI TANGIS KEHARUAN

Masa menanti yang lumayan lama kali ini berbeda dengan penantian yang kemarin. Kali ini, karena sudah pengalaman dengan yang namanya gagal, aku sudah bersiap-siap menata hati. Menata hati sebaik-baiknya, sehingga pada waktunya tiba, aku bisa menerima apapun kenyataan hasilnya nanti, tanpa harus hancur berkeping keping...
Hari-hari penantian, aku isi dengan banyak-banyak mencari motivasi. Suatu hari saat menonton tayangan MetroTv, dalam acara Mario Teguh Golden Ways, aku mendapat motivasi yang membuatku begitu kuat dan semakin siap menerima keyataan paling buruk sekalipun. Tema diskusi saat itu adalah PEMULIH JIWA, ada hal positif yang aku ambil saat itu
-         Menyesal/ kecewa itu tidak papa, asalkan tidak merusak percaya diri, tapi jadikanlah penyesalan itu untuk kita semakin waspada dan ingat.
-         Berencanalah GAGAL BESAR, karena nantinya kamu tidak akan kecil hati saat mengalami kegagalan kecil
-         Ikhlaslah ketika GAGAL, jika anda digagalkan oleh Allah. Maksudnya digagalkan oleh Allah adalah, setelah kita berusaha sekuat tenaga dan berikhtiyar maksimal dan ternyata hasilnya tidak seperti yang kita inginkan, karena sungguh itu adalah kegagalan yang datang dari Allah dan ada rencana yang jauh lebih indah dari Allah untuk kita.

Nah, kalau kita gagal karena kita tidak mau usaha sama sekali, nah itu namanya kita digagalkan oleh diri kita sendiri.

Seperti mendapat chars semangat yang begitu kuat. Semangatku naik begitu pesat, saat itu, aku mulai dengan mempersiapkan alternatif lain jika aku nantinya tidak lolos. Mendaftar di beberapa universitas yang memungkinkan untuk aku jalani. Emmm sekitar 5 universitas aku coba daftari. Yaaa sekedar mendaftar saja, belum sampai tahap bayar membayar.... hehehe karena aku masih menunggu kepastian hasil snmptn. Sempat juga ikut tes jalur beasiswa di universitas swasta, alhamdulillah diterima, tapi aku tidak menindak lanjuti...-kurang mantap dengan jurusannya-


ISYARAT KEBAHAGIAAN

Di masa penantian ini, ada hal-hal yang seperti memberi isyarat petunjuk-petunjuk kebahagiaan untukku. Aneh, tapi yaa benar-benar membuatku, tersenyum senang mengingatnya...

Pertama, tanpa disengaja aku bertemu dengan ibu Suhartini, guru favoritku di SD yang sudah sekitar 6 tahun tidak bertemu. Sempat ngobrol sebentar dan minta doa restu dari beliau.

Kedua, tanpa disengaja juga, saat aku selesai OL di warnet, aku keluar dan bertemu dengan ibu Sri, guru agama islam di SD, yang juga sudah sekian tahun tidak bertemu. Beliau masih ingat denganku, dan menyapaku, menanyakan kabarku dan juga mendoakanku... “Ya... semoga diterima di universitas yang diinginkan, di jurusan yang diinginkan...” amiin begitu batinku. Aku sempat kaget saat itu, kenapa akhir-akhir ini tanpa disengaja bertemu dengan guru-guruku SD, lebih membuatku lebih senyum-senyum lagi tuh, karena aku bertemu guru PAI sd. Hmmmmmm, apa ini tanda-tanda dari Allah yaa.... semoga kalau memang benar, semoga itu pertanda baik, pikirku.

Ketiga, hari Jumat tgl 24 Juni 2011, tepat seminggu sebelum pengumuman snmptn tulis. Aku ada agenda kajian di Masjid Jami’ dekat candi Prambanan bersama dengan teman-teman. Sengaja karena hari Jumat aku datang lebih awal, harapannya aku ingin ikut sholat jumat di sana. Eh ternyata kondisi tidak memungkinkan, masjid sangat penuh dengan jamaah ikhwan -yaiyalah.... namanya juga sholat jumat, ya mayoritas ikhwan, bahkan tidak ada yang akhwat- alhasil aku menunggu di belakang masjid, di area taman kanak-kanak yang ada di dekat masjid. Aku tidak sendiri saat itu, karena ada beberapa ibu-ibu yang juga sedang menunggu suaminya sholat jumat, ada juga anak-anak kecil yang sedang main mainan yang ada di TK. Duduk lumayan lama, aku hanya memandangi anak kecil yang sangat senang berlari-larian di depanku.... sampai tiba-tiba ada seorang kakek-kakek, -namanya kakek pasti udah sepuh kan yaa- datang mendekatiku, sambil mengangkat kedua tangannya, seperti ketika kita berdoa... beliau berucap, (kurang lebih seperti ini)
“Semoga kalau jadi guru, jadi guru yang baik, dapat berhasil mendidik muridnya. Semoga kalau masih sekolah, sekolahnya lancar dan nilainya bagus. Semoga kalau jadi pegawai, pegawai yang mudah dapat rejeki....” –diucapkan dengan bahasa jawa halus-

Sesaat aku termenung, dan sedikit kaget, tapi aku tahu maksud kakek itu, dan aku mengeluarkan sedikit yang ada di dompet tasku untuk kakek itu, gak banyak sungguh gak banyak, hanya sedikit yang aku punya saat itu. Tapi mendengar apa yang diucapkan kakek itu, aku jadi terenyuh. Beliau tidak mengucapkan perkatan bernada meminta, tapi beliau hanya bedoa, dan sungguh doanya terdengar tulus sampai ke hatiku.
Beliau kemudian berlalu, sambil tersenyum kepadaku dan berucap “Trimakasih yaaa ndhuk”-masih dengan bahasa jawa-

Aku baru berpikir sekarang, itu bener-bener manusia, atau Malaikat yang diutus Allah untuk mendoakanku yaaa??? Karena sungguh Subhanallah, kakek itu hanya menghampiriku, padahal di sekitarku ada ibu-ibu yang sedang menunggu anaknya, lalu kenapa Cuma aku yang dihampirinya. Dan herannya lagi, dalam perkataan pertamanya, muncul kata Guru, yaaa.... salah satu indikasi yang mengarah pada jurusan yang aku pilih. Allahu Akbar... :-)
Saking terenyuhnya, sampai sesaat setelah sholat dzuhur di dalam masjid, aku tak kuasa menahan tangisku. Beberapa saat kemudian Anik datang, dia heran melihatku meneteskan air mata,
            “Kenapa e Na?? Udah tow jangan nangis... tuh mb Nita udah dateng, tak bilangin
 mb Nita loh...”

Saat itu, aku masih tak bisa menjelaskan ketakjuban yang baru saja aku alami. Afwan Anik, Mb Nita, saat itu aku gak bisa jelasin apa-apa, afwan karena mungkin membuat kalian penasaran dan sedikit khawatir. Aku gak papa saat itu, Cuma sedikit takjub dan terenyuh saja dengan apa yang aku alami.... dan sedikit teringat dengan orangtua di rumah.... yaaa percaya gak percaya itu terjadi padaku saat itu, dan aku baru menyadarinya.

Hari itu, kita (Aku, Anik, Iefa, Prita dan Madiha) membuat janji untuk pekan depan akan membuka pengumuman hasil snmptn bersama-sama di masjid itu juga. Kita membuat kesepakatan, kita tidak akan melihat pengumuman sendiri sebelumnya, kita akan melihat pengumumannya lewat koran bersama-sama.
Dan benar, aku memegang kesepakatan itu. Rabu malam, tgl 29 Juni 2011 setelah sholat magrib. Aku sengaja menonaktifkan HP, aku menutup akses dari segala informasi tentang pengumuman snmptn. Karena belajar dari pengalaman kemarin, malam sebelum tanggal H pengumuman, hasil sudah dapat dilihat. Aku masih berharap akan mengetahui hasilnya bersama temen-temen yang lain. Aku membayangkan ekspresi apa yang akan kita dapati nantinya setelah melihat pengumuman di koran. Persiapan hati lebih aku tekankan saat itu. Jauh berbeda dengan pengumuman yang dulu, dimana aku sangat antusias untuk segera membuka pengumuman begitu informasi keluar, kedua kalinya ini aku menahan dan mengulur rasa ingin tahuku sampai esok hari di Masjid Jami. Bahkan nazar-nazar yang dulu belum sempat aku tulis, sekarang seminggu sebelum pengumuan tiba, aku sudah menulisnya rapi di buku ajaibku... hahahaha, ada-ada aje, :-)



Tulisan ini sengaja aku tulis seminggu sebelum pengumuman....
Nazar yang aku harapkan untuk perubahan ke arah yang lebih baik, Insya Allah
Sampai pagi tiba, aku benar-benar tidak mengaktifkan Hpku sama sekali. Bapak yang tahu jadwal pengumuman, sudah menanyakan hasilnya padaku,
            “Hari ini pengumuman tow nduk?? Sana beli koran...”
            “Enggak mau pak, nanti aja lihatnya, bareng temen-temen...”

Janjian jam 09.00 aku berangkat dari rumah pk.08.00, dengan sepeda biru kesayanganku aku mampir sebentar untuk membeli koran. Rasa penasaran sudah semakin kuat, menggebu-gebu dalam hati.... bentar lagi...bentar lagi.... ucapku dalam hati.
Sampai di masjid aku mendapati Anik sudah ada di sana, dia mengejutkanku
            “Ukh, aku sudah diterima di Akutansi UGM...”
Aku memeluknya erat, “Alhamdulillah,...... lho kamu udah buka tow??
            “Iya, tadi malem aku disuruh buka, ya udah aku buka...”
Saat itu aku bahagia tapi juga jadi lemes, terus gimana dengan akuuuuu,?????
            “Aku belum buka....., lha katanya mau buka bareng-bareng....” ucapku sedikit
            mengeluh saat itu.
            “Ya udah buruan dicari namamu, ada apa gak....”

Karena Anik saat itu ada acara dengan keluarganya, ia harus segera pulang ke rumah. Alhasil aku ditinggal sendirian. Duduk dan memandangi setumpuk koran yang ada di depanku. Aku masih ragu untu membukanya. “Buka, enggak....Buka,enggak.....Buka, enggak...” aku masih berharap akan membukanya bersama dengan teman yang lain, tapi menunggu beberapa saat, mereka tak muncul-muncul. Aku semakin cemas dan penasaran. Aku memutuskan untuk  sholat dhuha terlebih dahulu. Setelah sholat aku jadi lebih tenang. Aku memandangi koran yang tergeletak di lantai masjid..... “Hmmmm masak tinggal buka dan baca aja, harus ditunda-tunda. Itu kepastian udah ada di depan mata !!!!!”

Akhirnya aku memberanikan diri untuk membuka korannya, mencari kolom Universitas Negeri Sunan Kalijaga. Sempat pusing melihat halaman koran yang hanya dipenuhi dengan nama-nama orang dengan huruf ukuran mini, kecil sekali,,,, seperti semut merayap saja. Satu persatu aku baca nama-nama yang ada... cukup lama sampai akhirnya aku mendapati namaku tercantum disitu. Baru sekilas lihat, aku langsung tersungkur sujud syukur untuk beberapa menit. Jantungku berdetak sangat cepat sekali saat itu..... cukup lama sampai aku bangkit dari sujud, aku ingin memastikan secara jelasnya, benarkah itu namaku??? Aku lihat untuk kedua kalinya dengan seksama, dan memang benar, ada namaku disitu..... ibukkkkkk aku diterima !!!!!....... serasa ingin teriak dan memelukmu karena merasakan kebahagiaan itu. Tapi saat itu aku hanya sendiri, di dalam masjid yang begitu megah dan luas itu. Aku semakin merasakan kebesaran Allah, dan tanpa sadar air mataku meleleh. Air mata kesedihanku itu kini telah berubah menjadi airmata keharuan... “Alhamdulillah....Allahu Akbar....Allahu Akbar....” tak henti-hentinya syukur aku panjatkan pada Allah.

Saat itu aku binggung harus meluapkan kebahagiaan itu pada siapa, karena tak ada seorangpun yang menemaniku saat itu. Dan aku sedikit kecewa karena temen-temenku, tak memegang kesepakatan awal untuk melihat pengumuman bersama-sama.
Beberapa saat kemudian mb Nita datang. Dengan air mata yang sedikit masih tersisa, aku mencoba menyembunyikan kabar bahagia itu....
            “Mb.... Anik di terima di UGM....” ucapku pertama kali.
            “Haaaa.... selamat yaa ndhuk,”
Mb Nita langsung memelukku erat, gubraknya..... dia salah denger, dia kira aku yang diterima di UGM.
                        “Hemm... bukan aku mb, tapi Anik...”
Haaaaa gubrak mb Nita tuu, merusak suasana hati...hehehe ;-)
Aku bertahan dengan tetap diam, dan tidak mengatakan bahwa aku juga diterima. Aku biarkan dia mencari namaku. Lamaaaaa banget sampai akhirnya dia menemukan juga, “Lhoh ini kan nama anti, hehehe ketemu....” dengan segera ia menggaris bawahi namaku.
Rasa kecewaku terhadap teman-teman karena telah melanggar kesepakatan membuatku ingin merahasiakan kabar gembira itu.
“Jangan bilang ke yang lain loh Mb, kalau aku diterima...” pintaku memaksa.

Benar-benar mereka tuh, aku sudah dengan sepenuh hati menahan diri untuk tidak melihat hasil sebelum ketemu dengan kalian.... eh ternyat oh ternyata kalian malah udah mendahului. Emmmmm.....;-(
Saat Anik, menanyakan hasilku, aku hanya mencoba menjailinya,
            “Gimana ukh hasilnya....”
            “Menangis... :-( ”
            “Ya..udah ukh gak papa, besok UIN masih ada jalur reguler kok..”

Dalam hati aku pengen tertawa, meski agak merasa bersalah menjaili mereka. Lagian kenapa juga gak tanya, kenapa menangis??? Kan arti menangis kan banyak, bisa menagis sedih, bisa juga menangis bahagia.... hehehehe... aku berdalih, gak mau dibilang bohong... wkhkhkhkh...:D
Cukup lama menyembunyikan rahasia itu dari teman-temanku. Walaupun akhirnya mereka tahu dengan sendirinya....
Bahkan pada ibuku sendiripun aku sempat bercanda. Pulang-pulang aku pasang muka datar, sambil menutupi sebagian wajah dengan koran,
            “Gimana ndhuk, gak diterima??” beliau berspekulasi bahwa aku tidak diterima, karena melihat ekspresi wajahku, dan melihat mataku yang sedikit memerah karena habis menangis.
            “Ya udah gak papa ndhuk...” mencoba menenangkan.
            “Hehehehe.... aku diterima kok,” sambil nyengir bahagia.
            “Alhamdulillah. Beneran ndhuk diterima?? Syukurlah kalau begitu...”

Saat- saat paling indah adalah saat dimana aku bisa melihat senyum bahagia dari wajahnya..... Makasi Ibu atas doamu selam ini :-)
Akupun yakin akan janji Allah,

“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS.Alam Nasyrah: 5-6)

Semoga itu memang diberikan dengan penuh keridhoan oleh Allah untukku, bukan dilempar dengan amarah. Sungguh aku berharap kebahagian itu memang benar-benar datanga karena Ridho-Nya.... Amiin :-)


0 komentar:

Posting Komentar