Pages

Labels

Test Footer 2

Sabtu, 19 Januari 2013

Ayah,,, Ingat Anakmu !!!


Sudah lama sekali saya ingin berbagi kisah tetang pengalaman nyata yang saya alami beberapa waktu yang lalu. Belum sempat, dan akhirnya baru kesampaian kali ini. Pengalaman itu sungguh amat berkesan dan membekas, karena prosesnya yang begitu unik dan bener-bener mengalir, layaknya sebuah skenario dalam drama/ sinetron. . . .-hehehehe lebay-
 
Masih inget banget, saat itu hari Rabu, 17 Oktober 2012. Kebetulan jadwal kuliah hari itu tidak begitu padet, hanya sampai jam 16.00. Selesai kuliah, saya juga tidak ada jadwal mengajar les, alhasil saya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sejenak. Beberapa saat di sana, sampai waktu magrib tiba, say memilih untuk sekalian sholat magrib di perpustakaan. 

Ketika di parkiran dan hendak menjalankan motor, dalam hati bebisik untuk tidak langsung pulang. Seperti ada desakkan untuk jangan pulang dulu, “ayo mampir ke counter untuk membeli baterai HP !!” maklum saja, beberapa waktu yang lalu, ada sedikit troubel dengan baterai handpone saya, yang membuat Hp jadi sering ngedrop, dan mati begitu saja. Itu cukup membuat orang-orang di sekitar saya ter-dzolimi.... hehehe maaaaaafff, karena gara-gara hal tersebut, saya jadi sulit membalas sms yang masuk, dan sulit dihubungi. Merasa sudah sangat mengganggu kinerja dan komunikasi dengan orang-orang di sekitar, saya akhirnya memutuskan untuk malam itu juga membeli baterai hp.

Saya memilih pergi ke daerah Jl.Kusumanegara, di sana saya tahu ada penjual baterai HP yang harganya lumayan ekonomis...hehehe. Meskipun sedikit lupa, posisi counternya di sebelah mana, saya tetap nekad untuk pergi ke sana. Bermodal hanya mengamati setiap toko di penggiran jalan. Malam semakin larut, tapi tak juga berjumpa dengan counter itu, padahal suara petir yang menggelegar terdengar di sana –sini, pertanda akan turun hujan. Mulut saya tak hentinya mengucap istiqfar...-kebiasaan saya ketika mengendarai motor-. Meski dengan perasaan agak cemas, karena cuaca yang tak begitu nyaman, dan waktu yang semakin larut, namun saya tak berputus asa, saya justru terdorong untuk mampir sejenak di pom bensin untuk mengisi bahan bakar-dalam hati berbisik, “ayo isi sekarang aja, nanti kehabisan loh...kan masih jauh...” 

Tak berapa lama setelah mengisi bensin, saya akhirnya menemukan counternya. Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga. Setelah tujuan untuk membeli baterai tercapai, sayapun bergegas pulang. Tapi di perjalanan, yang belum terlampau jauh, hujan turun rintik-rintik. Lagi-lagi hati berbisik, “ayoo.. berhenti dulu, nanti basah kuyup loh. Berhenti di bawah pohon itu aja !!!”
Sayapun memilih berhenti di pinggir jalan, tepat di bawah pohon-pohon beringin. Sejenak memakai mantel hujan, saya melihat dari arah barat berjalan dua orang, seorang ibu beserta anak perempuannya yang masih kecil-seusia anak SD gitulah-  dalam hati berbisik, “sepertinya mereka akan menghampiriku, dan ada sesuatu yang berkaitan dengan saya”

Saya tidak menghiraukan suara hati itu, “hanya perasaan saja...!!!” begitu pikiranku mencoba melawan kata hati. Saya melanjutkan memakai mantel  hujan. Tapi ternyata benar, suara ibu itu membuyarkan pikiranku, “Dek, kalau mau ke terminal Giwangan itu kemana yaa arahnya???”
Pandangan mata saya langsung tertuju pada suara itu. Saya memandang wajah ibu yang tampak lesu, tampak sekali tanda kelelahan darinya. Mata saya kemudian bergeser ke arah sebelahnya, adek kecil dengan wajah yang tampak menggigil kedinginan, sambil menyatukan kedua tangannya di depan wajahnya, tampak sekali kalau ia sedang kedinginan.

Saat itu, saya kibinggungan harus menunjuk ke arah mana, maklum saja kebiasaan buruk saya ketika malam hari, saya akan bingung arah, apalagi kalau berada di tempat yang tidak biasa saya lalui sehari-harinya. Saya hanya mengandalkan ingatan. Sempat binggung tapi akhirnya saya menjawab, “ke arah sana buk .....” sambil menunjuk ke arah barat. Nanti ada bangjo, belok ke selatan aja buk... 

Hah??? Ibu itu tampak heran dan tidak yakin dengan jawabanku, “Tadi saya tanya ibu-ibu di angkringan itu, katanya ke arah timur tuh dek... katanya daerah kali mambu...”
Hmmm... sayapun tambah ragu dengan jawaban saya, “Aduh... tapi kayanya ke arah barat deh buk,, tapi saya agak binggung juga kalau malam-malam gini....”.
Ditengah kebingungan saya itu, tiba-tiba ibu itu justru bercerita,”Ibu itu habis nyari suami ibu. Suami saya itu PNS, tapi dibawa lari perempuan ke Jogja. Sudah satu tahun gak pulang-pulang. Ini anak ibu nangis terus, minta dicariin bapaknya. Gak tega lihat dia nangis terus, jadi ibu ajak dia nyari ke jogja jauh-jauh dari Malang. Ini tadi dari Demangan nyari kesana-sini tapi gak ketemu, rencana mau langsung ke terminal aja, nanti tidur di sana, terus besok pagi berangkat ke Malang naik bus...”

Glegk... mendengar cerita dari ibu itu, hati saya terasa sesak, “ya Allah.... terus ibu mau naik apa ke Giwangannya??”

“Yaa... jalan kaki dek, tadi juga jalan kaki kok dari demangan sampai ke sini...” jawab ibu itu dengan tenangnya.

“Lho... giwangan itu masih jauh loh buk dari sini... masak Cuma jalan kaki...” aku tersentak heran.
“Iya...gak papa dek,..”

Saya merasa begitu terenyuh, hingga spontan mulut saya berkata, “apa saya antar ke sana aja buk??”

Seketika, ibu dan anaknya itu pun berucap “Alhamdulillah...ya Allah... iya dek,,,makasii..” sambil menangis haru.

Ya Allah, saya tak kuasa melihat keharuan mereka. Dengan segera, saya memutar balik motor saya ke arah Barat. Saya masih bertahan dengan keyakinan saya bahwa terminal giwangan itu masih ke arah barat. 

Terusssss...jalan ke barat, tapi saya tak juga menemukan petunjuk yang mengarahkan ke terminal Giwangan. Akhirnya saya meyakini, bahwa ingatan saya salah, harusnya tadi kita ke arah timur.... hadeh. :-(

“Haduhh... maaf yaa buk, ternyata beneran masih ke timur, bukan ke barat.”
Sayapun semakin tidak enak, karena harus membawa mereka berputar-putar, akibat dari keragu-raguanku. Dalam hati berkata, “Ya Allah berilah petunjuk....mudahkanlah jalan kami... kasihan ibu dan adek ini...” dengan kondisi hujan yang semakin deras dan ternyata mantel saya pun tidak begitu cukup untuk melidungi tubuh kami bertiga. Mulut saya, hanya bisa beristiqfar, saya yakin Allah akan memudahkan jalan kami.

Saya hanya berjalan, mengikuti kata hati saya... di dalam perjalanan itu, kamipun sempat berbincang-bincang,,,
“Tadi dari mana dek?? Pulang dari kampus yaa??”

“Iya..buk..”

“Kuliahnya dimana??”

“di UIN..”

“Semester berapa??”

“Hehe..baru semester 3 buk...”

“Oh...baru yaa, anak ibu yang cowok  sudah semester 5, kuliahnya di pelayaran... itu ikatan dinas jadi dapat beasiswa, tapi Cuma D3, sebentar lagi juga sudah selesai. Rumah adek dimana??”

“Di Berbah,,, daerah bandara masih ke timur...”

“Oh...sama prambanan itu  mananya??”

“Iyaa...buk...Prambanan  itu masih ke selatan lagi...”

“Berarti ibuk melewati  yaa besok kalau naik bus...”

Waktu itu, saya tak begitu fokus dengan pembicaraan, dan tak berpikiran untuk menanyakan sesuatu hal tentang beliau. Karena saat itu saya hanya terfokus dengan jalan yang kami tempuh... benar atau salah,,, takut kalau-kalau jalan yang saya pilih ternyata salah.... haduhhh... cemas dan galau bangettt deh..

Alhamdulillah.... akhirnya, cringggg...kamipun sampai juga di terminal giwangan. Lega banget rasanya,.  Setelah menurunkan ibu dan adek itu, sayapun berpamitan dengan beliau dan langsung pulang.....

Di jalan saya merenung,,, ya Allah kasihan sekali ibu dan adek tadi... seorang istri yang ditinggal pergi suaminya, dan seorang anak yang masih butuh perhatian serta kasih sayang dari ayahnya.... kemana kau ayah??? Dimana hati nuranimu ketika kau pergi dengan wanita lain... tak ingatkah kau dengan isti dan anakmu yang begitu amat menyayangimu dengan tulus.... astagfirullah... saya hanya bisa menghela nafas prihatin... entah siapa yang salah. Yang jelas sebagai seorang wanita, saya merasakan kesedihan yang mereka rasakan.

Sambil terus merenung, saya berdoa semoga Allah memberikan yang terbaik untuk mereka... semoga hati-hati yang lalai segera dapat kembali menghadap-Nya dan mengingat-Nya sehingga tak akan ada yang merasa tersiksa dan gundah gulana... dan semoga takkan ada hati-hati yang rapuh, yang ada hanyalah hati setegar karang yang dengan tangguh mengadapi hantaman ombak sekuat apapun... semoga dan semoga... mereka  mendapat jalan yang terbaik... :)


0 komentar:

Posting Komentar