Pages

Labels

Test Footer 2

Kamis, 12 April 2012

Senakal Kancil yang Mencuri Timun


Senakal Kancil yang Mencuri Timun

Saat ini aku tersenyum-senyum plus merasa sangat berdosa, mengingat perbuatanku bersama teman-temanku SD dulu.
Dulu...duluuuu banget, waktu itu, emmm kalo tidak salah aku masih kelas 2 SD. Aku, bersama teman sekelasku-Andika, Tri,Dwi- yang kebetulan juga memang masih satu desa, Sepulang sekolah, karena memang jarak rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, kami biasa pulang dengan berjalan kaki. Banyak kejadian-kejadian seru dan lucu yang pernah kami alami.

Pernah sutu hari, saat kami sedang asyiknya berjalan, kemudian lewatlah sebuah mobil pick up dengan bak terbuka. Entah kenapa, muncul keisengan dari pikiran kami. Kami tertarik untuk mengejar mobil itu dan mencoba untuk naik ke baknya. Dengan tubuh kami yang masih kecil, munggil-hehehe....-tentunya hal itu sedikit tidak memungkinkan. Tapi kami tetap nekad dan terus mencoba. Alhasil salah satu dari kami terjatuh hingga lututnya terkelupas..... aduh sakitnya,, itulah resiko gara-gara kebandelan kami ...., rasain sendiri akibatnya,..

Itu belum apa-apa, masih ada satu kejadian lagi yang sampai sekarang sulit aku dilupakan, entah yang lain lupa atau tidak, hehehe... Sepulang sekolah, kami memang biasa berjalan lewat jalan biasa di tengah desa. Tapi suatu ketika kami tertarik untuk pulang lewat tengah sawah yang saat itu masih begitu terik. Bosan begitu pikir kami, ingin mencoba suasana baru dengan berjalan lewat tengah sawah. Dengan senangnya kami berjalan diantara tanaman-tanaman yang begitu rimbun. Meski panas, tapi tak jadi masalah buat kami. Yang penting kebersamaan dan keseruan itu yang kami cari. Sampai kami menjumpai sawah seseorang, yang ternyata itu sawah milik mbah Sirep, masih tetangga dengan kami. Sawah itu ditanami tanaman mentimun, dan timunnya besar-besar sekali, warnanya kuning keemasan gitu. Hasrat untuk memetik pun muncul dari benak kami.....

“Wuih....timunya besar-besar, ayok kita ambil yuk, pasti enak.....” dengan kegirangan kamipun diam-diam memetik timun itu. Tak hanya satu, beberapa malah, masing-masing memetik sendiri-sendiri.
Kami yang memang gak begitu mengerti dengan yang namanya timun, saat itu tertarik dan justru memilih untuk memetik timun yang besar-besar- bisa sebesar betis orang dewasa- dan warnanya yang sudah kuning. Pikir kami itu berarti timun yang sudah matang dan siap untu dimakan. Meskipun dengan sedikit mengendap-endap, karena takut ketahuan orang, akhirnya kami berhasil mendapatkan beberapa timun itu yang kemudian kami masukkan ke dalam tas.....
Setelah itu.....emmm, ingatanku tidak begitu jelas, entah apa yang kami lakukan dengan timun-timun itu. Tapi yang masih teringat jelas, sore harinya setelah kejadian itu, ibuku menegurku dan bertanya,
 “Ndhuk...kamu tadi siang ngambil timun di sawahnya mba Sirep ya??? Itu timun buat bibit, mau ditanam lagi. Gak enak kalau di makan...”
Seketika aku terheran, huiks.....kok tau??? Padahal saat kami memetik timun itu, sepertinya tak ada seorang pun yang melihat. Dengan wajah polosku, aku hanya nyengir dan merasa malu karena ketahuan mencuri. Aduhhhhhh rasanya betapa memalukan, aaa... sungguh-sungguh terlalu. Kenapa kami dulu begitu nakal!!!!!!
udah kaya kancil aja nih, suka mencuri timun ;-(

Smoga Allah mengampuni kenakalan kami di masa bocah yang belum tau malu dan belum sadar akan dosa....hohoho

0 komentar:

Posting Komentar