Senakal Kancil yang Mencuri Timun
Saat ini aku
tersenyum-senyum plus merasa sangat berdosa, mengingat perbuatanku bersama
teman-temanku SD dulu.
Dulu...duluuuu banget,
waktu itu, emmm kalo tidak salah aku masih kelas 2 SD. Aku, bersama teman
sekelasku-Andika, Tri,Dwi- yang kebetulan juga memang masih satu desa, Sepulang
sekolah, karena memang jarak rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, kami biasa
pulang dengan berjalan kaki. Banyak kejadian-kejadian seru dan lucu yang pernah
kami alami.
Pernah sutu hari, saat kami sedang asyiknya berjalan, kemudian lewatlah sebuah mobil pick up dengan bak terbuka. Entah kenapa, muncul keisengan dari pikiran kami. Kami tertarik untuk mengejar mobil itu dan mencoba untuk naik ke baknya. Dengan tubuh kami yang masih kecil, munggil-hehehe....-tentunya hal itu sedikit tidak memungkinkan. Tapi kami tetap nekad dan terus mencoba. Alhasil salah satu dari kami terjatuh hingga lututnya terkelupas..... aduh sakitnya,, itulah resiko gara-gara kebandelan kami ...., rasain sendiri akibatnya,..
Itu belum apa-apa,
masih ada satu kejadian lagi yang sampai sekarang sulit aku dilupakan, entah
yang lain lupa atau tidak, hehehe... Sepulang sekolah, kami memang biasa
berjalan lewat jalan biasa di tengah desa. Tapi suatu ketika kami tertarik
untuk pulang lewat tengah sawah yang saat itu masih begitu terik. Bosan begitu
pikir kami, ingin mencoba suasana baru dengan berjalan lewat tengah sawah. Dengan
senangnya kami berjalan diantara tanaman-tanaman yang begitu rimbun. Meski panas,
tapi tak jadi masalah buat kami. Yang penting kebersamaan dan keseruan itu yang
kami cari. Sampai kami menjumpai sawah seseorang, yang ternyata itu sawah milik
mbah Sirep, masih tetangga dengan kami. Sawah itu ditanami tanaman mentimun,
dan timunnya besar-besar sekali, warnanya kuning keemasan gitu. Hasrat untuk
memetik pun muncul dari benak kami.....
“Wuih....timunya besar-besar, ayok kita ambil yuk, pasti enak.....” dengan kegirangan kamipun diam-diam memetik timun itu. Tak hanya satu, beberapa malah, masing-masing memetik sendiri-sendiri.
Setelah itu.....emmm,
ingatanku tidak begitu jelas, entah apa yang kami lakukan dengan timun-timun
itu. Tapi yang masih teringat jelas, sore harinya setelah kejadian itu, ibuku
menegurku dan bertanya,
“Ndhuk...kamu tadi siang ngambil timun di
sawahnya mba Sirep ya??? Itu timun buat bibit, mau ditanam lagi. Gak enak kalau
di makan...”
Seketika aku
terheran, huiks.....kok tau??? Padahal saat kami memetik timun itu, sepertinya
tak ada seorang pun yang melihat. Dengan wajah polosku, aku hanya nyengir dan
merasa malu karena ketahuan mencuri. Aduhhhhhh rasanya betapa memalukan, aaa...
sungguh-sungguh terlalu. Kenapa kami dulu begitu nakal!!!!!!
udah kaya kancil aja nih, suka mencuri timun ;-(
udah kaya kancil aja nih, suka mencuri timun ;-(
Smoga Allah
mengampuni kenakalan kami di masa bocah yang belum tau malu dan belum sadar
akan dosa....hohoho
0 komentar:
Posting Komentar