Pages

Labels

Test Footer 2

Jumat, 11 Januari 2013

MEMETIK HIKMAH DI JALANAN




Menyusuri jalanan menjadi keseharian saya selama ini, meskipun bukan dengan maksud yang sebenarnya. Karena tujuan sebenarnya hanyalah menuju ke kampus. Tapi tak bisa dielakkan, waktu-waktu di jalan menjadi bagian dari hidup saya yang tidak mungkin berlalu begitu saja tanpa makna dan kesan.
Begitu banyak pelajaran hidup yang penuh makna yang bisa saya petik disetiap jengkal perjalanan yang saya lewati.

Bertemu Bayi-bayi Imut nan Menggemaskan

Ketika sedang asyiknya mengemudi sepeda, ketika pandangan mata terfokus jauh ke depan. Tiba-tiba.... tuing.... muncul sosok-sosok lucu nan menggemaskan. Laksana kucing yang melihat tikus.... hihihihi wajahku seketika akan menampakkan senyum nyengir... “oww.....imutnya... lucuuuu banget,,”... bahkan tak hanya satu bayi, terkadang beberapa bayi muncul bersamaan di hadapanku. Mereka, digendong oleh ibu-ibu mereka, tapi entah kenapa mereka-bayi-bayi imute-  selalu memilih untuk memalingkan wajahnya ke arah belakang. Alhasil saya dengan senengnya, melototin wajah lugu bayi-bayi itu, dan dengan sengaja kupelankan perjalananku supaya bisa memposisikan diri tepat di belakang mereka... hehehe.

Tapi, terkadang saya merenung, kasihan sekali bayi-bayi itu. Dengan tanpa pelindung sama sekali, mereka terpaksa harus menghirup asap-asap kendaraan yang begitu menyesakkan. Saya sendiri, yang sudah dewasa, merasa tersiksa sekali ketika berada di jalan raya tanpa masker/ sleyer penutup hidung, apalagi adek-adik bayi yang masih rentan seperti itu. Emmm.... sungguh kasihan sekali..
Harusnya, sebagai orangtuanya, mereka harus sadar dan sedikit memperhatikan kondisi buah hatinya, dengan memberikan pelindung saat berpergian di jalan raya. Kasihan kan bayi-bayi yang tak tahu menahu tentang dunia luar, harus ikut meraskan kejamnya polusi udara. Hohoho... malang nian nasipmu sayang,,, :'(

Ajang Melatih Kesabaran

Tak dipungkiri, dunia jalanan begitu keras sekali. Salip kanan,...salip kiri... dengan begitu cepat dan woow...sangat memacu adrenalin. Saya sendiri hanya bisa takjup terperanga melihat kondisi seperti itu. Jujur saja, saya tak berani untuk ikut berpacu dalam kecepatan, sebenarnya sih karena memang kondisi motor yang tak memungkinkan untuk dibawa dengan kecepatan tinggi...hehehe. Alhasil saya hanya menjadi penonton setia dari pertunjukan atraksi kebut-kebutan, sambil terus istiqfar....,. Dan tak jarang pula saya menjumpai kecelakaan terjadi tepat di depan mata,... kalau sudah begitu, saya hanya bisa diam terpaku, dan selanjutnya sekejur tubuh serasa melemas dan tak punya kekuatan, gemeteran... duh, itu adalah hal yang sangat tidak mengenakkan.
Yang jelas, dari jalanan... kesabaran benar-benar dilatih. Dilatih agar sabar menghadapi pengendara lain yang kurang sabar. Dilatih agar sabar untuk tidak kebut-kebutan. Dilatih agar sabar menunggu lampu merah.. dan banyak sabar-sabar lainnya yang terlatih dari sana.

Tempat Ber-Muhasabah dan Mensyukuri Hidup

Karena perjalanan yang tak hanya sebentar, jalanan juga menjadi tempatku bermuhasabah. Mensyukuri keadaan, hingga terkadang air matapun tak tertahankan. Bagaimana tidak, di jalanan akan kita temui beragam kondisi kehidupan. Ada pejalan kaki yang tampak lusuh karena begitu panjangnya perjalanan yang telah ditempuh. Pejalan kaki dengan membawa barang dagangan di punggungnya. Ada pengendara sepeda ontel dengan membawa tumpukan kardus dan barang-barang rongsok, tinggi barang bawaannya melebihi tinggi tubuh pengemudinya. Subhanallah... hidup memang begitu keras..., hanya orang-orang kuat yang mampu melaluinya dengan baik.

Bersyukur... itu hal yang seharusnya setiap individu lakukan. Seperti apapun kondisi kita saat ini, bukalah mata, masih banyak saudara-saudara kita yang nasipnya tak seberuntung kita. Jika kita ingin mengeluh tentang makanan kita, ingatlah saudara kita masih ada yang sudah berhari-hari tak mendapatkan sesuap makanan pun. Jika kita ingin mengeluh tentang tempat tinggal kita, ingatlah saudara kita yang tak punya tempat tinggal sama sekali, bahkan sekedar kardus untuk melindungi tubuh dari dinginya malam dan teriknya matahari pun tak ada. Jika kita ingin mengeluh tentang pakaian kita, ingatlah akan saudara kita yang bahkan tak punya selembar kainpun untuk menutupi kulitnya. Ika kita ingin mengeluh tentang kendaraan kita, ingatlah saudara-saudara kita yang bahkan tidak bisa kemana-mana, tidak bisa melihat keindahan dunia, tak bisa mendengar kicauan burung di pagi hari... dan masih banyak lagi karunia-karunia-Nya yang masih sanggup kita rasakan namun tak bisa dirasakan oleh saudara-saudara kita.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat mencoba berjalan kaki, dari kampus pulang ke rumah. Entah kenapa, ada keinginan kuat untuk bisa merasakan rasanya jalan kaki jarak jauh. Dan subhanallah.... sungguh-sungguh sangat...sangat...dan suangatttt melelahkan sekali,  kaki terasa tak bertulang, tubuh lemas, dan badan panas..... terkapar setelah melakukan aksi itu- ya iyalah-  dari itu, saya belajar, berarti ketika kita mengeluh merasa kelelahan karena harus bersepeda, harusnya kita tetap harus bersyukur karena ternyata jalan kaki itu jauh lebih melelahkan lagi... dan ketika suatu ketika kita mendapat nikmat bisa mengendarai motor ataupun mobil, nantinya kita akan sangat bersyukur. “Sungguh nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan??”
Intinya banyak bersyukur.... itulah yang harus selalu kita lakukan disetiap detik dalam kehidupan kita....,

Begitulah hidup ini, di setiap waktu, di setiap tempat, akan selalu meninggalkan jejak-jejaknya yang akan bisa kita ambil sebagai pelajaran berharga. Semoga pelajaran hidup ini akan dapat kita tampung sebagai ilmu kehidupan dan dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

0 komentar:

Posting Komentar