Pages

Labels

Test Footer 2

Senin, 28 April 2014

Bertahan Sejak Hantaman Pertama



“Kamu belum berhasil !!!” kalimat itu kembali terlontar setelah sebelumnya untuk kesekian kali pernah diucapkan. Apakah kecewa???
Rasa kecewa mungkin ada, namun nyatanya hati ini cukup berkata “emm...berarti itu belum yang terbaik menurut Allah” dan kemudian hati menarik bibir untuk tersenyum manis menerima kenyataan tersebut.

Senang rasanya ketika hati mampu kuat, ikhlas dan ridho bahkan disaat-saat pertama hantaman itu meluncur. Disaat pukulan itu meluncur, lalu dengan spontan kita menyunggingkan senyum di bibir. Senyum yang tak hanya di bibir saja, namun benar-benar datang dari hati.

Itu benar-benar nikmat yang begitu indah terasa. Nikmat yang teramat, ketika hati mampu ikhlas menerima ketetapan yang ada.

Hati yang dengan tulus menerima apa pun ketetapan. Hati yang dengan gagah bertahan meski banyak kata meluncur mencoba menumbangkan.

Yakin, bahwa di setiap kegagalan yang ada, sesungguhnya Allah telah mempersiapkan 2 kemudahan yang menanti di depan. Itu lah yang membuat hati ini selalu mampu kuat dengan apapun kenyataannya.

Sampai suatu hari, ketika hati ini benar-benar telah terbiasa menerima yang namanya kegagalan.... meski telah terbiasa, tetap selalu ada optimisme untuk bisa berhasil. Disana, optimisme yang ada bukanlah optimisme menggebu penuh keyakinan 100% namun yang ada adalah optimisme berbalut dengan roja’ yang membuat hati ini terus berdebar-debar menanti takdir terbaik yang dipilihkan Allah. Optimis bahwa Allah akan memilihkan yang terbaik, roja’—berharap-harap cemas atas apa pilihan yang akan dipilihkan Allah untukku.

Subhanallah...itulah yang diajarkan-Nya ... “memintalah dengan penuh harap”  dengan begitu kita akan merasa kecil dan tak berdaya karena ada Allah Yang Maha Kuasa, Yang oleh-Nya tak ada yang tak mungkin. Dan kita akan menggantungkan segalanya hanya pada-Nya, karena tak ada yang bisa dijadikan tempat bergantung kecuali hanya kepada-Nya
Di tempat biasa, dimana sudah berkali-kalinya aku mendengar, “kamu belum berhasil !”  aku kembali melangkahkan kaki, mencoba menenangkan hati meski tetap naluri manusiawi selalu datang menghinggapi, “deg..deg..an”

“percayalah...apapun yang terjadi itulah yang terbaik untukmu” hati ini terus menguatkan.
Bukankah aku selama ini selalu mencoba menguatkan teman-teman dengan berkata, “tenang... sebenarnya Allah saat ini sedang memilihkan yang terbaik untuk kita, jadi tak usah gelisah. Jika bukan itu, pasti karena memang itu ukan yang terbaik untukmu dan Allah akan memilihkan yang jauh lebih tepat untukmu”

Yaa....kalimat itu selalu ku ucapkan untuk mereka yang mungkin sempat merasa kecewa dengan kegagalan, dan sebenarnya itu sekaligus nasehat untuk diri ini sendiri. Sembari menguatkan diri sendiri, ku coba menguatkan mereka  juga, agar tak ada hati-hati yang merasa kecewa, geliasah dan gundah, karena ada Allah yang selalu memberikan yang terbaik  :-)

Hari itu lain dari sebelum-sebelumnya, ku sapa sosok itu, dengan nafas yag sedikit tersengal-sengal karena harus berjalan dari lantai 1 ke lantai 3. Lagi...lagi tanpa ku utarakan maksudku, beliau sudah paham tujuanku mencarinya. Yaa, maklum saja... sudah berapa kali aku menghadap ke beliau.  

Awalnya, ku kira beliau akan langsung mengatakan hal seperti yang sudah-sudah, “kamu belum berhasil”..... tapi ternyata tidak, beliau hanya memintaku untuk menunggunya sebentar. 

Tak lama kemudian beliau melangkah menuju ruangannya, aku pun mengikutinya. Hening...sepi tanpa kata. Beliau yang biasanya terdengar renyah dengan candaannya, saat itu beliau hanya diam saja. aku pun tak ingin bertanya sepatah kata pun, karena saat itu benar-benar masih “deg...deg...an.” Rasa ingin tahuku bercampur dengan rasa takutku, namun itu semua tak lebih besar dari kesiapanku menerima sebuah kegagalan. Yaa....benar-benar telah siap dengan sebuah kegagalan.

Tanpa menanyakan nama panjangku pun, beliau mampu dengan lancar mengucapkan nama lengkap, dan sejenak beliau terdiam, sambil melihatku sekilas. Ekspresi wajahku masih benar-benar ekspresi wajah khawair, layaknya seperti ekspresi seorang suami yang  menanti kabar dari dokter atas kondisi istrinya yang melahirkan, antara selamat atau tidak. Yaa... benar-benar, menegangkan dan akhirnya ku beranikan diri untuk bertanya, “bagaimana pak???” dengan ekspresi cemas.

Hmm.... beliau hanya mengulurkan dokumen milikku sambil berkata, “silahkan input” 

Jlepppp........ antara percaya dan tidak percaya. Seperti telah berhasil terjun dengan selamat dari puncak tebing yang tingginya berpuluh-puluh meter. Rasa syukur bercampur dengan gemeteran.... benar-benar tak terdiskripsikan. “Allhamdulillah.... segala puji hanya bagi Allah”

Rasanya, saat itu ingin tersungkur dalam sujud syukur yang begitu dalam, tapi kondisi yang tak memungkinkan. Mataku pun hanya mampu berkaca-kaca menahan haru. Ku ucapkan, “Bismillah... insha Allah inilah pilihan terbaik yang dipilihkan-Nya untukku”

Keluar dari ruangan itu.... aku benar-benar sudah tak bisa membendung rasa haruku. Air matapun jatuh, mengalir dan menjadi saksi atas kebahagiaanku hari itu. Lorong itu, dimana aku melangkah sendiri, mungkin akan turut menjadi saksi kebahagiaanku yang tak terlukiskan.

Sudah cukup kemarin aku mampu menahan air mata untuk tidak menetes disaat aku gagal untuk kesekian kalinya, karena senyumku lebih pantas untuk menerima kegagalan itu. Dan saat keberhasilan telah datang, tangis sudah tak mampu lagi ku bendung, air mata itu pun akhirnya benar-benar keluar. Biarlah... karena dia keluar bukan karena menyesal ataupun bersedih kecewa, namun dia keluar karena rasa haru bahagia dan syukur yang amat mendalam.

Biarlah, aku tersenyum dalam kegagalan, dan akhrinya menangis dalam keberhasilan. Karena itu wujud ekspresiku atas keyakinanku kepada-Nya. Dia tidak pernah mengingkari janji. Semua akan terbukti, hanya saja kita harus bersabar menunggunya dan menjemputnya dengan penuh keridhoan.

Dan Allah SWT berfirman:
ÙŠَاأَÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ Ø¡َامَÙ†ُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ ÙˆَالصَّلاَØ©ِ Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ Ù…َعَ الصَّابِرِينَ


“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:153)

“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.” (QS AlMukmin [40]:55)
 

Selasa, 15 April 2014

Bukan Kumpulan Malaikat



Kami bukan kumpulan malaikat
Yang sempurna tanpa cacat....
Entah harus berapa kali kami katakan, kami memang bukan kumpulan malaikat yang hanya berbuat yang benar. Kami memang hanya hamba-Nya yang bisa juga berbuat khilaf dan salah.

Bagi kami, bisa memenuhi hati kami dengan cinta-Nya itu adalah nikmat yang tak tertandingi. Lalu, bisa membagikan cinta itu pada semesta adalah kebahagiaan yang tak terbeli.
Menebar cinta ke penjuru negeri, dan memberikan pelayanan dengan sepenuh hati itulah kerja kami. Walau banyak caci maki, namun tak jarang sanjung puji menghampiri. Biarlah Allah yang menilai, karena bagi kami itu tak menjadi inti, hanya Ridho-Nya harapan dinanti.

Menatap jauh ke depan, masih panjang perjuangan. Tak lelah, tak patah dan tak kan menyerah jiwa-jiwa gagah itu. Dengan senantiasa meluruskan niat, kami terus mengayunkan langkah, melawan badai yang menerpa. Semua tak kan goyah... semangat kami masih terus berkobar untuk-Nya.

Jikalau mereka tahu niat kami, tentu mereka akan turut membersamai langkah kami. Jikalau mereka tahu apa yang ingin kami tuju, tentu mereka akan mendorong perjuangan kami. Jikalau mereka tahu dan paham tentu mereka akan menggandeng, memeluk dan merangkul tangan dan pundak kami...

Tak kan bisa mengenal kami, jikalau hanya kau pandang sebelah mata,
Tak kan bisa mengerti kami, jika mendengar saja kau tak mau,
Tak kan bisa memahami kami, jika membuka hati untuk saling berbagi saja kau tak sudi

Yaa... entah berapa tetes keringat yang mengalir membasahi tubuh-tubuh,
Entah berapa tetes darah yang mengucur memerahkan tanah,
Entah berapa harta yang terjual di jalan ini...
Semua sudah tak terhitung dan tak menjadi masalah bagi kami, selama masih di jalan ini,

Ketika kami berbuat kebaikan, yaa semata-mata memang kami senantiasa berupaya untuk bisa terus memberikan yang terbaik bagi semua. Walau akan banyak yang mencibir, itu tak merisaukan hati kami.... yang jelas kami tetap melayani.
Ketika kami berbuat salah, yaa semata-mata kami tak mengharap itu terjadi, tapi apalah jua, kami hanya manusia biasa yang juga punya khilaf dan salah. Dari kesalahan kami akan terus berbenah dan memperbaiki diri. Walau akan banyak yang semakin mencibir, itu tak menggentarkan kami untuk terus berbenah, apa pun yang terjadi, karena hakikatnya kami sedang berproses.

Kami bukan kumpulan malaikat
Yang sempurna tanpa cacat....
Prestasi tak mejadikan kami ‘wah’ dan lupa diri, karena hakikatnya itu dari sang Ilahi.
Namun dengan prestasi, kami wujudkan kerja nyata untuk negeri yang dimimpi. Dengan prestasi kami pacu diri untuk terus memberi yang terbaik. Dengan prestasi kami cerahkan semesta. Walau tetap tak kau puji, memang itu bukan tujuan kami. Yang jelas kami akan berjuang untuk terus berkarya dan berprestasi.

Caci dan hujat, telah sering menghampiri. Selama niat masih untuk-Nya, keyakinan jua masih bertahta dalam diri. Tak berarti semua caci dan hujat, karena itu justru menjadi cambuk bagi kami untuk terus berprestasi. Kami memberi bukti, tanpa harus dipuji. Karena lagi-lagi biarlah Allah yang menilai upaya kami.

Masih ada senyum-senyum tulus yang menyambut. Masih ada dekap hangat sahabat yang menguat.
Lalu apa lagi yang dirisau? Apa lagi yang dipertanyakan?
Jika yang diinginkan adalah kata menyerah, maka asa kami tak kan pernah menyerah
Jika yang diharap adalah kata lelah, maka jiwa kami tak kan pernah merasa lelah
Jika yang dinanti adalah kata kalah, maka bagi kami, kami tak kan pernah kalah, karena ada cinta-Nya yang selalu menang dalam hati kami.

Dengan atau tanpa pujian itu, kami akan tetap berkarya dan melayani
Dengan atau tanpa cacian itu, kami akan tetap berbenah memperbaiki diri

Tangis kami adalah tangis haru penuh cinta
Peluh kami adalah butiran-butiran peluh penuh cinta
Lelah kami adalah wujud energi penuh cinta

Laa tahzan, innallaha ma’ana”

Bersama dalam dekapan cinta Ilahi. Karena Ia tak pernah tidur, maka bagi kami terus melayani apapun yang terjadi. Menggapai ridho Ilahi dalam dekapan cinta Ilahirabbi.

“Mujahid sejati yang berjiwa badar
Kokohkanlah semangatmu jangan pernah pudar
Walau musuh Allah menghina dan memakar
Mujahid sejati tetap tegar tiada gentar” ­
–maidany: Jiwa syurga-

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan,
’Kami telah beriman’ dan mereka tidak diuji?
Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka,
maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar
dan pasti mengetahui orang-orang yang berdusta.
Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu
mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami?
Sangatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu !
Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah,
maka sesuangguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti datang.
Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Dan barang siapa berjihad, maka sesuangguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri.
Sungguh, Allah Mahakaya(tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” QS. Al-‘Ankabut[29]: 2-6

Selasa, 11 Maret 2014

“dia” yang Menguatkan



Disaat aku harus berpacu dengan waktu, menerobos angin, melewati lembah yang berliku, lalu merasakan sensasi jalanan yang begitu memicu adrenalin.... meninggalkan kota Imogiri, demi bertemu dengan wajah para bidadari imutku....
Masih puluhan kilo harus ku tempuh. Hampir-hampir payah, dan ketika rintik-rintik air itu mulai menusuk menembus pakaianku dan menjadikanku basah kuyup... deras, dan semakin deras...

Waktu yang terus bergulir, langit yang semakin gelap, namun wajah-wajah mereka masih terbayang jelas dimataku... 

jauh... ternyata tempat itu masih jauh, disaat seperti itu, hampir-hampir aku menyerah dan membelokkan arahku, toh yang sudah-sudah mereka juga tak mampu bertahan menantiku,
tapi, ‘dia’ menguatkanku dan berkata
“terus...terus lanjutkan, bahkan jika pun tak menjumpai wajah mereka lagi, Allah telah melihat niatmu....”

Saat rintik itu semakin keras dan sangat deras, lagi lagi rasa ingin menyerah hinggap lagi. ‘dia’ pun yang kembali menguatkanku,
“tak apa... bahkan hujanpun tak membiarkanmu sendiri. Mereka menemanimu dan mengiringi perjalananmu ke tempat itu....”

Lama, sampai akhirnya perjunganku menembus segala rintangan hari itu menemui ujungnya. Di sudut utara timur kota Sembada. Sepi...sepi.. dan sunyi tak ku jumpai tanda-tanda keramaian. Ku langkahkan kakiku menuju tempat itu, rumah ternyaman dimanapun orang berada. Dari kejauhan tampak tanda-tanda kehidupan di sana, senyum pun mengembang dari bibirku, tak sia-sia perjuanganku sampai ke sini, (begitu batinku berkata).....

Dekat, dan lebih dekat, ku amati ternyata bukan, tak ada bidadari-bidadari ku di sana. Sedih... tapi lagi-lagi ‘dia’ menghiburku....
“tak apa...bahkan sepatu itu, lantai itu, meski hanya sekilas kau sapa kelak itu akan bersaksi bahwa kau telah sampai di sini, meski tak ada seorang pun yang tahu...”

Kakiku pun melangkah ke setiap sudut, mencoba melihat setiap ruang, berharap kalian masih setia menunggu di sana. Tapi, nyatanya sudah sekian dan hampir seluruh ruang ku sapa, tak ku jumpai wajah-wajah kalian. Akhirnya ku simpulkan, kalian tak bisa ku jumpai pekan ini, padahal besar harapanku tuk menjumpai kalian, memenuhi hak kalian setelah sekian kali gagal dipertemukan. Tapi....yasudahlah, 

Saat seperti itu, rasa kecewa jelas ada. Bayangkan saja, berapa kali aku harus menuai gagal, setelah membuat janji untuk bertemu. Dan untuk kesekian kalinya, ‘dia’ selalu menguatkanku
“tenang...semua tak sia-sia, perjalannmu ke sini, bahkan akan tetap ternilai sama di mata-Nya tak usah bersedih !!!”

Ku putuskan untuk beranjak pergi dan pulang. Shock tiba-tiba ku dapati pintu gerbang sudah tertutup rapat, “haruskah aku terkurung di tempat ini? Sendiri dan jauh sekali dari keramaian?” 

Benar-benar kaget menjumpai kenyataan yang harus ku dapati hari itu. Tapi ternyata, alhamdulillah itu hanya tertutup saja, dan memang belum dikunci. Rasanya ingin sekali meneteskan air mata, namun lagi-lagi ‘dia’ menguatkanku
“lihat !!! bahkan pintu gerbang pun tak rela kau pergi begitu saja, mereka meski hanya sekilas kau sapa, ikut tersenyum atas kehadiranmu, selalu menanti kedatanganmu dan kelak dia juga akan bersaksi untukmu, jadi untuk apa kau menangis !!!”

Berkat kata-kata bijaknya, aku pun tak kuasa untuk mengeluh atau merasa kecewa sedikit pun. Aku justru tersenyum simpul, subhanallah hari ini aku mendapatkan hal yang sangat luar biasa. Tak tertandingi rasa bahagianya. Yaa... semua karena ‘dia’ yang setia menemani dan menguatkanku.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS.Ali Imran[3]: 142.

‘dia’ memang benar-benar sangat luar biasa, teman yang dengan begitu setia menegur dan menasehati dikala payah, letih dan susah melanda diri ini. Berkat ‘dia’ pula lah aku mampu tersenyum bahkan disaat hal mengecewakan itu terjadi padaku.
----------------------------***------------------------------------

Disaat aku ingin berlari dengan kencang, lalu aku jatuh, jatuh dan jatuh untuk kesekian kalinya. Sakit? Perih? Mememar? Yaa jelas... itu semua ku rasakan, tapi lagi-lagi ‘dia’ berkata,
“sudah...tak apa, tak perlu menangis, bahkan lukamu itu akan menjadi penggugur dosa bagimu. Allah membiarkanmu jatuh karena Ia ingin melihatmu bangkit dan semakin kokoh”

Ketika yang lain hanya cukup melangkah satu kali lalu dapat meraihnya. Tidak denganku !!! aku bahkan harus melangkah berkali-kali dan tersandung itu pun tak jua bisa meraihnya....
‘dia’ dengan bijak berkata, “tak apa.... Allah teramat menyayangimu, hingga tak membiarkamu putus dalam berjuang. Allah ingin menjadikanmu orang yang lebih kuat lagi... Kuatlah, dan terus lanjutkan langkahmu !!! sungguh Allah teramat menyayangimu ;-)”

‘dia’ yang mampu membuatku tersenyum disaat melihat yang lain mampu berhasil padahal jelas-jelas diriku gagal untuk kesekian kalinya. Yaa....aku mampu tersenyum, dan senyum itu benar-benar senyum tarikan dari hati yang teramat tulus.

Terkadang aku memang menangis, tapi percaya dan yakinlah, aku menangis bukan karena aku tak kuat, aku menyerah atau aku kalah. Sungguh tidak !!! aku menangis karena ‘dia’ yang teramat baik dan teramat hebat, hingga mampu membuatku tegar, kuat dan tahan terhadap segala rasa.

‘dia’ memang teramat hebat, aku tak pernah membayangkan bagaimana keadaan diriku, jikalau ‘dia’ tak sehebat itu. Mungkin aku akan menyerah sejak dulu, aku akan terlempar jauh dan bahkan terpersok dalam jurang. Tapi lagi-lagi ‘dia’ yang menjadi teman setia bagiku. Penasehat ulungku.

Disaat teman, sahabat hanya bisa menyalahkan atau menjatuhkanku dengan kata-katanya, tapi sungguh dengan ‘dia’ yang selalu berusaha menguatkanku, membesarkan jiwaku dan medorongku untuk terus berpikir baik atas segala hal.

Dan aku semakin merasa, tak ada teman, sahabat, saudara bahkan siapa pun yang perhatian dan kesetiaannya melebihi perhatian dan kesetiaan ‘dia’ padaku.

Disaat aku mulai merasa sedih, bimbang dan hilang arah, ‘dia’ yang mampu menghilangkan semua itu, hingga tak sempat tumbuh dalam diri. ‘dia’ selalu menasehatiku dengan kalimat-kalimat bijaknya.

Bersyukur...dan selalu bersyukur mempunyai ‘dia’ yang setia denganku, disaat yang lain mungkin tak peduli dan tak mampu memahami.

‘dia’ menjadi temanku mencurah segala rasa, dan ‘dia’ yang selalu memberikan solusi terbaik untukku. ‘dia’ juga yang menegurku saat tingkah dan sikapku mulai tak benar.
------------------------------------***-------------------------------------

Aku sadar, bahwa ‘dia’ tak selamanya menjadi ‘dia’ yang seperti ini. ‘dia’ akan sangat mungkin berubah. Tapi ku berharap ‘dia’ akan menjadi ‘dia’ yang kuat dan hebat, karena dengan begitu aku pun akan mampu lebih kuat dan lebih hebat, walau apapun yang terjadi, walau apapun yang menimpaku.

Memang benar sabda nabi, bahwa jika ‘dia’ baik maka baik pula diri ini dan jika ‘dia’ buruk maka buruk pula diri ini.

‘dia’ lah hati yang dipenuhi Mahabbah hanya pada Allah.
Memang sungguh indah hidup dengan hati yang dipenuhi cinta pada Allah. Baginya tak ada yang buruk menimpa setiap diri, karena ia yakin Allah tak kan pernah mentakdirkan hal buruk untuk hamba-Nya.  Al khoiru fii waqo, akan selalu ada kebaikan dalam setiap kejadian.

Sungguh indah hati yang diliputi rasa cinta pada Allah, karena apapun ketetapan yang didapatnya, itu selalu dilihatnya sebagai suatu kebaikan. Tak ada rasa kecewa, sedih, gundah, galau, gelisah, merana bahkan menderita. Yang ada hanya rasa syukur dan penerimaan yang ikhlas atas setiap hal yang diperoleh. Hati yang menuntun untuk memilih yang terbaik dari yang baik. Hati yang mengajarkan untuk bersabar dalam setiap kondisi. Hati yang mengajarkan untuk berpikir positif atas setiap kejadiaan.

Dan terima kasihku pada hatiku yang mampu kuat untukku. Dan akan selalu ku pintakan pada Sang Pemilik hati, yang menggenggam hati ini, yang mampu membolak-balikkan hati ini,
“Ya Rabb, jangan kau balikkan hati ini setelah kau berikan petunjuk. Tetapkanah hati ini pada kebaikan, dan jangan biarkan hati ini tersesat”

“.....ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (QS.Ali Imran[3]:8)

Tetaplah kuat, hebat, sabar, ikhlas !!! membersamaiku dengan cinta-Nya.
disaat yang lain acuh, menjauh, dan tak peduli padaku, AKU MAMPU TERSENYUM KARENA KAU MEMBERSAMAIKU :-)