“Kamu belum berhasil !!!” kalimat itu kembali terlontar
setelah sebelumnya untuk kesekian kali pernah diucapkan. Apakah kecewa???
Rasa kecewa mungkin ada, namun nyatanya hati ini cukup
berkata “emm...berarti itu belum yang terbaik menurut Allah” dan kemudian hati
menarik bibir untuk tersenyum manis menerima kenyataan tersebut.
Senang rasanya ketika hati mampu kuat, ikhlas dan ridho
bahkan disaat-saat pertama hantaman itu meluncur. Disaat pukulan itu meluncur,
lalu dengan spontan kita menyunggingkan senyum di bibir. Senyum yang tak hanya
di bibir saja, namun benar-benar datang dari hati.
Itu benar-benar nikmat yang begitu indah terasa. Nikmat yang
teramat, ketika hati mampu ikhlas menerima ketetapan yang ada.
Hati yang dengan tulus menerima apa pun ketetapan. Hati yang
dengan gagah bertahan meski banyak kata meluncur mencoba menumbangkan.
Yakin, bahwa di setiap kegagalan yang ada, sesungguhnya
Allah telah mempersiapkan 2 kemudahan yang menanti di depan. Itu lah yang
membuat hati ini selalu mampu kuat dengan apapun kenyataannya.
Sampai suatu hari, ketika hati ini benar-benar telah
terbiasa menerima yang namanya kegagalan.... meski telah terbiasa, tetap selalu
ada optimisme untuk bisa berhasil. Disana, optimisme yang ada bukanlah
optimisme menggebu penuh keyakinan 100% namun yang ada adalah optimisme berbalut
dengan roja’ yang membuat hati ini terus berdebar-debar menanti takdir
terbaik yang dipilihkan Allah. Optimis bahwa Allah akan memilihkan yang
terbaik, roja’—berharap-harap cemas atas apa pilihan yang akan
dipilihkan Allah untukku.
Subhanallah...itulah yang diajarkan-Nya ... “memintalah
dengan penuh harap” dengan begitu
kita akan merasa kecil dan tak berdaya karena ada Allah Yang Maha Kuasa, Yang
oleh-Nya tak ada yang tak mungkin. Dan kita akan menggantungkan segalanya hanya
pada-Nya, karena tak ada yang bisa dijadikan tempat bergantung kecuali hanya
kepada-Nya
Di tempat biasa, dimana sudah berkali-kalinya aku mendengar,
“kamu belum berhasil !” aku kembali melangkahkan kaki, mencoba
menenangkan hati meski tetap naluri manusiawi selalu datang menghinggapi,
“deg..deg..an”
“percayalah...apapun yang terjadi itulah yang terbaik
untukmu” hati ini terus menguatkan.
Bukankah aku selama ini selalu mencoba menguatkan teman-teman
dengan berkata, “tenang... sebenarnya Allah saat ini sedang memilihkan yang
terbaik untuk kita, jadi tak usah gelisah. Jika bukan itu, pasti karena memang
itu ukan yang terbaik untukmu dan Allah akan memilihkan yang jauh lebih tepat
untukmu”
Yaa....kalimat itu selalu ku ucapkan untuk mereka yang
mungkin sempat merasa kecewa dengan kegagalan, dan sebenarnya itu sekaligus
nasehat untuk diri ini sendiri. Sembari menguatkan diri sendiri, ku coba
menguatkan mereka juga, agar tak ada
hati-hati yang merasa kecewa, geliasah dan gundah, karena ada Allah yang selalu
memberikan yang terbaik :-)
Hari itu lain dari sebelum-sebelumnya, ku sapa sosok itu,
dengan nafas yag sedikit tersengal-sengal karena harus berjalan dari lantai 1
ke lantai 3. Lagi...lagi tanpa ku utarakan maksudku, beliau sudah paham
tujuanku mencarinya. Yaa, maklum saja... sudah berapa kali aku menghadap ke
beliau.
Awalnya, ku kira beliau akan langsung mengatakan hal seperti
yang sudah-sudah, “kamu belum berhasil”..... tapi ternyata tidak, beliau hanya
memintaku untuk menunggunya sebentar.
Tak lama kemudian beliau melangkah menuju ruangannya, aku
pun mengikutinya. Hening...sepi tanpa kata. Beliau yang biasanya terdengar renyah
dengan candaannya, saat itu beliau hanya diam saja. aku pun tak ingin bertanya
sepatah kata pun, karena saat itu benar-benar masih “deg...deg...an.” Rasa
ingin tahuku bercampur dengan rasa takutku, namun itu semua tak lebih besar
dari kesiapanku menerima sebuah kegagalan. Yaa....benar-benar telah siap dengan
sebuah kegagalan.
Tanpa menanyakan nama panjangku pun, beliau mampu dengan
lancar mengucapkan nama lengkap, dan sejenak beliau terdiam, sambil melihatku
sekilas. Ekspresi wajahku masih benar-benar ekspresi wajah khawair, layaknya seperti
ekspresi seorang suami yang menanti
kabar dari dokter atas kondisi istrinya yang melahirkan, antara selamat atau
tidak. Yaa... benar-benar, menegangkan dan akhirnya ku beranikan diri untuk
bertanya, “bagaimana pak???” dengan ekspresi cemas.
Hmm.... beliau hanya mengulurkan dokumen milikku sambil
berkata, “silahkan input”
Jlepppp........ antara percaya dan tidak percaya. Seperti telah
berhasil terjun dengan selamat dari puncak tebing yang tingginya berpuluh-puluh
meter. Rasa syukur bercampur dengan gemeteran.... benar-benar tak
terdiskripsikan. “Allhamdulillah.... segala puji hanya bagi Allah”
Rasanya, saat itu ingin tersungkur dalam sujud syukur yang
begitu dalam, tapi kondisi yang tak memungkinkan. Mataku pun hanya mampu
berkaca-kaca menahan haru. Ku ucapkan, “Bismillah... insha Allah inilah pilihan
terbaik yang dipilihkan-Nya untukku”
Keluar dari ruangan itu.... aku benar-benar sudah tak bisa
membendung rasa haruku. Air matapun jatuh, mengalir dan menjadi saksi atas
kebahagiaanku hari itu. Lorong itu, dimana aku melangkah sendiri, mungkin akan
turut menjadi saksi kebahagiaanku yang tak terlukiskan.
Sudah cukup kemarin aku mampu menahan air mata untuk tidak
menetes disaat aku gagal untuk kesekian kalinya, karena senyumku lebih pantas
untuk menerima kegagalan itu. Dan saat keberhasilan telah datang, tangis sudah
tak mampu lagi ku bendung, air mata itu pun akhirnya benar-benar keluar. Biarlah...
karena dia keluar bukan karena menyesal ataupun bersedih kecewa, namun dia
keluar karena rasa haru bahagia dan syukur yang amat mendalam.
Biarlah, aku tersenyum dalam kegagalan, dan akhrinya
menangis dalam keberhasilan. Karena itu wujud ekspresiku atas keyakinanku
kepada-Nya. Dia tidak pernah mengingkari janji. Semua akan terbukti, hanya saja
kita harus bersabar menunggunya dan menjemputnya dengan penuh keridhoan.
Dan Allah SWT
berfirman:
ÙŠَاأَÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ Ø¡َامَÙ†ُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ ÙˆَالصَّلاَØ©ِ Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ Ù…َعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:153)
ÙŠَاأَÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ Ø¡َامَÙ†ُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ ÙˆَالصَّلاَØ©ِ Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ Ù…َعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:153)
“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya
janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah
seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.” (QS AlMukmin [40]:55)